Konate Makan: The Midfield Maestro
Wednesday, 19 November 2014 | 18:00
Secara tradisi, kostum nomor 10 akan diberikan kepada seorang pemain sepakbola yang dianggap terbaik di timnya. Seorang pemain andalan yang kerap kali menjadi penentu kemenangan untuk tim yang dibelanya. Tidaklah sulit untuk mencari contoh pemain hebat dengan balutan jersey bernomor 10. Mayoritas pemain yang menggunakan kostum ini adalah pemain-pemain yang biasa beroperasi di sepertiga akhir lapangan. Diego Maradona, Ronaldinho, Francesco Totti, Juan Roman Riquelme, Michael Platini, Michael Laudrup, Zinedine Zidane, mereka semua adalah para ‘jenius’ lapangan hijau yang dalam pandangan para romantik sepakbola adalah pesepakbola yang sempurna.
Pada awal musim kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014, Persib Bandung memutuskan untuk mendatangkan pemuda asal Mali yang semusim sebelumnya bermain untuk PSPS dan Barito Putra. 6 gol dilesakannya di masing-masing klub tersebut untuk menggenapkan torehan 12 gol nya. Torehan yang lumayan untuk seorang gelandang serang yang baru saja menjalani musim debutnya di kompetisi tanah air. Yes, He’s Konate Makan!
Tidak mengherankan jika banyak para pengamat yang menjuluki Konate sebagai pemain yang underrated. Skeptisisme muncul di kalangan supporter Persib, Siapa Konate? Sebagian besar Bobotoh tidak tahu siapa Konate. Mayoritas bobotoh lebih memilih Gustavo Lopez, seorang pengatur serangan asal Argentina yang memang lebih familliar. Pilihan yang akan kita sesali jika Persib benar-benar mendatangkan Lopez pada saat itu.
***
Sore itu, lapangan becek Stadion Siliwangi harus menghelat laga antara Persib Bandung vs PSPS Pekanbaru. Tidak banyak ekspektasi saya terhadap pertandingan tersebut, saya hanya ingin melihat Persib menang sembari berharap Sergio Van Dijk menambah torehan gol nya. Ya, mantan ikon Persib yang pernah menggunakan jersey biru bernomor punggung 10. Sergio juga sempat menjadi idola di Tanah Pasundan dua musim kebelakang.
Tidak disangka-sangka, ada pemandangan lain yang membuat saya terkesima di pertandingan tersebut. Seorang pemain kurus dengan otot kaki yang kuat, etos kerja yang brillian dan semangat juang tinggi. Apa yang ditunjukan Konate kepada saya sore itu membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Semakin sempurna karena Konate mencetak gol semata wayang untuk PSPS di pertandingan yang berkesudahan dengan skor 4-1 untuk kemenangan Persib tersebut.
Setelah pertandingan itu, saya iseng googling tentang Konate. Secara tidak sadar saya mengikuti sepak terjang Konate selama satu musim penuh. Di Barito, penampilannya semakin konsisten. Semakin sempurna lagi karena Konate membuat gol dengan bicycle kick saat match Barito vs Persib yang berkesudahan imbang 2-2.
Hati kecil saya berkata bahwa Konate adalah pilihan yang tepat untuk Persib. Tapi saya enggan untuk berharap banyak. Mengapa? Karena meskipun memiliki kualitas permainan dan etos kerja yang mumpuni, Konate tidak terkenal. Dia juga masih dianggap terlalu muda dan minim pengalaman oleh banyak kalangan. Tapi, Alhamdulillah, takdir berkata lain. Konate bergabung dengan Persib dan selebihnya adalah sejarah.
Konate memiliki semua hal yang dibutuhkan oleh seorang pemain tengah. Sentuhan pertama yang luar biasa, kemampuan berfikir cepat, kuat, skillful, elegan, seorang pencetak gol, pemberi umpan, dan lebih dari semua itu, ia adalah seorang ikon. The Midifield Maestro. Sang nomer 10 sejati.
Apakah pendeskripsian saya kurang cukup? Oke, Lapangan adalah kanvas bagi Konate, dan sang juara Persib adalah hasil dari lukisannya. Sebuah analogi yang tidaklah berlebihan, menurut saya. Ia mungkin adalah seorang pemain yang introvert dan sikapnya bisa mendadak gugup ketika dihujani banyak pertanyaan oleh wartawan. Tetapi ia adalah bintang. Dan Konate bukanlah pemain yang individualis.
Ditopang dengan postur yang cukup tinggi dan fisik prima, Konate kerap kali menjadi malaikat penolong untuk tim, dan di akhir musim Konate mampu membantu Persib menyudahi paceklik gelar selama 19 tahun lamanya. Kiprahnya yang sensasional ini disempurnakan oleh gelar topskorer tim dengan raihan 13 gol. Bagi saya, Konate bukan hanya memenuhi ekspektasi, tapi ia telah melebihinya. Kini semua penggila sepakbola tanah air tahu siapa Konate.
Memang benar sepakbola adalah olahraga tim, tapi harus kita akui jika Konate adalah ‘nyawa’ yang tak tergantikan di lini tengah Persib. Konate layak mendapat penghormatan akan kemampuan dan pencapaiannya di musim ini.
Hatur nuhun, Konate
Penulis berakun twitter @HafizAdiNgrh #PersibJuara

Secara tradisi, kostum nomor 10 akan diberikan kepada seorang pemain sepakbola yang dianggap terbaik di timnya. Seorang pemain andalan yang kerap kali menjadi penentu kemenangan untuk tim yang dibelanya. Tidaklah sulit untuk mencari contoh pemain hebat dengan balutan jersey bernomor 10. Mayoritas pemain yang menggunakan kostum ini adalah pemain-pemain yang biasa beroperasi di sepertiga akhir lapangan. Diego Maradona, Ronaldinho, Francesco Totti, Juan Roman Riquelme, Michael Platini, Michael Laudrup, Zinedine Zidane, mereka semua adalah para ‘jenius’ lapangan hijau yang dalam pandangan para romantik sepakbola adalah pesepakbola yang sempurna.
Pada awal musim kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014, Persib Bandung memutuskan untuk mendatangkan pemuda asal Mali yang semusim sebelumnya bermain untuk PSPS dan Barito Putra. 6 gol dilesakannya di masing-masing klub tersebut untuk menggenapkan torehan 12 gol nya. Torehan yang lumayan untuk seorang gelandang serang yang baru saja menjalani musim debutnya di kompetisi tanah air. Yes, He’s Konate Makan!
Tidak mengherankan jika banyak para pengamat yang menjuluki Konate sebagai pemain yang underrated. Skeptisisme muncul di kalangan supporter Persib, Siapa Konate? Sebagian besar Bobotoh tidak tahu siapa Konate. Mayoritas bobotoh lebih memilih Gustavo Lopez, seorang pengatur serangan asal Argentina yang memang lebih familliar. Pilihan yang akan kita sesali jika Persib benar-benar mendatangkan Lopez pada saat itu.
***
Sore itu, lapangan becek Stadion Siliwangi harus menghelat laga antara Persib Bandung vs PSPS Pekanbaru. Tidak banyak ekspektasi saya terhadap pertandingan tersebut, saya hanya ingin melihat Persib menang sembari berharap Sergio Van Dijk menambah torehan gol nya. Ya, mantan ikon Persib yang pernah menggunakan jersey biru bernomor punggung 10. Sergio juga sempat menjadi idola di Tanah Pasundan dua musim kebelakang.
Tidak disangka-sangka, ada pemandangan lain yang membuat saya terkesima di pertandingan tersebut. Seorang pemain kurus dengan otot kaki yang kuat, etos kerja yang brillian dan semangat juang tinggi. Apa yang ditunjukan Konate kepada saya sore itu membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Semakin sempurna karena Konate mencetak gol semata wayang untuk PSPS di pertandingan yang berkesudahan dengan skor 4-1 untuk kemenangan Persib tersebut.
Setelah pertandingan itu, saya iseng googling tentang Konate. Secara tidak sadar saya mengikuti sepak terjang Konate selama satu musim penuh. Di Barito, penampilannya semakin konsisten. Semakin sempurna lagi karena Konate membuat gol dengan bicycle kick saat match Barito vs Persib yang berkesudahan imbang 2-2.
Hati kecil saya berkata bahwa Konate adalah pilihan yang tepat untuk Persib. Tapi saya enggan untuk berharap banyak. Mengapa? Karena meskipun memiliki kualitas permainan dan etos kerja yang mumpuni, Konate tidak terkenal. Dia juga masih dianggap terlalu muda dan minim pengalaman oleh banyak kalangan. Tapi, Alhamdulillah, takdir berkata lain. Konate bergabung dengan Persib dan selebihnya adalah sejarah.
Konate memiliki semua hal yang dibutuhkan oleh seorang pemain tengah. Sentuhan pertama yang luar biasa, kemampuan berfikir cepat, kuat, skillful, elegan, seorang pencetak gol, pemberi umpan, dan lebih dari semua itu, ia adalah seorang ikon. The Midifield Maestro. Sang nomer 10 sejati.
Apakah pendeskripsian saya kurang cukup? Oke, Lapangan adalah kanvas bagi Konate, dan sang juara Persib adalah hasil dari lukisannya. Sebuah analogi yang tidaklah berlebihan, menurut saya. Ia mungkin adalah seorang pemain yang introvert dan sikapnya bisa mendadak gugup ketika dihujani banyak pertanyaan oleh wartawan. Tetapi ia adalah bintang. Dan Konate bukanlah pemain yang individualis.
Ditopang dengan postur yang cukup tinggi dan fisik prima, Konate kerap kali menjadi malaikat penolong untuk tim, dan di akhir musim Konate mampu membantu Persib menyudahi paceklik gelar selama 19 tahun lamanya. Kiprahnya yang sensasional ini disempurnakan oleh gelar topskorer tim dengan raihan 13 gol. Bagi saya, Konate bukan hanya memenuhi ekspektasi, tapi ia telah melebihinya. Kini semua penggila sepakbola tanah air tahu siapa Konate.
Memang benar sepakbola adalah olahraga tim, tapi harus kita akui jika Konate adalah ‘nyawa’ yang tak tergantikan di lini tengah Persib. Konate layak mendapat penghormatan akan kemampuan dan pencapaiannya di musim ini.
Hatur nuhun, Konate
Penulis berakun twitter @HafizAdiNgrh #PersibJuara

satuju atuh..konate edun
Tah ieu ulasan nu di dago-dago tikamari teh, Roh permainan persib musim ieu jeung saterusna… Mantap kang ulasana..Lanjutkan!
Leuwih satuju pisan lamun ngaranna di ganti jadi Konate Supraja,…siga urang Priangan from Baduy……..kumaha satuju kang DENI BANDUNG ??
Seorang mesin di lapangan tengah sekaligus pemberi visi permainan Persib. You’re truly the powerhouse of Persib.
Seorang calon maestro lapangan hijau yang masih sangat muda, 22 tahun, dan masih terus berkembang. Persib sangat beruntung bisa memilikinya.
Hatur Nuhun Konate!
mantaplah komo diduetkeun sareng erik weeks mah beuki edun persib musim depan
Pemain asing yg loyalitas dan totalitas penuh kpd PERSIB dialah “KONATE MAKAN” LANJUTKAAN!!!
Supados NYUNDA namina kudu dilandih jadi MANG KOKON
edun we lah si mamang Konate mah