Ketika Negara Kalah Oleh Suporter Sepakbola
Monday, 03 March 2014 | 11:02
Pertandingan antara Persib menjamu persija dalam lanjutan Kompetisi Liga Super Indonesia 2014 yang sedianya digelar sabtu 22 Februari 2014 akhirnya batal digelar, tidak keluarnya izin dari pihak kepolisian menjadi penyebab utama, otoritas keamanan beralasan bahwa pertandingan ini berpotensi untuk mengganggu keamanan dan ketertiban serta berpotensi konflik yang mengganggu masyarakat, pertanyaannya adalah: apa semenakutkan itu ancaman dari sebuah pertandingan sepakbola di negeri ini sehingga kepolisian dengan seluruh kemampuan dan sumberdaya yang yang dimilikinya merasa tidak akan mampu mengatasi situasi yang mungkin terjadi?
Rivalitas Suporter
Ada semacam kekeliruan yang naïf ketika kita ingin mencari solusi terhadap perseteruan supporter sepakbola di Indonesia, kita selalu menyodorkan sesuatu yang tidak rasional, tidak konkret, dan terlalu mengawang-awang yaitu perdamaian. Bukannya tidak setuju terhadap perdamaian, usaha kearah sana layak diapresiasi dan mendapat dukungan semua pihak namun kita pun harus mengakui bahwa dalam perseteruan supporter sepakbola berlaku hukum “sekali api menyala maka akan sulit memadamkannya” ibarat sekali memulai maka jangan harap untuk mengakhirinya dengan mudah, ini mencakup kondisi sosiologis dan psikologis supporter sepakbola yang berseteru.
Kita pun harus menerima kenyataaan bahwa permusuhan ini telah berlangsung bertahun-tahun dan tertanam diakar rumput, sehingga tidak lucu juga ketika pertandingan tinggal memasuki hitungan hari kemudian muncul pihak bagai sosok malaikat yang menyerukan perdamaian. Solusi yang rasional bukanlah kearah didamai-damaikan karena hanya akan menguras energi, namun diarahkan bagaimana caranya untuk meminimalisir konflik agar tak merugikan masyarakat umum dan jangan sampai para pemain menjadi korban.
Tidak mudah memang, namun tentunya itu bias dilakukan, berkaca ke luar negeri, rivalitas klub yang merembet kepada rivalitas suporter terjadi lebih “gila” bahkan berlangsung hingga puluhan tahun, namun tak pernah ada ceritanya ketika Boca Junior berhadapan dengan River Plate di Argentina maka kemudian pihak kepolisian di Argentina melarang pertandingan tersebut, yang ada adalah otoritas keamanan setempat menghadapi pertandingan ini lebih serius dan melakukan persiapan lebih dari biasanya, berbagai antisipasi pun dilakukan.
Karena memang itulah fungsi dan tugas mereka dalam konteks bernegara, yaitu menjaga dan menjamin keamanan. Selain itu otoritas sepakbola di setiap negara pun dituntut mampu memerankan peranan dengan baik, upaya minimal yang sudah dianggap universal adalah pemberlakuan prinsip “dosa suporter ditanggung klub”, ini diharapkan mampu menjadi sebuah kontrol bahwa jika suporter tersebut memang benar-benar mencintai klubnya maka sebajingan apapun dia, maka dia dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan tim kesayangannya.
Peranan Aparat
Pasca reformasi, pemisahan TNI-POLRI menjadi tegas, bahwa TNI memiliki fungsi pertahanan seperti mempertahankan batas Negara, perang dsb. Sementara, POLRI memiliki fungsi keamanan yang berorientasi kepada kondusifitas dalam negeri. Dan keamanan dalam pertandingan sepakbola sebagai agenda nasional jelas menjadi ranah kepolisian. Pemisahan TNI-POLRI yang ditegaskan melalui peraturan perundang-undangan setingkat undang-undang. Selain bertujuan mempertegas fungsi dan kewenangan institusi, pun dimaksudkan agar keduanya mampu fokus serta meningkatkan profesionalisme, salah satu parameternya adalah memiliki kemampuan untuk menanggulangi segala persoalan yang menjadi tugasnya dengan lebih baik dan cakap.
Dalam hal ini, pihak kepolisian dianggap mampu dan berdaya untuk menangani masalah keamanan yang timbul dari titik manapun termasuk konflik keamanan dalam sepakbola, karena untuk itulah mereka memiliki SDM yang dilatih, dipersenjatai, dan memiliki kewenangan untuk menegakan hukum. Karena solusi yang paling logis adalah penegakan hukum secara tegas, khususnya hukum pidana yang telah mengatur secara lengkap tindakan-tindakan suporter sepakbola yang biasa terjadi dan mengarah kepada kriminal murni, seperti perusakan barang, penganiayaan, membawa senjata tajam, minuman keras dan narkoba, hingga pelanggaran di jalan raya. Semua itu jangan sekedar dianggap tipiring, tapi diproses serius jika terbukti memenuhi delik pidana, penjarakan agar jera, terutama jika semua tindakan suporter itu sudah terjadi di luar 2×45 menit pertandingan kedua tim.
Maka jelaslah ketika menghadapi pertandingan sepakbola yang berpotensi konflik, tugas dari kepolisian adalah mengamankan jalannya pertandingan, bukan meniadakannya, jangan selalu ingin berpikir mudah dan sederhana untuk persoalan-persoalan serius yang mungkin perlu diselesaikan dengan pemikiran dan upaya ekstra. Ketika pertandingan ini dianggap berbeda dari pertandingan lainnya, maka hadapi pula dengan cara yang berbeda, tambah personil keamanan, jika biasanya tak pernah melakukan survey maka lakukan survey dan analisa sebelum pertandingan, dengan segala kemampuan dan sumber daya yang dimiliki tentunya pihak kepolisian mampu melakukannya. Sepakbola sebagai tontonan dan agenda olahraga nasional adalah hak warga negara, dan negara wajib hadir untuk mengawasi dan memastikan agenda ini berjalan lancar dan hak warga Negara terpenuhi.
*penulis berkhidmat dengan akun twitter @ekomaung
Pendapat yang dinyatakan dalam karya ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.
Ingin tulisannya dimuat di sini? silahkan kirim artikelmu ke email simamaung.com@gmail.com atau redaksi@simamaung.com

Pertandingan antara Persib menjamu persija dalam lanjutan Kompetisi Liga Super Indonesia 2014 yang sedianya digelar sabtu 22 Februari 2014 akhirnya batal digelar, tidak keluarnya izin dari pihak kepolisian menjadi penyebab utama, otoritas keamanan beralasan bahwa pertandingan ini berpotensi untuk mengganggu keamanan dan ketertiban serta berpotensi konflik yang mengganggu masyarakat, pertanyaannya adalah: apa semenakutkan itu ancaman dari sebuah pertandingan sepakbola di negeri ini sehingga kepolisian dengan seluruh kemampuan dan sumberdaya yang yang dimilikinya merasa tidak akan mampu mengatasi situasi yang mungkin terjadi?
Rivalitas Suporter
Ada semacam kekeliruan yang naïf ketika kita ingin mencari solusi terhadap perseteruan supporter sepakbola di Indonesia, kita selalu menyodorkan sesuatu yang tidak rasional, tidak konkret, dan terlalu mengawang-awang yaitu perdamaian. Bukannya tidak setuju terhadap perdamaian, usaha kearah sana layak diapresiasi dan mendapat dukungan semua pihak namun kita pun harus mengakui bahwa dalam perseteruan supporter sepakbola berlaku hukum “sekali api menyala maka akan sulit memadamkannya” ibarat sekali memulai maka jangan harap untuk mengakhirinya dengan mudah, ini mencakup kondisi sosiologis dan psikologis supporter sepakbola yang berseteru.
Kita pun harus menerima kenyataaan bahwa permusuhan ini telah berlangsung bertahun-tahun dan tertanam diakar rumput, sehingga tidak lucu juga ketika pertandingan tinggal memasuki hitungan hari kemudian muncul pihak bagai sosok malaikat yang menyerukan perdamaian. Solusi yang rasional bukanlah kearah didamai-damaikan karena hanya akan menguras energi, namun diarahkan bagaimana caranya untuk meminimalisir konflik agar tak merugikan masyarakat umum dan jangan sampai para pemain menjadi korban.
Tidak mudah memang, namun tentunya itu bias dilakukan, berkaca ke luar negeri, rivalitas klub yang merembet kepada rivalitas suporter terjadi lebih “gila” bahkan berlangsung hingga puluhan tahun, namun tak pernah ada ceritanya ketika Boca Junior berhadapan dengan River Plate di Argentina maka kemudian pihak kepolisian di Argentina melarang pertandingan tersebut, yang ada adalah otoritas keamanan setempat menghadapi pertandingan ini lebih serius dan melakukan persiapan lebih dari biasanya, berbagai antisipasi pun dilakukan.
Karena memang itulah fungsi dan tugas mereka dalam konteks bernegara, yaitu menjaga dan menjamin keamanan. Selain itu otoritas sepakbola di setiap negara pun dituntut mampu memerankan peranan dengan baik, upaya minimal yang sudah dianggap universal adalah pemberlakuan prinsip “dosa suporter ditanggung klub”, ini diharapkan mampu menjadi sebuah kontrol bahwa jika suporter tersebut memang benar-benar mencintai klubnya maka sebajingan apapun dia, maka dia dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan tim kesayangannya.
Peranan Aparat
Pasca reformasi, pemisahan TNI-POLRI menjadi tegas, bahwa TNI memiliki fungsi pertahanan seperti mempertahankan batas Negara, perang dsb. Sementara, POLRI memiliki fungsi keamanan yang berorientasi kepada kondusifitas dalam negeri. Dan keamanan dalam pertandingan sepakbola sebagai agenda nasional jelas menjadi ranah kepolisian. Pemisahan TNI-POLRI yang ditegaskan melalui peraturan perundang-undangan setingkat undang-undang. Selain bertujuan mempertegas fungsi dan kewenangan institusi, pun dimaksudkan agar keduanya mampu fokus serta meningkatkan profesionalisme, salah satu parameternya adalah memiliki kemampuan untuk menanggulangi segala persoalan yang menjadi tugasnya dengan lebih baik dan cakap.
Dalam hal ini, pihak kepolisian dianggap mampu dan berdaya untuk menangani masalah keamanan yang timbul dari titik manapun termasuk konflik keamanan dalam sepakbola, karena untuk itulah mereka memiliki SDM yang dilatih, dipersenjatai, dan memiliki kewenangan untuk menegakan hukum. Karena solusi yang paling logis adalah penegakan hukum secara tegas, khususnya hukum pidana yang telah mengatur secara lengkap tindakan-tindakan suporter sepakbola yang biasa terjadi dan mengarah kepada kriminal murni, seperti perusakan barang, penganiayaan, membawa senjata tajam, minuman keras dan narkoba, hingga pelanggaran di jalan raya. Semua itu jangan sekedar dianggap tipiring, tapi diproses serius jika terbukti memenuhi delik pidana, penjarakan agar jera, terutama jika semua tindakan suporter itu sudah terjadi di luar 2×45 menit pertandingan kedua tim.
Maka jelaslah ketika menghadapi pertandingan sepakbola yang berpotensi konflik, tugas dari kepolisian adalah mengamankan jalannya pertandingan, bukan meniadakannya, jangan selalu ingin berpikir mudah dan sederhana untuk persoalan-persoalan serius yang mungkin perlu diselesaikan dengan pemikiran dan upaya ekstra. Ketika pertandingan ini dianggap berbeda dari pertandingan lainnya, maka hadapi pula dengan cara yang berbeda, tambah personil keamanan, jika biasanya tak pernah melakukan survey maka lakukan survey dan analisa sebelum pertandingan, dengan segala kemampuan dan sumber daya yang dimiliki tentunya pihak kepolisian mampu melakukannya. Sepakbola sebagai tontonan dan agenda olahraga nasional adalah hak warga negara, dan negara wajib hadir untuk mengawasi dan memastikan agenda ini berjalan lancar dan hak warga Negara terpenuhi.
*penulis berkhidmat dengan akun twitter @ekomaung
Pendapat yang dinyatakan dalam karya ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.
Ingin tulisannya dimuat di sini? silahkan kirim artikelmu ke email simamaung.com@gmail.com atau redaksi@simamaung.com

Sudah terlalu sering kami di zholimi! Semoga Tuhan Selalu Bersama Persib, dan para Pendukungnya.