Keraguan Sepakbola Indonesia Berlanjut Tahun Ini
Wednesday, 14 October 2020 | 19:50
Optimisme itu kini mulai pudar, berubah menjadi keraguan. Berpikir realistis tentang carut marut situasi di Indonesia. Tertimpa pandemi dunia Covid-19. Kondisi ekonomi dan politik yang menjadi kisruh–orang-orang turun ke jalan berdemonstrasi. Pro kontra perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada). Ketidakadilan untuk sepakbola.
Situasi tersebut di atas mencerminkan bagaimana sepakbola sulit mendapatkan panggungnya saat ini. Liga 1 yang semula digelar 1 Oktober harus tertunda. Adapun pernyataan sikap bahwa Liga 1 akan dimulai 1 November, namun sekali lagi kepolisian tegas tak akan memberi ruang untuk sepakbola Indonesia dilanjutkan.
Pemain senior di Indonesia Supardi dkk sesama pemain mulai meragukan Liga 1 kembali akan diputar tahun ini. Mereka pula tak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi saat ini, selain terus bersiap menjaga kondisi kebugaran fisik sambil harap-harap cemas menanti kabar baik dari yang berwenang.
“Teman-teman (seprofesi) juga sama, mereka masih meragukan liga bisa dilanjutkan 1 November sampai kemarin kita ngobrol. Tapi sejauh itu ya enggak bisa berbuat apa-apa kecuali kita bisa mempersiapkan diri kita kalau pun liga jadi kita sudah siap. Kalau di masalah lain contohnya tim itu ranah manajemen,” papar Supardi.
Miris memang, Indonesia yang dihadapkan pada tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021 justru tengah mengalami krisis izin perhelatan pertandingan. Dimana kompetisi sebenarnya bisa membuat pemain-pemain bisa lebih kompetitif sebagai bekal nanti di ajang international.
Kondisi ini tentu akan menjadi sebuah kemunduran untuk sepakbola Indonesia. Hal serupa (penghentian liga) pernah dialami tahun 2015, berujung kepada pembekuan federasi oleh induk sepakbola dunia FIFA. Sebuah kerugian pula untuk tim-tim yang sudah mempersiapkan segala hal seperti Persib. Namun pada kenyataannya mereka harus menerima keadaan.
“Ini pernah dirasakan dua kali ya waktu 2015 itu force majeure, dan yang saya sangat sayangkan itu di tim yang lagi on-fire ya karena tidak mudah menemukan kondisi tim yang mentalnya sedang naik,” kata Supardi menyayangkan.
Secara psikologis sudah jelas para pemain akan merasa terpukul. Hanya kepastian yang bisa mengobati mental yang tengah down karena harapan palsu. Tetapi Persib masih akan berpatokan kepada perhelatan liga yang akan kick-off lagi 1 November sambil menunggu kabar izin dai kepolisian.
“Secara psikologis pemain, mungkin ada yang sudah siap tapi enggak jadi. Sudah semangat sudah atau mau perang lah istilahnya, kita nunggu lagi. Alhamdulillah dapat kabar liga dilanjutkan tapi dapat kabar lagi tidak dapat izin. Kalau pribadi dan tim tetap mempersiapkan diri ke program kita tetap tanggal 1 (November) main,” paparnya.

Optimisme itu kini mulai pudar, berubah menjadi keraguan. Berpikir realistis tentang carut marut situasi di Indonesia. Tertimpa pandemi dunia Covid-19. Kondisi ekonomi dan politik yang menjadi kisruh–orang-orang turun ke jalan berdemonstrasi. Pro kontra perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada). Ketidakadilan untuk sepakbola.
Situasi tersebut di atas mencerminkan bagaimana sepakbola sulit mendapatkan panggungnya saat ini. Liga 1 yang semula digelar 1 Oktober harus tertunda. Adapun pernyataan sikap bahwa Liga 1 akan dimulai 1 November, namun sekali lagi kepolisian tegas tak akan memberi ruang untuk sepakbola Indonesia dilanjutkan.
Pemain senior di Indonesia Supardi dkk sesama pemain mulai meragukan Liga 1 kembali akan diputar tahun ini. Mereka pula tak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi saat ini, selain terus bersiap menjaga kondisi kebugaran fisik sambil harap-harap cemas menanti kabar baik dari yang berwenang.
“Teman-teman (seprofesi) juga sama, mereka masih meragukan liga bisa dilanjutkan 1 November sampai kemarin kita ngobrol. Tapi sejauh itu ya enggak bisa berbuat apa-apa kecuali kita bisa mempersiapkan diri kita kalau pun liga jadi kita sudah siap. Kalau di masalah lain contohnya tim itu ranah manajemen,” papar Supardi.
Miris memang, Indonesia yang dihadapkan pada tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021 justru tengah mengalami krisis izin perhelatan pertandingan. Dimana kompetisi sebenarnya bisa membuat pemain-pemain bisa lebih kompetitif sebagai bekal nanti di ajang international.
Kondisi ini tentu akan menjadi sebuah kemunduran untuk sepakbola Indonesia. Hal serupa (penghentian liga) pernah dialami tahun 2015, berujung kepada pembekuan federasi oleh induk sepakbola dunia FIFA. Sebuah kerugian pula untuk tim-tim yang sudah mempersiapkan segala hal seperti Persib. Namun pada kenyataannya mereka harus menerima keadaan.
“Ini pernah dirasakan dua kali ya waktu 2015 itu force majeure, dan yang saya sangat sayangkan itu di tim yang lagi on-fire ya karena tidak mudah menemukan kondisi tim yang mentalnya sedang naik,” kata Supardi menyayangkan.
Secara psikologis sudah jelas para pemain akan merasa terpukul. Hanya kepastian yang bisa mengobati mental yang tengah down karena harapan palsu. Tetapi Persib masih akan berpatokan kepada perhelatan liga yang akan kick-off lagi 1 November sambil menunggu kabar izin dai kepolisian.
“Secara psikologis pemain, mungkin ada yang sudah siap tapi enggak jadi. Sudah semangat sudah atau mau perang lah istilahnya, kita nunggu lagi. Alhamdulillah dapat kabar liga dilanjutkan tapi dapat kabar lagi tidak dapat izin. Kalau pribadi dan tim tetap mempersiapkan diri ke program kita tetap tanggal 1 (November) main,” paparnya.

Izin ke polisinya harus pakai amplop