Kemenangan yang Patut Dirayakan
Friday, 10 October 2014 | 23:14
Setidaknya ada tiga pemain Mitra Kukar yang membuat tim tersebut harus kalah pertama kalinya oleh Persib Bandung di kandang sendiri. Erick Weeks yang walaupun memproduksi gol tapi tidak bisa menghancurkan engine room Persib. Kemudian Diego Michiels, artis, eh, pesepakbola naturalisasi yang membuat Mitra Kukar terhujam karena semua gol berasal dari sektornya. Zulham Zamrun, pemenang anugerah the best haircut of the year tiga tahun berturut-turut versinya sendiri, bermain tidak disiplin taktik.
Ketiga pemain ini membuat pos kiri Mitra Kukar jadi titik lemah dan setplaynya Stefan Hansson hancur. Pelatih asal Swedia ini pada akhirnya keki dengan permainan para anak asuhnya. Zulham pun kemudian harus diganti dengan raut muka kzl.
Ok, sekian post match analysis untuk pertandingan ini. Kenapa? Karena kemenangan Persib atas Mitra Kukar di Aji Imbut terlalu berharga untuk hanya membicarakan taktik. Persetan dengan taktik. Persib menang dengan skor 3-2, titik. Izinkan saya bercerita hal lain saja.
“Nuhun Tep!” Begitulah tajuk utama Tabloid Bola tahun 2007. Kalimat “Nuhun Tep” ini ditujukan untuk Atep. Saat itu timnas AFF Indonesia menjalani partai pertamanya melawan Negara gurem Laos. Partai yang diprediksi akan berjalan mudah tetapi menjadi tidak mudah untuk Indonesia. Di stadion nasional Kallang Singapura 13 Januari 2007, Laos ternyata berhasil mencuri gol lewat Sounthalay Xaysongkham pada menit ke 13’. Pemain yang sangat sulit dilafalkan.
Permainan timnas teramat sangat membosankan seperti hubungan kekasih yang ceweknya dapet gebetan baru yang lebih tampan dan si cowok pelan-pelan mulai dilupakan. Membosankan dan bikin kzl. Timnas kalah oleh Laos dibabak pertama dan tak sanggup membalas.
Partai terus berlangsung membosankan sampai tibalah gol dari seorang pemuda asal Cianjur bernama Atep. Jebreeettt! Atep mencetak gol penyama kedudukan di menit ke 51’. Permainan Indonesia pelan-pelan mulai membaik. Saktiawan Sinaga masuk sebagai pemain pengganti dan mencetak gol pada sentuhan pertamanya. Atep menutup pertai pembuka ini dengan mencetak gol penutup. Man of the match pada partai internasional. Tabloid Bola yang notabene tabloid nasional sampai harus memberikan penghargaan dengan memajang Atep menjadi cover sambil memberikan tajuk “Nuhun, Tep!”.
Memori saya akan pertandingan barusan kembali terputar pada pertandingan Persib melawan Kukar. Atep bermain di sayap kanan. Posisi yang membesarkannya. Posisi yang membuat dia tidak harus menjadi inverted dengan melakukan gerakan cut back kedalam. Posisi yang membuatnya menjadi winger tim nasional tahun 2007. Posisi yang harus susah payah ia rebut dari Gilang Angga Kesumah di Persib.
Belum cukup, satu umpan manisnya kepada Konate berhasil dikonversi menjadi sebuah gol. Atep membuat Diego Michiels seperti seorang pesakitan. Satu gol dicetaknya setelah bekerja sama dengan Supardi. Ya, Supardi, pemain yang menggantikan Atep pada menit akhir ketika melawan Laos di Singapura dan memberikan tempat kepada Atep untuk diberikan standing ovation.
Atep di Aji Imbut mengungguli Zulham Zamrun bukan hanya dari gaya rambutnya saja, tetapi dari efektivitas permainan. Atep seperti mengajarkan Zulham bagaimana bermain secara taktikal dan disiplin untuk itu. Bagaimana caranya seorang winger bekerja, mengumpan, dan mencetak gol. Bukan melulu tentang menggocek dan melewati lawan tapi tidak menghasilkan peluang. Jika diberikan waktu sepuluh menit lagi, mungkin Atep juga akan memberikan tata cara bagaimana cara menguncir rambut yang benar terhadap Zulham. Malam ini Atep saya tasbihkan menjadi man of the match. #HailAtep #AtepDay #NuhunKangAtep
Ferdinand Alfred Sinaga
Tantan meliuk liuk melewati Diego Michiels yang membuat pomade nya Diego menjadi sedikit bercucuran. Kemudian dia melepaskan tendangan keras. Bola coba di tip oleh Dian Agus tetapi terlepas. Ferdinand mendapat peluang bola tanggung yang kemudian melalui flying header menceploskan bola ke gawang Mitra Kukar. Gol!
“Pemaen ngora mah da kudu kaluar Bandung heula. Neangan jam terbang, nenangan pangalaman. Lamun maen didieu, moal meunang menit maen. Barina oge beda, ISL mah keras, pamaen dihandap 20 tahun mah emang can waktuna adu-adu suku kitu, tulangna can kuat, mentalna can siap”.
Itulah sedikit kalimat yang terucap dari mulut Ferdinand ketika ditanya rahasia kesuksesannya berada di permainann level atas sekarang. Baginya, petualangannya bergabung ke Pelita Jaya, PPSM Magelang, Persibat Batang lah yang membuatnya bisa di level top flight seperti sekarang ini. Karir di Liga Junior dan divisi level bawah memberikannya banyak waktu untuk belajar. Ketika merasa siap, dia mulai menjajal karir di liga teratas berama Persiwa, Semen Padang dan Persisam.
Gol melawan Mitra Kukar adalah golnya yang ke sepuluh bersama Persib di ISL. Gol yang dicetak setelah dia pulang dari Korea dengan predikat Top Skor Asian Games. Gol yang membuat dirinya selalu stabil memproduksi minimal sepuluh gol dalam setiap musimnya di liga. Cukup keren bukan?
Apa hal yang bisa diambil dari kata-kata Ferdinand diatas? Yang bisa diambil adalah bukti dari kerja kerasnya selama ini. Silakan dilihat lagi, gol Ferdinand melawan Kukar adalah gol yang bisa saja dia hajar menggunakan kaki. Tetapi, jika Ferdi memilih menggunakan kakinya, yang terjadi adalah posisi 50:50 dengan Dian Agus. Di Indonesia, apalagi melawan tuan rumah, jika bertabrakan dengan penjaga gawang, sudah hampir dipastikan si pemain non kiper yang bersalah. Pengambilan keputusan menghajar bola dengan kepala inilah yang hanya bisa diambil oleh pemain yang sudah matang. Pengalamannya bermain di level bawah ketika usia belia membuat Ferdinand pintar dalam menentukan keputusan yang hanya ditentukan oleh waktu sekitar 2 detik.
Gol dia akhiri dengan membentangkan kaos bertuliskan “GOL IEU JANG AYI BEUTIK”. Tribut untuk sang panglima Viking dari tanah Borneo. Gol yang harus diganjar dengan kartu kuning karena ada peraturan yang tidak membolehkan pemain berselebrasi dengan membawa pesan. Akh, peduli setan. Jikapun Ferdinand harus sampai terkena kartu merah gara-gara selebrasi ini, saya yakin semua bobotoh akan berdiri dibelakang Ferdinand. Pada beberapa part hidup, peraturan memang harus dilanggar.
Djanur Sang Penakluk
Sriwijaya FC, Kediri, Arema, Gresik, Persita, Persija, Persijap, Barito, terakhir Mitra Kukar musim ini tidak mampu mengalahkan Persib di kandang mereka. Djanur membuat mentalitas Persib di kandang lawan menjadi tim yang tangguh dan tidak gampang terluka. Djanur sudah hampir bisa menaklukan tim-tim kuat dan menghapus predikat susah menang pada partai away. Tugas Djanur tinggal dua, menaklukan Semen Padang atau Persipura Jayapura, dan menaklukan partai final. Semua doa dan harap untuk pelatih underrated ini. Taklukan Indonesia, taklukan Liga Ini, coach!
Khusus untuk hari ini, mari kita sejenak menikmati kemenangan. Mari menghentikan waktu dalam berfikir segala kemungkinan yang bisa terjadi ke depan. Izinkan jiwa kita beristirahat dan menikmati kemenangan di Tenggarong yang sangat sulit digapai dalam dua tahun terakhir. Kemenangan ini untuk kita semua.
Kemenangan yang harus dirayakan, karena bintang hanya akan terlihat untuk orang-orang yang mendongak.
Penulis adalah pria berumur 21 tahun berakun twitter @riphanpradipta

Setidaknya ada tiga pemain Mitra Kukar yang membuat tim tersebut harus kalah pertama kalinya oleh Persib Bandung di kandang sendiri. Erick Weeks yang walaupun memproduksi gol tapi tidak bisa menghancurkan engine room Persib. Kemudian Diego Michiels, artis, eh, pesepakbola naturalisasi yang membuat Mitra Kukar terhujam karena semua gol berasal dari sektornya. Zulham Zamrun, pemenang anugerah the best haircut of the year tiga tahun berturut-turut versinya sendiri, bermain tidak disiplin taktik.
Ketiga pemain ini membuat pos kiri Mitra Kukar jadi titik lemah dan setplaynya Stefan Hansson hancur. Pelatih asal Swedia ini pada akhirnya keki dengan permainan para anak asuhnya. Zulham pun kemudian harus diganti dengan raut muka kzl.
Ok, sekian post match analysis untuk pertandingan ini. Kenapa? Karena kemenangan Persib atas Mitra Kukar di Aji Imbut terlalu berharga untuk hanya membicarakan taktik. Persetan dengan taktik. Persib menang dengan skor 3-2, titik. Izinkan saya bercerita hal lain saja.
“Nuhun Tep!” Begitulah tajuk utama Tabloid Bola tahun 2007. Kalimat “Nuhun Tep” ini ditujukan untuk Atep. Saat itu timnas AFF Indonesia menjalani partai pertamanya melawan Negara gurem Laos. Partai yang diprediksi akan berjalan mudah tetapi menjadi tidak mudah untuk Indonesia. Di stadion nasional Kallang Singapura 13 Januari 2007, Laos ternyata berhasil mencuri gol lewat Sounthalay Xaysongkham pada menit ke 13’. Pemain yang sangat sulit dilafalkan.
Permainan timnas teramat sangat membosankan seperti hubungan kekasih yang ceweknya dapet gebetan baru yang lebih tampan dan si cowok pelan-pelan mulai dilupakan. Membosankan dan bikin kzl. Timnas kalah oleh Laos dibabak pertama dan tak sanggup membalas.
Partai terus berlangsung membosankan sampai tibalah gol dari seorang pemuda asal Cianjur bernama Atep. Jebreeettt! Atep mencetak gol penyama kedudukan di menit ke 51’. Permainan Indonesia pelan-pelan mulai membaik. Saktiawan Sinaga masuk sebagai pemain pengganti dan mencetak gol pada sentuhan pertamanya. Atep menutup pertai pembuka ini dengan mencetak gol penutup. Man of the match pada partai internasional. Tabloid Bola yang notabene tabloid nasional sampai harus memberikan penghargaan dengan memajang Atep menjadi cover sambil memberikan tajuk “Nuhun, Tep!”.
Memori saya akan pertandingan barusan kembali terputar pada pertandingan Persib melawan Kukar. Atep bermain di sayap kanan. Posisi yang membesarkannya. Posisi yang membuat dia tidak harus menjadi inverted dengan melakukan gerakan cut back kedalam. Posisi yang membuatnya menjadi winger tim nasional tahun 2007. Posisi yang harus susah payah ia rebut dari Gilang Angga Kesumah di Persib.
Belum cukup, satu umpan manisnya kepada Konate berhasil dikonversi menjadi sebuah gol. Atep membuat Diego Michiels seperti seorang pesakitan. Satu gol dicetaknya setelah bekerja sama dengan Supardi. Ya, Supardi, pemain yang menggantikan Atep pada menit akhir ketika melawan Laos di Singapura dan memberikan tempat kepada Atep untuk diberikan standing ovation.
Atep di Aji Imbut mengungguli Zulham Zamrun bukan hanya dari gaya rambutnya saja, tetapi dari efektivitas permainan. Atep seperti mengajarkan Zulham bagaimana bermain secara taktikal dan disiplin untuk itu. Bagaimana caranya seorang winger bekerja, mengumpan, dan mencetak gol. Bukan melulu tentang menggocek dan melewati lawan tapi tidak menghasilkan peluang. Jika diberikan waktu sepuluh menit lagi, mungkin Atep juga akan memberikan tata cara bagaimana cara menguncir rambut yang benar terhadap Zulham. Malam ini Atep saya tasbihkan menjadi man of the match. #HailAtep #AtepDay #NuhunKangAtep
Ferdinand Alfred Sinaga
Tantan meliuk liuk melewati Diego Michiels yang membuat pomade nya Diego menjadi sedikit bercucuran. Kemudian dia melepaskan tendangan keras. Bola coba di tip oleh Dian Agus tetapi terlepas. Ferdinand mendapat peluang bola tanggung yang kemudian melalui flying header menceploskan bola ke gawang Mitra Kukar. Gol!
“Pemaen ngora mah da kudu kaluar Bandung heula. Neangan jam terbang, nenangan pangalaman. Lamun maen didieu, moal meunang menit maen. Barina oge beda, ISL mah keras, pamaen dihandap 20 tahun mah emang can waktuna adu-adu suku kitu, tulangna can kuat, mentalna can siap”.
Itulah sedikit kalimat yang terucap dari mulut Ferdinand ketika ditanya rahasia kesuksesannya berada di permainann level atas sekarang. Baginya, petualangannya bergabung ke Pelita Jaya, PPSM Magelang, Persibat Batang lah yang membuatnya bisa di level top flight seperti sekarang ini. Karir di Liga Junior dan divisi level bawah memberikannya banyak waktu untuk belajar. Ketika merasa siap, dia mulai menjajal karir di liga teratas berama Persiwa, Semen Padang dan Persisam.
Gol melawan Mitra Kukar adalah golnya yang ke sepuluh bersama Persib di ISL. Gol yang dicetak setelah dia pulang dari Korea dengan predikat Top Skor Asian Games. Gol yang membuat dirinya selalu stabil memproduksi minimal sepuluh gol dalam setiap musimnya di liga. Cukup keren bukan?
Apa hal yang bisa diambil dari kata-kata Ferdinand diatas? Yang bisa diambil adalah bukti dari kerja kerasnya selama ini. Silakan dilihat lagi, gol Ferdinand melawan Kukar adalah gol yang bisa saja dia hajar menggunakan kaki. Tetapi, jika Ferdi memilih menggunakan kakinya, yang terjadi adalah posisi 50:50 dengan Dian Agus. Di Indonesia, apalagi melawan tuan rumah, jika bertabrakan dengan penjaga gawang, sudah hampir dipastikan si pemain non kiper yang bersalah. Pengambilan keputusan menghajar bola dengan kepala inilah yang hanya bisa diambil oleh pemain yang sudah matang. Pengalamannya bermain di level bawah ketika usia belia membuat Ferdinand pintar dalam menentukan keputusan yang hanya ditentukan oleh waktu sekitar 2 detik.
Gol dia akhiri dengan membentangkan kaos bertuliskan “GOL IEU JANG AYI BEUTIK”. Tribut untuk sang panglima Viking dari tanah Borneo. Gol yang harus diganjar dengan kartu kuning karena ada peraturan yang tidak membolehkan pemain berselebrasi dengan membawa pesan. Akh, peduli setan. Jikapun Ferdinand harus sampai terkena kartu merah gara-gara selebrasi ini, saya yakin semua bobotoh akan berdiri dibelakang Ferdinand. Pada beberapa part hidup, peraturan memang harus dilanggar.
Djanur Sang Penakluk
Sriwijaya FC, Kediri, Arema, Gresik, Persita, Persija, Persijap, Barito, terakhir Mitra Kukar musim ini tidak mampu mengalahkan Persib di kandang mereka. Djanur membuat mentalitas Persib di kandang lawan menjadi tim yang tangguh dan tidak gampang terluka. Djanur sudah hampir bisa menaklukan tim-tim kuat dan menghapus predikat susah menang pada partai away. Tugas Djanur tinggal dua, menaklukan Semen Padang atau Persipura Jayapura, dan menaklukan partai final. Semua doa dan harap untuk pelatih underrated ini. Taklukan Indonesia, taklukan Liga Ini, coach!
Khusus untuk hari ini, mari kita sejenak menikmati kemenangan. Mari menghentikan waktu dalam berfikir segala kemungkinan yang bisa terjadi ke depan. Izinkan jiwa kita beristirahat dan menikmati kemenangan di Tenggarong yang sangat sulit digapai dalam dua tahun terakhir. Kemenangan ini untuk kita semua.
Kemenangan yang harus dirayakan, karena bintang hanya akan terlihat untuk orang-orang yang mendongak.
Penulis adalah pria berumur 21 tahun berakun twitter @riphanpradipta

Your is best Posting…. I like …. Bravo persib…
Karek 21 thn tapi meni luas pengetahuanana. pemilihan kata2 na ge meni ngeunah. maca paragrap 1 meni hayang seuri hehe.. artikel yang sangat sangat keren!
muringkak bulu punduk pas maca..DJANUR SANG PENAKLUK KANDANG LAWAN…tijaman smp persib jarang meunang diluar kandang taun ayeuna mah…dibubukeun ku kang djanur,,,
hebat pisan uy, kagum saya ka anjeun
Hade njrit ieu postingan…budak ngora dgn analisa tingkat dunia..dua jempol kereen..resep ningali bobotoh ngora tp teu gd haok, kaciri ieu budak nyekul tp nyamen..teruskeun lur
Insya alloh persin juara
Berani bertarung insya alloh mangprangggggg
ieu nu komen sigana jelema eta2 keneh. Narsis abis
Tara lur batur mah gunta ganti ngaran, nu boga curiga kitu mah berarti ente nyalira nu sok gonta ganti ngaran keur minuhan komen mah. katingal tina nami ge. ranokarno ngke si doel ngke mandra jeng lain2 hehe..
Sumpah makin bangga ka PERSIB..
Makin bangga jadi urang SSUNDA..
Reseup macana uyy
you’ve just made a great posting mate! menikmati kemenangan, konsen ke next match yg kita masih ada ‘2 match tandang’ lg. insyaallah bandung bakal berpesta musim ini dgn persib juara isl. amin.
hade euy. ditunggu ulasan patrey selanjutnyah.
rano karno,…ari maneh jiga nu sirik niggali batur boga kabisa teh, ari jalma model maneh teh cingcirining jalma nu teu gableg kabisa nanaon, nu bisana ngan ngagogoreng batur nu leuwih unggul ti sia Jiga Dorna weh kalakuan teh blog!!!, angguran mah turutan tah siga @ripanpradipta!!!…cuih.. rujit aing ningali jalma boga sifat iri dengki siga sia…..
Great opinion, hade basa lah, aing beuki bangga jadi bobotoh persib. Rano hayang panggih jeung ente nu sok boga rasa jeung pamikiran goreng kanu karya batur, cuih.