Kembali Menjadi Nu Aing
Saturday, 05 December 2015 | 11:24
Dalam beberapa hari ini bobotoh di buat gemas dengan berbagai berita di media mengenai rencana pengunduran diri beberapa pemain maung bandung yang sebelumnya telah membantu tim dalam merengkuh berbagai tropi juara di Indonesia. Adalah Firman Utina yang mengungkapkan nya ke media atas ketidak cocokan dirinya dengan klausal kontrak yang ditawarkan oleh pihak manajemen dalam rangka persiapan menghadapi turnamen piala jenderal sudirman yang telah digelar beberapa waktu lalu. Jeblok nya prestasi Persib yang tidak lolos dalam fase grup diyakini sedikit banyak terpengaruh atas konflik internal antara pemain (dalam hal ini Firman Utina) dengan pihak manajemen (dalam hal ini PT PBB).
Sudah bukan rahasia umum lagi terhenti nya liga di Indonesia mempengaruhi kelangsungan hidup semua peserta kompetisi baik itu dari tingkat level kompetisi teratas yaitu liga super Indonesia hingga level kompetisi amatir yang secara langsung terkena dampak penghentian liga. Terlebih lagi semua tim di Indonesia sangat tergantung dengan adanya kompetisi jangka panjang sebagai sumber pemasukan klub. Otomatis dengan berhentinya liga mempengaruhi klub dalam meraup sumber pemasukan, serta mempengaruhi arus keluar masuk (cash flow) uang klub, terutama dari sisi pendapatan tiket serta terhentinya dana sponsorship dari sponsor.
Persib sebagai salah satu tim besar di Indonesia yang sudah dianggap sangat matang dalam mengelola keuangan klub nya terkena imbas nya tanpa terkecuali, awalnya dengan berakhirnya liga QNB dilanjut piala presiden kondisi masih tenang tetapi setelah berakhirnya piala jenderal sudirman situasi menjadi gaduh setelah mencuatnya berbagai kabar tak sedap tentang, pemain yang tidak mendapatkan gaji di piala presiden, pemotongan hadiah oleh pihak manajemen selepas juara piala presiden, serta tidak terbayar nya firman utina yang bermain secara sukarela di piala jenderal sudirman. Namun selain keluhan dari pemain tentu kita juga masih ingat kabar tentang tekor nya manajemen ketika menjadi host piala presiden di Bandung atau pernyataan masih merugi walaupun saat piala presiden tingkat keterisian stadion begitu penuh. Terlepas pernyataan berbagai pihak di media tentu yang paling tahu atas kondisi internal Persib sendiri adalah pihak manajemen dan pemain sendiri.
Dengan muncul nya berbagai berita di media menimbulkan bola panas di kalangan bobotoh seperti munculnya wacana bobotoh yang ingin adanya tansparansi di tubuh PT PBB serta dorongan untuk terlibat langsung dalam pengelolaan manajemen PT PBB agar dapat mengetahui duduk persoalan yang terjadi di tubuh klub dan ikut terlibat dalam keputusan mempertahankan pemain. Hal ini sangat lah wajar karena didasari oleh tingginya rasa memiliki terhadap Persib di kalangan bobotoh hingga muncul istilah “persib nu aing”. Kang Eko maung pernah mengemukakan bahwa istilah “persib nu aing” saat ini berbeda dengan istilah “persib nu aing” saat persib masih menggunakan dana apbd sebagai sumber pendanaan nya, dimana saat persib masih di danai oleh apbd pendanaan nya memang bersumber dari pajak yang dibayarkan masyarakat, sehingga secara tidak langsung masyarakatlah yang memberikan keberlangsungan hidup bagi Persib. Namun kondisi nya berbeda sekarang dimana PT PBB dengan konsorsium nya adalah yang paling berhak atas pengelolaan persib karena faktanya mereka lah pemilik saham mayoritas tim kebanggaan asal Jawa Barat ini. Lalu pertanyaan nya dapatkah bobotoh mengklaim kembali sebagai pemilik sah Persib secara de facto? Mekanisme seperti apa yang dapat dilakukan agar dapat meningkatkan kembali keterlibatan bobotoh dalam pengelolaan tim?
Persib Bandung saat ini berdiri sebagai suatu entitas dengan dasar hukum Perseroan Terbatas (PT) yang dimiliki oleh beberapa pihak baik institusi maupun pribadi sebagai pemegang saham nya. Terkait dengan kondisi tersebut sebenarnya bobotoh dapat memiliki peran lebih besar dalam pengelolaan maupun mendapatkan transparansi terkait kondisi yang terjadi di dalam klub apabila memiliki porsi kepemilikan saham di tubuh PT Persib Bandung Bermartabat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bobotoh membeli sebagian porsi kepemilikan saham atas PT PBB, biasanya proses pengambil alihan kepemilikan (sebagian atau seluruh) suatu perusahaan dapat dilakukan melalui skema IPO (initial public offering) atau singkat nya proses membuat perusahaan menjadi lebih terbuka yang setiap orang dapat membeli saham nya sebagai bukti sah kepemilikan atas klub. Walaupun pada fakta nya membeli saham suatu perusahaan tidak diharuskan hanya melalui skema IPO, apabila suatu saat PT PBB mengumumkan keputusan menjual saham atas kepemilikan tim Persib kepada bobotoh atau investor, tanpa melalui IPO pun hal tersebut dapat dilakukan.
Kepemilikan porsi saham supporter terhadap suatu klub bukanlah hal yang baru di dunia sepak bola tercatat ada beberapa klub di dunia yang sebagian atau seluruh saham nya dimiliki oleh supporter. Spanyol sebagai Negara super power dalam dunia olah raga di liga domestik nya terdapat nama-nama seperti FC Barcelona, Real Madrid C.F., Atheltic Bilbao, AC Osasuna yang dalam kepemilikan nya terdapat porsi kepemilikan supporter, bahkan banyak klub lain di Spanyol yang walaupun sudah berbentuk perseroan go public yang terdapat kepemilikan supporter baik dalam porsi mayoritas ataupun minoritas.
Sedangkan di Bundesliga Jerman terdapat aturan “50+1 rule” yaitu aturan informal yang ditetapkan oleh federasi yang mensyaratkan adanya setidak nya 51% hak voting atau kepemilikan oleh pihak supporter, kecuali untuk tim-tim yang secara sejarah memiliki keterikatan terhadap perusahaan tertentu seperti Volkswagen di klub VfL Wolfsburg dan Bayer di Bayer 04 Leverkusen. Regulasi ini sengaja di buat federasi untuk melindungi klub dari kontrol investor asing. Di Inggris yang konon adalah kiblat sepak bola industry dunia terdapat Portsmouth FC yang kepemilikan nya sepenuhnya dimiliki oleh supporter, lalu ada Swansea City yang sekitar 20% saham nya dimiliki fan, serta masih ada puluhan tim amatir inggris yang sebagian atau mayoritas saham nya dimiliki supporter dan jangan lupa tim besar seperti Manchester United pun saham nya sudah melantai di beberapa bursa saham dunia.
Di dalam paper berjudul “Supporter Share Ownership: Recommendations on how to increase supporter ownership in football” dijelaskan bahwa dengan adanya kepemilikan supporter atau komunitas dalam suatu klub dapat meningkatkan pengelolaan (good governance) dengan menciptakan lebih banyak demokratis, transparansi dan akuntabilitas di tubuh klub. Selain itu dapat membuat alur financial yang lebih berkelanjutan, dapat membawa nilai sosial yang lebih besar bagi masyarakat dimana mereka tinggal serta membuat pelibatan lebih banyak pihak (stakeholder) dan yang utama adalah adanya kepercayaan dari fans.
Keberhasilan tim katalan Barcelona adalah salah satu diantara kisah sukses adanya kepemilikan oleh supporter dalam suatu klub, Barcelona memiliki struktur kepemilikan yang memberikan keleluasaan bagi fan untuk ikut terlibat dalam pengelolaan klub. El Barca dimiliki oleh 170.000 fan yang disebut socis yang berkomitmen untuk membayar 177 euro tiap tahun serta mewakili kelompok tertentu yang tiap tahun akan bertemu dengan jajaran manajemen dan memilih keputusan-keputusan tertentu bagi klub. Tiap anggota tersebut memiliki hak untuk mengemukakan pendapat mengenai sponsorship, keuangan dan masalah sepak bola tim, serta memilih presiden klub dalam periode empat tahun sekali. Pada fakta nya sistem iuran membership ala el barca ini bisa berkontribusi terhadap pemasukan klub sebesar €30.090.000/tahun nya, di luar pemasukan dari sponsor, tiket, merchandise serta hak siar.
Lalu pertanyaan nya dapatkah bobotoh mengikuti langkah tim-tim papan atas dunia di atas untuk dapat memiliki sebagian atau seluruh saham tim idola nya. Hal ini tergantung kepada kebijakan konsorsium yang menaungi PT PBB sekarang apakah akan membuat kebijakan yang membuat public dapat masuk untuk memiliki atau tetap pada kondisi saat ini, perlu pemikiran yang mendalam serta mempertimbangkan untung dan rugi nya dalam kebijakan melepaskan sebagian saham nya ke publik.
Ditulis oleh Rizki Lingga Waryono @rizkilingga1
Ingin curhat atau punya tulisan menarik tentang Persib? Bobotoh bisa mengirim tulisan ke simamaung.com@gmail.com, minimal 1 halaman Microsoft Word. Nuhun.

Dalam beberapa hari ini bobotoh di buat gemas dengan berbagai berita di media mengenai rencana pengunduran diri beberapa pemain maung bandung yang sebelumnya telah membantu tim dalam merengkuh berbagai tropi juara di Indonesia. Adalah Firman Utina yang mengungkapkan nya ke media atas ketidak cocokan dirinya dengan klausal kontrak yang ditawarkan oleh pihak manajemen dalam rangka persiapan menghadapi turnamen piala jenderal sudirman yang telah digelar beberapa waktu lalu. Jeblok nya prestasi Persib yang tidak lolos dalam fase grup diyakini sedikit banyak terpengaruh atas konflik internal antara pemain (dalam hal ini Firman Utina) dengan pihak manajemen (dalam hal ini PT PBB).
Sudah bukan rahasia umum lagi terhenti nya liga di Indonesia mempengaruhi kelangsungan hidup semua peserta kompetisi baik itu dari tingkat level kompetisi teratas yaitu liga super Indonesia hingga level kompetisi amatir yang secara langsung terkena dampak penghentian liga. Terlebih lagi semua tim di Indonesia sangat tergantung dengan adanya kompetisi jangka panjang sebagai sumber pemasukan klub. Otomatis dengan berhentinya liga mempengaruhi klub dalam meraup sumber pemasukan, serta mempengaruhi arus keluar masuk (cash flow) uang klub, terutama dari sisi pendapatan tiket serta terhentinya dana sponsorship dari sponsor.
Persib sebagai salah satu tim besar di Indonesia yang sudah dianggap sangat matang dalam mengelola keuangan klub nya terkena imbas nya tanpa terkecuali, awalnya dengan berakhirnya liga QNB dilanjut piala presiden kondisi masih tenang tetapi setelah berakhirnya piala jenderal sudirman situasi menjadi gaduh setelah mencuatnya berbagai kabar tak sedap tentang, pemain yang tidak mendapatkan gaji di piala presiden, pemotongan hadiah oleh pihak manajemen selepas juara piala presiden, serta tidak terbayar nya firman utina yang bermain secara sukarela di piala jenderal sudirman. Namun selain keluhan dari pemain tentu kita juga masih ingat kabar tentang tekor nya manajemen ketika menjadi host piala presiden di Bandung atau pernyataan masih merugi walaupun saat piala presiden tingkat keterisian stadion begitu penuh. Terlepas pernyataan berbagai pihak di media tentu yang paling tahu atas kondisi internal Persib sendiri adalah pihak manajemen dan pemain sendiri.
Dengan muncul nya berbagai berita di media menimbulkan bola panas di kalangan bobotoh seperti munculnya wacana bobotoh yang ingin adanya tansparansi di tubuh PT PBB serta dorongan untuk terlibat langsung dalam pengelolaan manajemen PT PBB agar dapat mengetahui duduk persoalan yang terjadi di tubuh klub dan ikut terlibat dalam keputusan mempertahankan pemain. Hal ini sangat lah wajar karena didasari oleh tingginya rasa memiliki terhadap Persib di kalangan bobotoh hingga muncul istilah “persib nu aing”. Kang Eko maung pernah mengemukakan bahwa istilah “persib nu aing” saat ini berbeda dengan istilah “persib nu aing” saat persib masih menggunakan dana apbd sebagai sumber pendanaan nya, dimana saat persib masih di danai oleh apbd pendanaan nya memang bersumber dari pajak yang dibayarkan masyarakat, sehingga secara tidak langsung masyarakatlah yang memberikan keberlangsungan hidup bagi Persib. Namun kondisi nya berbeda sekarang dimana PT PBB dengan konsorsium nya adalah yang paling berhak atas pengelolaan persib karena faktanya mereka lah pemilik saham mayoritas tim kebanggaan asal Jawa Barat ini. Lalu pertanyaan nya dapatkah bobotoh mengklaim kembali sebagai pemilik sah Persib secara de facto? Mekanisme seperti apa yang dapat dilakukan agar dapat meningkatkan kembali keterlibatan bobotoh dalam pengelolaan tim?
Persib Bandung saat ini berdiri sebagai suatu entitas dengan dasar hukum Perseroan Terbatas (PT) yang dimiliki oleh beberapa pihak baik institusi maupun pribadi sebagai pemegang saham nya. Terkait dengan kondisi tersebut sebenarnya bobotoh dapat memiliki peran lebih besar dalam pengelolaan maupun mendapatkan transparansi terkait kondisi yang terjadi di dalam klub apabila memiliki porsi kepemilikan saham di tubuh PT Persib Bandung Bermartabat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bobotoh membeli sebagian porsi kepemilikan saham atas PT PBB, biasanya proses pengambil alihan kepemilikan (sebagian atau seluruh) suatu perusahaan dapat dilakukan melalui skema IPO (initial public offering) atau singkat nya proses membuat perusahaan menjadi lebih terbuka yang setiap orang dapat membeli saham nya sebagai bukti sah kepemilikan atas klub. Walaupun pada fakta nya membeli saham suatu perusahaan tidak diharuskan hanya melalui skema IPO, apabila suatu saat PT PBB mengumumkan keputusan menjual saham atas kepemilikan tim Persib kepada bobotoh atau investor, tanpa melalui IPO pun hal tersebut dapat dilakukan.
Kepemilikan porsi saham supporter terhadap suatu klub bukanlah hal yang baru di dunia sepak bola tercatat ada beberapa klub di dunia yang sebagian atau seluruh saham nya dimiliki oleh supporter. Spanyol sebagai Negara super power dalam dunia olah raga di liga domestik nya terdapat nama-nama seperti FC Barcelona, Real Madrid C.F., Atheltic Bilbao, AC Osasuna yang dalam kepemilikan nya terdapat porsi kepemilikan supporter, bahkan banyak klub lain di Spanyol yang walaupun sudah berbentuk perseroan go public yang terdapat kepemilikan supporter baik dalam porsi mayoritas ataupun minoritas.
Sedangkan di Bundesliga Jerman terdapat aturan “50+1 rule” yaitu aturan informal yang ditetapkan oleh federasi yang mensyaratkan adanya setidak nya 51% hak voting atau kepemilikan oleh pihak supporter, kecuali untuk tim-tim yang secara sejarah memiliki keterikatan terhadap perusahaan tertentu seperti Volkswagen di klub VfL Wolfsburg dan Bayer di Bayer 04 Leverkusen. Regulasi ini sengaja di buat federasi untuk melindungi klub dari kontrol investor asing. Di Inggris yang konon adalah kiblat sepak bola industry dunia terdapat Portsmouth FC yang kepemilikan nya sepenuhnya dimiliki oleh supporter, lalu ada Swansea City yang sekitar 20% saham nya dimiliki fan, serta masih ada puluhan tim amatir inggris yang sebagian atau mayoritas saham nya dimiliki supporter dan jangan lupa tim besar seperti Manchester United pun saham nya sudah melantai di beberapa bursa saham dunia.
Di dalam paper berjudul “Supporter Share Ownership: Recommendations on how to increase supporter ownership in football” dijelaskan bahwa dengan adanya kepemilikan supporter atau komunitas dalam suatu klub dapat meningkatkan pengelolaan (good governance) dengan menciptakan lebih banyak demokratis, transparansi dan akuntabilitas di tubuh klub. Selain itu dapat membuat alur financial yang lebih berkelanjutan, dapat membawa nilai sosial yang lebih besar bagi masyarakat dimana mereka tinggal serta membuat pelibatan lebih banyak pihak (stakeholder) dan yang utama adalah adanya kepercayaan dari fans.
Keberhasilan tim katalan Barcelona adalah salah satu diantara kisah sukses adanya kepemilikan oleh supporter dalam suatu klub, Barcelona memiliki struktur kepemilikan yang memberikan keleluasaan bagi fan untuk ikut terlibat dalam pengelolaan klub. El Barca dimiliki oleh 170.000 fan yang disebut socis yang berkomitmen untuk membayar 177 euro tiap tahun serta mewakili kelompok tertentu yang tiap tahun akan bertemu dengan jajaran manajemen dan memilih keputusan-keputusan tertentu bagi klub. Tiap anggota tersebut memiliki hak untuk mengemukakan pendapat mengenai sponsorship, keuangan dan masalah sepak bola tim, serta memilih presiden klub dalam periode empat tahun sekali. Pada fakta nya sistem iuran membership ala el barca ini bisa berkontribusi terhadap pemasukan klub sebesar €30.090.000/tahun nya, di luar pemasukan dari sponsor, tiket, merchandise serta hak siar.
Lalu pertanyaan nya dapatkah bobotoh mengikuti langkah tim-tim papan atas dunia di atas untuk dapat memiliki sebagian atau seluruh saham tim idola nya. Hal ini tergantung kepada kebijakan konsorsium yang menaungi PT PBB sekarang apakah akan membuat kebijakan yang membuat public dapat masuk untuk memiliki atau tetap pada kondisi saat ini, perlu pemikiran yang mendalam serta mempertimbangkan untung dan rugi nya dalam kebijakan melepaskan sebagian saham nya ke publik.
Ditulis oleh Rizki Lingga Waryono @rizkilingga1
Ingin curhat atau punya tulisan menarik tentang Persib? Bobotoh bisa mengirim tulisan ke simamaung.com@gmail.com, minimal 1 halaman Microsoft Word. Nuhun.

Nah ini bener udh saat nya IPO..
Pembahasan yang bagus. Pek we didiskusikeun ku nu palalinter, kuring mah rada teu ngarti, maklum sakolana ge sakedap. Hidup Persib we lah.
Tah kudu di ajar kanu tim engges sukses kitu ..soklah PT.PBB nurutan barca yakin bobotoh loba anu ngilu investasi ..