
Foto: Dok. Persib Bandung
Kompetisi yang harusnya sudah kick-off 9 Juli sementara ditunda. Dan terjadi lagi, Liga 1 kembali mundur karena alasan sama di tahun lalu (2020), sebabnya adalah Covid-19. Pandemi ini belum bisa dikendalikan di Indonesia, angka positif melonjak naik pasca libur lebaran kemarin.
Sepakbola Indonesia yang perhelatan pertandingannya membutuhkan izin kepolisian, juga megacu kepada aturan pemerintah, harus pasrah mendengar kabar pengunduran itu. Padahal Piala Menpora 2021 kemarin sudah berhasil dilaksanakan. Menjadi ajang percobaan bagaimana pertandingan sepakbola digelar dalam situasi pandemi.
Disana protokol kesehatan diterapkan sangat ketat, seluruh anggota tim mendapatkan vaksinasi. Tes Covid-19 juga secara berkala dilakukan, guna memastikan hanya mereka yang negatif dari virus bisa berlaga di hari pertandingan. Pemain juga dikarantina di sebuah hotel dengan format kompetisi penuh, sistem series to series berpusat di Pulau Jawa tanpa penonton.
Robert Alberts pelatih Persib mengungkapkan keluh kesahnya. Bagaimana protokol kesehatan seketat itu belum bisa menjadi modal untuk digelarnya liga sesuai jadwal. Para pelaku sepakbola di Indonesia bertanya-tanya sampai kapan nasib mereka diperlakukan dengan tidak hormat seperti ini. Padahal pelatih, pemain, dan ofisial bergantung hidup kepada berjalannya kompetisi.
“Ya, saya bisa bilang tidak hanya pemain asing saja tapi juga para pemain lokal memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia. Saya sebelumnya pernah mengatakan, kami diperlakukan tanpa adanya rasa hormat,” kata Robert.
“Orang-orang mengambil keputusan tentang hidup kami tanpa memikirkan konsekuensi yang akan dialami oleh para pemain, ofisial, juga keluarga mereka selama satu setengah tahun. Tidak ada pembicaraan yang digelar,” lanjutnya.
Itu yang menyebabkan Persib harus kehilangan salah satu pemain asingnya. Juga mereka kesulitan mendatangkan slot pemain Asia, bersusah payah membujuk Mohammed Rashid untuk mau berkarier di Indonesia dalam ketidakpastiannya. Belum lagi seluruh elemen dalam tim harus rela mendapat gaji 25 persen.
“Pemain asing yang kami sebelumnya dekati, mereka juga mengatakan yang sama bahwa mereka tidak tertarik dengan sepakbola Indonesia, karena mereka tidak tahu kapan liga akan digelar, ditambah lagi gaji yang mereka dapatkan hanya 25 persen. Ini menjadi sebuah cerita yang sangat menyedihkan,” imbuhnya.
urang bandung asli
11/07/2021 at 17:29
kuring mah ngan bisa ngurut2 dada…..
onyon
13/07/2021 at 02:27
bahh te ningali kondisi covid di indonesia yg meninggal tiap hari angkanya naik ?? cing simpatik kepada kondisi pademi indonesia yg sangat mengharukan ini jangan memikirkan diri sdri , boro boro mikirken maen ball , ekonomi ge ripuhh usaha paremm , ayeunaa mah fokus kana pertahankan hidup hela …bs hidup ge ges aluss , laen na merengek kd liga bergulir pemerintah ge pusing urus nu pademi ….lamun te suka mah balik we ka walanda , dasar jiwa penjajah te mikir kondisi rakyat Indonesia yg lagi menangis …
Mmm
14/07/2021 at 00:36
Menangis ku naon..
Agar sugar
13/07/2021 at 14:53
Lain di Indonesia hungkul ngaran Pandemi covid teh, ampir dikabeh nagara kakenaan, ayena urang kabeh geus pagiling gisik jeung nu ngarana covid, jdi. Intina sgla Kagiatan kudu hirup deui, asal ngagunakeun prokes, sok komo deui maenbal, eta teh hiburan rakyat, hampir kabeh raresep kana maenbal, smentra covid bisa kaphokeun oge imun tambah kuat, jdi teu aya Alesan deui liga terus Di undur maaju terus Bah Obet ( Rene Albert) hidup Persib…bah obet hidup…