Connect with us

Arena Bobotoh

Kekalahan Persib dan Sisi Lainnya

Published

on

Prsb Arm Watermark_8361Hari ketiga di bulan April, akhirnya saya memiliki kesempatan untuk mendampingi Persib bertanding di stadion Gelora Bung Karno setelah pada piala Presiden lalu terhalang tugas luar kota. Mendaftarkan diri di Fanshop Alun-Alun, saya tergabung di bus 5 yang luar biasa akrab dan kompak walaupun baru saling kenal. Cerita konyol dan lucu dari awal pemberangkatan, sampai sebelum kick off pertandingan, menjadi bumbu penyempurna harapan kami agar Persib mampu menang dan menjadi juara.

Hasil nya ternyata jauh dari harapan, berharap pulang sebagai juara, saya dan rekan rekan lain tertunduk lesu karena kalah 0-2 dari Arema. Hal yang tidak bisa diterima oleh hati saya, namun dapat diterima oleh akal sehat saya.

Saya bukan ahli sepakbola, namun secara pribadi saya akui bahwa diluar dari kontroversi wasit yang memimpin pertandingan, kekalahan Persib dapat dimaklumi karena memang Arema tampil jauh lebih baik dari Persib. Lini tengah murni dikuasai oleh Arema, Hariono dan Taufiq terlalu fokus pada kedalaman lini belakang, sedangkan Kim yang didapuk menjadi playmaker, tidak mampu menjalankan peran dengan baik. Hal ini menjadikan lini tengah dan lini depan Persib terlalu berjarak ketika akan membangun serangan. Saya yang bukan pelatih sepakbola saja sudah bisa menebak kebanyakan arah serangan Persib, umpan dari bek langsung kepada Belencoso, lalu selanjutnya berharap Belencoso mampu memantulkan, dan atau menyundul bola menjadi umpan terobosan untuk pemain di sisi kiri atau kanan. Hal ini diperparah oleh seringnya para pemain Persib melakukan salah passing.

Ah abaikan analisa diatas, saya bukan seorang ahli taktik. Tapi yang pasti, ada satu hal yang saya khawatirkan. Itu adalah sikap Coach Dejan Antonic yang sering meledak-ledak memprotes keputusan wasit. Puncaknya saat Yanto Basna dikartu merah. Memang keputusan wasit di pertandingan kemarin banyak merugikan Persib, tetapi apa yang saya harapkan dari seorang pelatih Persib saat ini adalah bagaimana caranya menenangkan emosi pemain, dan kemudian kembali membuat mereka fokus pada pertandingan sisa. Bukan malah ikut emosi, masuk ke lapangan dan membuat pemain semakin emosi dan hilang konsentrasi.

Semua orang tahu kualitas wasit di Indonesia seperti apa. Dan coach Dejan nampaknya lupa bahwa beliau bukan pertama kali menghadapi situasi seperti ini. Satu satunya cara untuk mengatasi buruknya kualitas wasit adalah tampil luar biasa secara taktik dan permainan, sehingga ketika wasit memberikan keputusan merugikan, kita mampu membalasnya dengan gol gol dari strategi dan permainan yang luar biasa. Itulah yang dilakukan Coach Djajang Nurdjaman meskipun tanpa lisensi  UEFA Pro sekalipun.

Tapi ini barulah permulaan, Persib saat ini adalah tim yang baru terbentuk, dan turnamen-turnamen yang sudah dilalui adalah persiapan untuk turnamen bertema kompetisi panjang yang akan datang. Kita semua berharap saja akan banyak perubahan baik yang akan dilakukan Coach Dejan dan pemain yang ada sekarang. Semoga nanti Coach Dejan mampu mengatasi tekanan dan ekspektasi para Bobotoh yang begitu tinggi dengan permainan yang layak ditonton, dan hasil yang baik. Yang perlu Coach Dejan tahu adalah, sekalipun jutaan Bobotoh mengkritik bahkan mencaci, itu adalah bentuk kecintaan Bobotoh demi Persib yang lebih baik, dan semoga mampu diterima dan diaplikasikan dengan bijak. Karena apapun yang terjadi, Bobotoh akan tetap setia mendukung Persib di bawah kepelatihan siapapun.

Berhenti berbicara kekalahan Persib kemarin, saya juga melihat beberapa hal yang menarik dari sisi lain panasnya pertandingan Final Piala Bhayangkara yang lalu. Kali ini meskipun gengsi piala Bhayangkara masih kalah oleh piala Presiden yang lalu, namun pertandingan final terasa lebih spesial karena lawan yang dihadapi adalah Arema Malang yang merupakan salah satu tim kuat penuh bintang, dan tentu saja karena baik bobotoh maupun Aremania memilik basis supporter yang besar, yang memiliki hubungan yang tidak biasa (Read: tidak bersahabat, namun tidak juga bermusuhan karena alasan yang jelas).

Hal itu jelas terlihat pada saat sebelum pertandingan dimulai, sedari siang hari banyak Aremania beratribut lengkap yang lalu lalang di daerah parkir timur senayan tanpa diganggu dan diprovokasi oleh satupun bobotoh. Bahkan kami saling lempar senyum dan ada beberapa Aremania yang mengajak foto bersama. Namun pada saat pertandingan berlangsung kami adalah rival yang saling adu chants dan kreatifitas, walaupun disayangkan masih ada chants berbau rasis dari kedua belah pihak, tetapi keadaan masih sangat kondusif dan jauh dari kata anarkis. Pun pada saat pertandingan selesai, meskipun Persib Bandung menelan kekalahan, namun Bobotoh membubarkan diri dengan tertib dan teratur tanpa terlibat hal hal negatif dengan pihak Aremania.

Satu satunya insiden terjadi di tribun atas sektor 13, saat itu ada sekelompok oknum supporter klub lain, yang tim nya bahkan tidak lolos ke babak final maupun perebutan juara 3, tapi turut hadir di stadion GBK. Bukan menyaksikan pertandingan, sekelompok oknum ini duduk di sektor 15 dan berusaha memprovokasi bobotoh. Alhasil, ketika situasi pertandingan sedang panas, beberapa bobotoh terpancing dan sempat saling lempar dan hampir menyerbu sekelompok oknum tersebut. Namun hal itu dapat dihindari karena bapak kepolisian dan TNI cepat bertindak dengan mengusir sekelompok oknum tersebut, dan menahan bobotoh untuk tidak bergerak maju lebih jauh, ya walaupun beberapa oknum anggota kepolisian bertindak represif untuk menghalau Bobotoh.

Well, walaupun hasil akhir tidak sesuai harapan, tapi saya pribadi menganggap ini adalah awayday yang paling berkesan secara adrenalin, dan rivalitas supporter. Saya rasa seluruh Bobotoh yang ikut ke GBK pasti akan merasakan adrenalin yang lebih dari biasanya dirasakan. Dan yang pasti, kapanpun dan dimanapun, seluruh Bobotoh akan selalu luar biasa dengan totalitas, loyalitas, dan kreatifitasnya dalam mendukung Persib karena kecintaan pada Persib itu sendiri.

Persib 19 tahun tanpa gelar, sempat nyaris degradasi, Mereka tak menghilang dan tak pernah lelah mendukung. Ya merekalah Bobotoh, mereka yang membuat Persib menjadi Besar.

PS: untuk sekelompok oknum yang disebut diatas, mulailah menjadi supporter fanatik yang didasari oleh rasa cinta pada klub anda sendiri seperti rekan rekan anda yang tidak menjadi oknum. Janganlah menjadi supporter yang fanatik karena rasa benci pada supporter lain. Mulailah kritisi dan dukung total tim anda. Dan semoga kelak kedua tim kita bertemu di final final lain nya di GBK, maka kehadiran anda disitu, dan pada saat itu akan menjadi layak, tidak seperti hari kemarin.

Ditulis oleh Gery H Saputra dengan Twitter account: @Storyofgery

Advertisement
17 Comments

17 Comments

  1. udin

    06/04/2016 at 20:37

    Emprok barudak.. HADEEW LAH

  2. uchiha obito

    30/04/2017 at 21:12

    Caduuuukk joree patuut nu ngapost blogna bau hitut

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Arena Bobotoh

Persib Tim Spesialis Kampanye?

Published

on

Saat membaca ini, bobotoh di lini masa X pasti sedang banyak melihat seliweran poto dan info mengenai tim Persib Legend dengan menggunakan kaos bertuliskan salah satu calon presiden, Ganjar Pranowo. Dan pernyataan resmi klub tidak berafiliasi dengan mereka dan satu sosok calon presiden tertentu (atau dengan yang lain? #eh).

Jika kita bicarakan sedikit sejarah, sejauh yang saya baca, Persib dan suporternya termasuk salah satu entitas yang cukup aktif di sepakbola indonesia saat ada momentum politik. Kita mungkin masih ingat saat manager dan pemain Persib ikut kampanye politik pilbup Sumedang, juga saat sebagian suporter ikut kampanye calon legislatif, gubernur Jawa Barat pernah dijadikan duta tim, dan terakhir bagaimana munculnya komunitas bobotoh Jokowi pada tahun 2019 dan sekarang muncul fenomena Persib Legend ini.

Peneliti Halim dan Lalongan pernah menjelaskan bahwa sebuah partisipasi poliitk bisa dilakukan secara individual ataupun kolektif atau bersama-sama. Yang dilakukan secara individu biasanya tidak menimbulkan friksi di maksyarakat, namun jika dilakukan secara kolektif biasanya menimbulkan friksi, apalagi menyangkut suatu budaya populer yang sudah sangat menempel sebagai satu identitas kedaerahan, misalnya Persib.

Tapi kenapa pesona Persib begitu menawan untuk para elit dan kelompok politik? Teddy Tjahjono (dilansir bola.net) pernah mengkliam jika Persib memiliki 22 juta suporter, angka ini tentu sangat signifikan jika kita kaitkan pada sisi politik. Daftar pemilih tetap KPU untuk tahun 2024 sebanyak 204 juta penduduk. Bisakah terbayang berapa persen jika satu elit atau satu kelompok politik memiliki 2-30 persen dari 22 juta orang pendukung Persib Bandung saja. Dari angka itu sekilas kita tahu, Persib merupakan medium yang menarik untuk “terlibat” dalam politik. Kita pun seakan sudah tidak aneh lagi melihat gimmick politik dimana elit atau kelompok politik, menggunakan pernak-pernik Persib saat pemilihan umum, misal poto sambil membawa syal Persib saat musim kampanye, atau tiba-tiba menggunakan jaket Persib saat foto untuk baligo demi kepentingan elektoral, tapi apakah harus biasa dan mengerti? Negara kita mengatur akan hak ini dalam Pasal 43 Ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dinyatakan, “setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”, jadi bebaskeun.

TAPI, dalam setiap kampanye politik, dalam format apapun itu, sistem penyaringan ada pada diri individu, diartikan setiap bobotoh punya kuasa atas dirinya sendiri, apa dia mau menerima informasi dan melaksanakan akan pesan politik yang disebarkan lewat klub atau kelompok suporternya tersebut atau tidak?
Kita tarik sedikit ke masa lalu, federasi sepakbola (PSSI) di Indonesia memang terbentuk atas dasar politik, sebagai sarana pemersatu bangsa Indonesia untuk melawan penerintahan Belanda saat itu. Jadi jika sekarang masih berpolitik, apakah Persib dan sepakbola Indonesia pada umumnya memang sudah ditakdirkan untuk selalu dekat dengan perpolitikan?

Saya jadi teringat salah satu adegan di The Simpsons, dimana Burney Gumble seorang pemabuk, melihat kampanye Mr. Burns, dia bilang “pemilihan umum? Bukankah itu saat para politikus menutup pintu mereka (untuk mendengarkan suara rakyat) bukan?”, every man for themselves, wahai bobotoh!

Ditulis oleh Kiki Esa Perdana. Penulis adalah bobotoh biasa saja yang kebetulan suka politik.

Lanjut Membaca

Arena Bobotoh

Mau Sampai Kapan?

Published

on


Pertandingan sudah memasuki pekan ke-8, Persib Bandung mencatatkan 1 kemenangan, 5 imbang, dan 2 kali kalah. Faktanya Persib berada di jurang degradasi, jurang degradasi! Melihat fakta seperti ini jelas sangat menyedihkan bagi Bobotoh Persib. Sampai pekan terakhir liga sehingga Persib degradasi? Siapa yang akan bertanggung jawab bila seperti ini? Tak terbayangkan bila Persib harus berjuang di liga 2, sungguh tak terbayangkan. Mau sampai kapan?

Keruwetan klub Persib sudah terlihat dari banyaknya persoalan yang sedang dihadapi, dari mulai persiapan yang tidak optimal, rombongan pelatih yang keluar secara mendadak pada pekan ke-3, pemain asing yang cedera pada debutnya, hubungan dengan suporter yang merenggang, hukuman untuk beberapa pemain yang terprovokasi sehingga mendapatkan sanksi dari komdis, serta stadion yang terlihat tidak full. Mau sampai kapan?

Akar masalah dari persoalan ini tampak jelas. Segera lakukan pendekatan dari semua elemen dari mulai manajemen, pelatih, pemain, serta suporter sehingga bisa mengembalikan Persib kembali kepada jalurnya. Perbaikan hubungan dengan Bobotoh menjadi hal yang krusial mengingat Persib sedang membutuhkan dukungan yang nyata dari suporternya. Sebesar apapun sebuah klub, bila tanpa dukungan yang nyata akan sangat berpengaruh terhadap performa pemain di atas lapangan. Pemain di locker room pun sepertinya selain faktor teknis ganti pelatih ganti strategi, tahu betul bahwa faktor persoalan dari luar lapangan mempengaruhi mental para pemain. Mau sampai kapan?

Saya meyakini bahwa semua elemen menginginkan yang terbaik untuk Persib. Persoalan yang berlarut akan sangat merugikan untuk klub Persib. Sebelum semuanya terlambat alangkah baiknya lakukan pendekatan dengan duduk bersama, saling menghargai pendapat, lupakan ego sejenak. Karakter budaya urang Sunda mah sangat besar dan mudah memaafkan. Saya hanya ingin Persib kembali ke jalur juara, sungguh ini sangat menyedihkan. Mau sampai kapan?

Penulis Tyas Agung Pratama (@tyspra), sehari-hari mencerdaskan anak bangsa. Bobotoh yang ingin kembali Persib juara.

Lanjut Membaca

Arena Bobotoh

Melupakan Persib Bandung Saat Ini Sebagai Warisan Budaya

Published

on

Pada Podcast Simamaung Episode 24 (ditayangkan 6 September 2020) terdapat pernyataan dari narasumber episode tersebut (Hevi Fauzan). Disebutkan bahwa setelah kemerdekaan Republik Indonesia, aset-aset KNIL sekitaran jalan yang saat ini nama pulau (Jalan Manado, Jalan Ambon, Jalan Bali, Jalan Lombok dan seterusnya) diakuisisi oleh Angkatan Darat saat itu dengan mendirikan Divisi Siliwangi. Termasuk diantaranya lapangan sepak bola yang kemudian akhirnya dibangun menjadi sebuah stadion pada 1954 sebagai bagian dari persiapan ulang tahun Divisi Siliwangi ke-10, yang diberi nama Stadion Siliwangi.

Penamaan Siliwangi erat dengan budaya Sunda karena salah satu nama yang dibanggakan oleh orang Sunda terkait dengan sejarah Prabu Siliwangi. Walaupun nantinya perbedaan cerita Prabu Siliwangi namun benang merah sejarah terkait penggunaan logo Maung yang sejatinya binatang asli Jawa Barat dengan nama ilmiah (subspecies) Panthera Tigris Sondaica yang pada akhirnya patut kita hormati sebagai bagian sejarah Persib Bandung yang mengakar dan menjadi cerita karena Stadion Siliwangi sendiri menjadi bagian dari estafet perkembangan Persib Bandung.

Diceritakan juga bagaimana pernah ada saksi sejarah pertandingan Persib Bandung melawan PSV Eindhoven seorang bapak tua dari Cianjur dan teman-temannya saat itu menggunakan angkutan umum untuk datang ke Stadion Siliwangi dan memiliki kebanggaan untuk menceritakan pertandingan tersebut kepada orang lain ataupun anak dan atau cucunya kelak. Persib Bandung menjadi sangat melekat dengan Stadion Siliwangi karena pada saat itu dianggap representatif dan termegah pada zamannya hingga akhirnya bertahap Persib Bandung pindah ke Stadion Si Jalak Harupat.

Kembali pada waktu lampau, saat Persib Bandung masih dikelola pemerintah kota Bandung dimana Persib Bandung sebagai karakter dan budaya yang mengakar karena dianggap mewakili identitas, semangat dan bagian hidup orang Sunda umumnya Jawa Barat. Level fanatisme yang terjadi sudah tidak terlihat dengan penggunaan identitas Persib Bandung namun terlihat dari antusiasme dan cara ekspresi Bobotoh yang menceritakan Persib Bandung dari masa ke masa sehingga jumlah Bobotoh berkembang dan membentuk kelompok-kelompok pendukung Persib Bandung.

Sehingga menimbulkan transisi sejarah cerita Persib Bandung dari Stadion Siliwangi ke Stadion Si Jalak Harupat hingga ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api, namun transisi sejarah ini juga tetap melekat dan meninggalkan banyak cerita dukungan Bobotoh mendukung Persib Bandung. Banyak juga kita temukan fakta bahwa tidak semua Bobotoh yang datang ke Stadion dapat masuk menonton langsung. Namun saat ini kita hanya dapat mengenang romantisme bagaimana mendengarkan siaran tandang Persib Bandung melalui Radio RRI, memanjat pohon atau tiang lampu di Stadion Siliwangi untuk melihat pertandingan langsung dan hal lain yang menjadi kenangan dalam cerita mendukung Persib Bandung.

Memasuki era industri saat ini, kita belum melihat langkah PT Persib Bandung Bermartabat menjadikan Persib Bandung sebagai Intengible Heritage (Warisan budaya tak benda dalam konteks Persib Bandung sebagai nilai hidup dan turun temurun). Entah itu didaftarkan pada UNESCO ataupun sebagai bagian dari konsep PT Persib Bandung Bermartabat dalam mengelola fanatisme Bobotoh di tengah perpaduan pengelolaan era industri dari era budaya yang menjadikan jarak yang terlalu jauh saat ini.

Pengelolaan tiket, pengelolaan hubungan dengan kelompok Bobotoh dan cara interaksi dalam media sosial menjadi hal yang saat ini disorot oleh kelompok Bobotoh. Belum lagi konflik internal pelatih dan pemain yang menjadi bulan-bulanan bagi Bobotoh. Tentu hal ini sangat mengganggu dan membuat kharisma Persib Bandung sebagai budaya menjadi sangat rumit karena tuntutan industri dan rasa memiliki dari kelompok Bobotoh.

Salah satu yang dibutuhkan saat ini bagi pemain dan bagi pelatih baru Persib Bandung adalah memahami dan menunjukkan di lapangan semangat Persib Bandung dengan karakter dalam bermain sehingga identitas Persib Bandung muncul kembali sehingga dapat mengangkat moral elemen Persib Bandung, sebagai contoh kita sebagai Bobotoh akan selalu yakin Persib Bandung dapat menunjukkan semangat berjuang dalam bermain walaupun tertinggal gol. Kita dapat melihat pertandingan Persib Bandung melawan Arema Malang di Stadion Si Jalak Harupat pada 2014 yang berkesudahan 3-2, dimana saat babak pertama tertinggal 0-2, semangat dan karakter Tantan saat itu menjadi titik balik kemenangan, apakah pada saat itu Tantan menerima strategi khusus dari Djadjang Nurjaman? Dalam cerita yang kita tahu tidak ada, semangat moral dan karakter yang akhirnya menjadi pembeda.

Semoga masalah karakter dan semangat moral ini dapat diperbaiki setelah kekalahan melawan PSM Makassar kemarin dan dijawab oleh pelatih baru, mengembalikan karakter ini penting sebelum aplikasi strategi dalam konteks Persib Bandung. Saat ini melupakan pertandingan Persib Bandung menjadi hal yang mudah karena akses mendapatkan tiket menjadi panjang, menyaksikan pada televisi juga menjadi hal yang mudah ditinggalkan cukup dengan mengetahui hasil akhir. Semua terjadi karena jauhnya pengelolaan Persib Bandung dari fase budaya, konflik dengan kelompok Bobotoh adalah hal yang seharusnya tidak terjadi.

Kita juga berharap PT Persib Bandung Bermartarbat dapat mengubah pola pengelolaan untuk dapat lebih merangkul kelompok Bobotoh sehingga tidak menghilangkan landasan budaya sebelum akhirnya berbicara pengelolaan yang jauh lebih teknis dan lebih industrial.

Ditulis Yosha Rory, dengan akun Twitter @roryosha

Lanjut Membaca
Bir kaç senedir çalıştığım iş yerinde patronla aram çok iyi porno izle Patron ara sıra beni evine gönderiyor ve oradaki işleri yapmamı istiyor porno gif Karısına yardım ediyorum türk porno evde bozulan şeyleri tamir ediyorum porno bahçe işlerini hallediyorum porno izle Yeri geliyor çamaşırları bile yıkıyorum bedava porno Tabi evlerine gittiğim zaman karısıyla yalnız oluyoruz sex patronum tüm gün şirkette oluyor porno izle Herifin karısı 44 yaşında olmasına rağmen çok çekici seksi birisi porno resimler İlgimi çekiyor fakat işimi kaybetmek istemediğim için kadına bakmamaya çalışıyorum porno İşim bittikten sonra salonda televizyon bakıyordum porno indir bu sırada patronun karısı iç çamaşırlarıyla yanıma gelip karşımda durdu porno sikimi açıp yalamaya başladı porno ve ağzına boşaldım.
Advertisement

Komentar Bobotoh

Arsip

Trending