Kebersamaan Singkat Dua Wing Back Sedarah
Monday, 22 June 2020 | 12:12
Beranjak dari kisah kebersamaan Darwis bersaudara, Persib juga masih punya cerita lain dari dua pemain berstatus adik-kakak dalam satu tim. Budiman yang kembali dari masa perantauannya di musim 2002 berada satu tim dengan Deden Suparhan, adik kandungnya sendiri. Dua talenta asal Lembang yang menjadi bagian dari skuat Maung Bandung.
Sebagai kakak, Budiman lebih dulu mengawal karir bersama Persib. Dia menjadi punggawa Maung Bandung sejak era Perserikatan awal 1990-an. Tapi Budiman muda tidak betah hanya jadi amunisi pelapis di tim. Tiga tahun dilalui, pemain bertubuh mungil tersebut akhirnya memutuskan untuk menyebrang ke Bandung Raya.
Di Bandung Raya, Budiman menjadi bagian dari skuat yang mampu menjuarai Liga Indonesia musim 1995/1996. Setelah itu dia mencoba peruntungan bersama Persikab Kabupaten Bandung selama dua tahun. Keputusan ‘ekstrim’ lalu diambil Budiman di musim 1999. Dia memutuskan untuk berkostum Persija yang notabene adalah tim rival Persib, klub tempat kelahirannya.
Ban kapten pun melingkar di lengan Budiman, pria yang awalnya digadang-gadang menjadi tulang punggung Maung Bandung. Tidak main-main, Persija dibawanya menjadi juara pada Liga Indonesia 2001. Dia menjadi pemimpin di dalam tim, dia juga yang pertama mengangkat trofi ketika Persija merayakan juara.
Profesionalisme Budiman juga tentu diuji ketika membela Macan Kemayoran, tidak cuma sekali dia bermain melawan Persib dan dituntut untuk tetap tampil maksimal. Dan terbukti Persija bahwa tidak pernah kalah dari Persib ketika dirinya bermain. Bahkan satu ketika, Budiman harus merasakan satu momen emosional dalam karirnya.
Bukan hanya harus menghadapi dan juga menaklukkan Persib, dia juga harus berduel dengan adik kandungnya sendiri di lapangan. Budiman yang bermain sebagai wing back kiri bertemu dengan Deden Suparhan yang merupakan wing back kanan. Atas dasar profesionalisme, keduanya tidak segan bersitegang di lapangan karena kerap berhadapan head to head baik di Siliwangi atau di Lebak Bulus.
Dengan status sebagai legenda Persija, Budiman akhirnya memutuskan pulang ke Bandung untuk membela Persib di musim 2002. Di sini akhirnya Budiman bermain satu klub dengan Deden sejak mereka mengecap pendidikan Sekolah Sepakbola (SSB) Capella yang lokasinya berada di Lembang. Tidak perlu ada lagi friksi dari mereka karena sudah satu bendera.
Sayang saat liga berjalan, Deny Syamsudin yang menjadi pelatih Persib saat itu jarang menurunkan mereka secara bersamaan. Budiman menjadi pilihan utama di sisi sebelah kiri, namun untuk flank kanan, Yayan Sundana atau Adrian Mardiansyah yang biasanya dipasang sebagai starter. Deden lebih sering menyaksikan kakak dan rekan-rekan setimnya dari bench.
Bahkan Deden mengatakan hanya satu kali mereka bermain bersama di lapangan. ”Seingat saya, cuma sekali main bareng. Budiman di bek kiri, saya di bek kanan. Setelah itu saya terus di bangku cadangan,” ucap Deden seperti dilansir dari laman skor id. Kebersamaan mereka di dalam satu tim pun hanya terjadi di musim 2002.
Ketika kompetisi 2003 dimulai, Budiman dan Deden sudah tidak lagi bermain bersama Persib. Kedua pemain ini bukan bagian dari skuat asuhan Marek Andreij Sledzianowski dan tak pernah lagi berada dalam satu tim yang sama hingga gantung sepatu. Deden Suparhan kini sibuk dengan kegiatannya sebagai ASN seperti pemain Persib era 90-an yang lain.
Sedangkan Budiman masih berkutat di dunia si kulit bundar dan mengabdikan diri bersama Persib. Kini dirinya menjabat sebagai asisten pelatih Persib. Sebelumnya Budiman ditunjuk sebagai nahkoda Persib di kelompok usia seperti U-19 dan U-21. ‘Dosa’ dia gagal membawa Persib berprestasi ketika masih aktif bermain pun dibayar saat menjadi pelatih Persib U-19 pada 2018 lalu. Dia mengantarkan Beckham Putra Nugraha dan kawan-kawan menjadi kampiun Liga 1 Indonesia U-19.

Beranjak dari kisah kebersamaan Darwis bersaudara, Persib juga masih punya cerita lain dari dua pemain berstatus adik-kakak dalam satu tim. Budiman yang kembali dari masa perantauannya di musim 2002 berada satu tim dengan Deden Suparhan, adik kandungnya sendiri. Dua talenta asal Lembang yang menjadi bagian dari skuat Maung Bandung.
Sebagai kakak, Budiman lebih dulu mengawal karir bersama Persib. Dia menjadi punggawa Maung Bandung sejak era Perserikatan awal 1990-an. Tapi Budiman muda tidak betah hanya jadi amunisi pelapis di tim. Tiga tahun dilalui, pemain bertubuh mungil tersebut akhirnya memutuskan untuk menyebrang ke Bandung Raya.
Di Bandung Raya, Budiman menjadi bagian dari skuat yang mampu menjuarai Liga Indonesia musim 1995/1996. Setelah itu dia mencoba peruntungan bersama Persikab Kabupaten Bandung selama dua tahun. Keputusan ‘ekstrim’ lalu diambil Budiman di musim 1999. Dia memutuskan untuk berkostum Persija yang notabene adalah tim rival Persib, klub tempat kelahirannya.
Ban kapten pun melingkar di lengan Budiman, pria yang awalnya digadang-gadang menjadi tulang punggung Maung Bandung. Tidak main-main, Persija dibawanya menjadi juara pada Liga Indonesia 2001. Dia menjadi pemimpin di dalam tim, dia juga yang pertama mengangkat trofi ketika Persija merayakan juara.
Profesionalisme Budiman juga tentu diuji ketika membela Macan Kemayoran, tidak cuma sekali dia bermain melawan Persib dan dituntut untuk tetap tampil maksimal. Dan terbukti Persija bahwa tidak pernah kalah dari Persib ketika dirinya bermain. Bahkan satu ketika, Budiman harus merasakan satu momen emosional dalam karirnya.
Bukan hanya harus menghadapi dan juga menaklukkan Persib, dia juga harus berduel dengan adik kandungnya sendiri di lapangan. Budiman yang bermain sebagai wing back kiri bertemu dengan Deden Suparhan yang merupakan wing back kanan. Atas dasar profesionalisme, keduanya tidak segan bersitegang di lapangan karena kerap berhadapan head to head baik di Siliwangi atau di Lebak Bulus.
Dengan status sebagai legenda Persija, Budiman akhirnya memutuskan pulang ke Bandung untuk membela Persib di musim 2002. Di sini akhirnya Budiman bermain satu klub dengan Deden sejak mereka mengecap pendidikan Sekolah Sepakbola (SSB) Capella yang lokasinya berada di Lembang. Tidak perlu ada lagi friksi dari mereka karena sudah satu bendera.
Sayang saat liga berjalan, Deny Syamsudin yang menjadi pelatih Persib saat itu jarang menurunkan mereka secara bersamaan. Budiman menjadi pilihan utama di sisi sebelah kiri, namun untuk flank kanan, Yayan Sundana atau Adrian Mardiansyah yang biasanya dipasang sebagai starter. Deden lebih sering menyaksikan kakak dan rekan-rekan setimnya dari bench.
Bahkan Deden mengatakan hanya satu kali mereka bermain bersama di lapangan. ”Seingat saya, cuma sekali main bareng. Budiman di bek kiri, saya di bek kanan. Setelah itu saya terus di bangku cadangan,” ucap Deden seperti dilansir dari laman skor id. Kebersamaan mereka di dalam satu tim pun hanya terjadi di musim 2002.
Ketika kompetisi 2003 dimulai, Budiman dan Deden sudah tidak lagi bermain bersama Persib. Kedua pemain ini bukan bagian dari skuat asuhan Marek Andreij Sledzianowski dan tak pernah lagi berada dalam satu tim yang sama hingga gantung sepatu. Deden Suparhan kini sibuk dengan kegiatannya sebagai ASN seperti pemain Persib era 90-an yang lain.
Sedangkan Budiman masih berkutat di dunia si kulit bundar dan mengabdikan diri bersama Persib. Kini dirinya menjabat sebagai asisten pelatih Persib. Sebelumnya Budiman ditunjuk sebagai nahkoda Persib di kelompok usia seperti U-19 dan U-21. ‘Dosa’ dia gagal membawa Persib berprestasi ketika masih aktif bermain pun dibayar saat menjadi pelatih Persib U-19 pada 2018 lalu. Dia mengantarkan Beckham Putra Nugraha dan kawan-kawan menjadi kampiun Liga 1 Indonesia U-19.
