Kata Robert Soal Perayaan Gol dengan Gestur Anti Rasis
Thursday, 25 March 2021 | 20:26
Perjuangan Persib menghindarkan diri dari kekalahan atas Bali United berbuah hasil pada menit 89. Kemelut di kotak penalti lawan dituntaskan sepakan keras jarak dekat Frets Butuan untuk mengubah kedudukan menjadi imbang 1-1. Namun perayaan gol yang tidak biasa dilakukan awak Maung Bandung.
Frets bersama rekan-rekan setimnya berkumpul di lingkaran tengah lapangan tetapi tetap menjaga jarak. Semua berlutut satu kaki dan mengepalkan satu tangan ke atas. Frets yang mencetak gol berada di tengah dan dikelilingi oleh pemain lain. Robert Rene Alberts menyebut bahwa perayaan gol ini memang dipersiapkan oleh tim.
“Itu bukan selebrasi Frets tapi selebrasi gol tim Persib. Sebelum pertandingan kemarin, kami mendapat imbauan dari Organizing Comitte untuk tidak melakukan selebrasi dengan saling berpelukan karena situasi covid-19,” tutur pelatih asal Belanda ini ketika diwawancara, Kamis (25/3).
Imbauan jaga jarak memang didengungkan dalam upaya menekan angka penyebaran covid-19. Maka dari itu perayaan gol yang biasanya dilakukan dengan berpelukan satu sama lain kini dilarang. Persib pun disebut Robert peduli akan hal itu dan harus mengikuti aturan yang berlaku
“Turnamen ini digelar demi mendapat izin dari polisi agar bisa menggelar liga. Jadi kami membahas soal regulasi ini dengan tim, mengikuti aturan itu dan jangan ada selebrasi dengan berpelukan satu sama lain,” kata mantan pelatih PSM dan Arema itu.
Makna perayaan gol ini juga merupakan bentuk solidaritas terhadap isu rasisme yang tengah melanda Sepakbola tanah air. Belum lama ini Patrich Wanggai menjadi korban rasis pada akun komentar di Instagramnya. Maka dari itu gestur kampanye’Black Lives Matter’ pun ditunjukan oleh pemain.
”
Di saat yang bersamaan, ada kejadian soal perundungan di sosial media berkaitan dengan rasisme, yang menurut kami sangat lah buruk dan tidak perlu terjadi. Jadi kami juga membahas soal ini dan mengajukan pada semua pemain, untuk merayakan gol secara terpisah, mengikuti aturan turnamen, tapi tetap dengan sukacita dan menunjukkan bahwa kami juga menentang rasisme,” terang Robert.
“Kombinasi dua faktor ini menjadi cara baru Persib dalam merayakan gol. Masih bersama-sama, tetapi kami membentuk lingkaran dengan salah satu pencetak gol ada di satu titik dan meneriakkan ‘menang bersama’,” tutup pelatih 66 tahun ini.

Perjuangan Persib menghindarkan diri dari kekalahan atas Bali United berbuah hasil pada menit 89. Kemelut di kotak penalti lawan dituntaskan sepakan keras jarak dekat Frets Butuan untuk mengubah kedudukan menjadi imbang 1-1. Namun perayaan gol yang tidak biasa dilakukan awak Maung Bandung.
Frets bersama rekan-rekan setimnya berkumpul di lingkaran tengah lapangan tetapi tetap menjaga jarak. Semua berlutut satu kaki dan mengepalkan satu tangan ke atas. Frets yang mencetak gol berada di tengah dan dikelilingi oleh pemain lain. Robert Rene Alberts menyebut bahwa perayaan gol ini memang dipersiapkan oleh tim.
“Itu bukan selebrasi Frets tapi selebrasi gol tim Persib. Sebelum pertandingan kemarin, kami mendapat imbauan dari Organizing Comitte untuk tidak melakukan selebrasi dengan saling berpelukan karena situasi covid-19,” tutur pelatih asal Belanda ini ketika diwawancara, Kamis (25/3).
Imbauan jaga jarak memang didengungkan dalam upaya menekan angka penyebaran covid-19. Maka dari itu perayaan gol yang biasanya dilakukan dengan berpelukan satu sama lain kini dilarang. Persib pun disebut Robert peduli akan hal itu dan harus mengikuti aturan yang berlaku
“Turnamen ini digelar demi mendapat izin dari polisi agar bisa menggelar liga. Jadi kami membahas soal regulasi ini dengan tim, mengikuti aturan itu dan jangan ada selebrasi dengan berpelukan satu sama lain,” kata mantan pelatih PSM dan Arema itu.
Makna perayaan gol ini juga merupakan bentuk solidaritas terhadap isu rasisme yang tengah melanda Sepakbola tanah air. Belum lama ini Patrich Wanggai menjadi korban rasis pada akun komentar di Instagramnya. Maka dari itu gestur kampanye’Black Lives Matter’ pun ditunjukan oleh pemain.
”
Di saat yang bersamaan, ada kejadian soal perundungan di sosial media berkaitan dengan rasisme, yang menurut kami sangat lah buruk dan tidak perlu terjadi. Jadi kami juga membahas soal ini dan mengajukan pada semua pemain, untuk merayakan gol secara terpisah, mengikuti aturan turnamen, tapi tetap dengan sukacita dan menunjukkan bahwa kami juga menentang rasisme,” terang Robert.
“Kombinasi dua faktor ini menjadi cara baru Persib dalam merayakan gol. Masih bersama-sama, tetapi kami membentuk lingkaran dengan salah satu pencetak gol ada di satu titik dan meneriakkan ‘menang bersama’,” tutup pelatih 66 tahun ini.
