Spaso, Kalau Sudah Jodoh, Gak Akan Lari Ke Mana
Monday, 23 March 2015 | 11:19
Adalah jargon yang berkembang di Indonesia, yang meyakini bahwa jodoh dan rezeki sudah ada yang mengatur. Manusia memang akan sampai pada takdirnya. Namun, takdir ini akan tergantung pada sejauh mana manusia itu berusaha. Perjalanan menuju takdir inilah yang akan terlihat berwarna, kadang menyenangkan, menyulitkan, bahkan terkadang membuat geli pada akhirnya.
Pencarian satu slot pemain asing tim Persib Bandung dalam persiapannya mengarungi Indonesia Super League (ISL) 2015, selalu menemui jalan buntu. Padahal sudah 15 striker asing mencoba dan tetap saja menjadi korban pencoretan pelatih Persib Jajang Nurjaman. Paling menyedot perhatian tentu adalah seleksi pemain asal Rusia, Apollon Lemondzhava. Permainan yang cukup mengesankan, muda, namun tetap saja tidak memenuhi kriteria Janur sapaan akrab Jajang Nurjaman. Dan lagi, disinyalir Apollon gagal memenuhi standar verifikasi pemain yang ditetapkan PT Liga. Hidup memang terkadang tidak menyenangkan.
Minggu (22/3) pasca pertandingan Persib vs Persebaya, perjalanan Persib mencari striker asing di musim ini sepertinya akan segera selesai. Dan benar saja, pada hari Senin (23/3), adalah Ilija Spasojević yang dipilih oleh coach Jajang Nurjaman sebagai ujung tombak asing membantu pemain lain sudah ada. Mengherankan memang, padahal striker kelahiran Yugoslavia ini sebelumnya telah dikontrak seteru sekota Pelita Bandung Raya. Lalu, bagaimana cerita di balik merapatnya Spaso?
Terancam bubarnya Pelita Bandung Raya (PBR) nampaknya sedikit membawa angin segar untuk Persib Bandung. Terindikasi sulitnya memenuhi kewajiban financial klub kepada pelatih, pemain dan official, mengakibatkan tim yang dulunya bernama Pelita Jaya Karawang dan memiliki beberapa nama lainnya itu tidak bisa menghidupi klub. Hal ini yang menyebabkan khusunya Spaso, hengkang setelah tidak menerima gaji 4 bulan lamanya. Aturan ini mengacu pada aturan transfer dan kontak pemain yang dirilis FIFA.
Uniknya, pria berusia 27 tahun ini sebenarnya merupakan pemain incaran Jajang Nurjaman. Namun memang, statusnya adalah pemain incaran alternatif, karena Persib sedang memburu mantan pemain Persebaya, Emanuel Pacho Kenmogne. Mahalnya harga sang pemain yang mencapai 3 M itu membuat manajemen urung merekrutnya. Pemain asal Kamerun tersebut itu kemudian dipinang klub Liga Malaysia Kelantan FA.
Jajang Nurjaman yang memang sudah menyiapkan skema planning keduanya yaitu memburu Spaso, bomber subur Persisam Samarinda. Sayang seribu sayang, pemain tersebut lebih memilih klub seteru sekota PBR, karena Persib terlambat membuat keputusan. Hal inilah yang membuat Persib harus mengarungi proses pencarian jodoh yang sangat panjang, terjal, dan berliku.
Tapi, jodoh adalah muara dari dialektika banyak faktor yang mengerubungi hidup manusia. Dan inilah yang terjadi di Persib Bandung saat ini. Faktor persahabatan Spaso dengan Vlado, faktor gagalnya Janur mendapatkan pemain incarannya, gagalnya PBR mempertahankan pemainnya bahkan disinyalir gagal mempertahankan hidupnya, atau bisa saja faktor cederanya Djibril dan hengkangnya Ferdinand Sinaga, atau faktor penulis yang selalu merindukan mantan, bisa jadi merupakan faktor-faktor yang membawa Spaso akhirnya berlabuh di Persib Bandung setelah sekian lama berkarir di Indonesia.
Proses transfer Spaso ini mirip seorang lelaki yang tidak masuk kriteria calon mertuanya. Di satu sisi, si calon mertua gagal mendapatkan calon yang layak buat anak perempuannya, di sisi lain, laki-laki itu gagal menjalin hubungan dengan kekasihnya. Dan akhirnya, mereka dipertemukan juga. Ungkapan ini pasti akan lebih mudah dimengerti oleh pembaca yang sudah membaca novel “Ketika Cinta Bertasbih” yang juga dibuat film itu.
Proses transfer Spaso ke Persib memang sejalan dengan ungkapan kalau sudah jodoh gak akan lari ke mana. Ungkapan ini bukan menyuruh manusia untuk menunggu, tapi tetap saja, karena tuhan bukan biro jodoh, usaha manusia adalah faktor yang utama.
Sekian
Ditulis oleh Adil Nursalam, wartawan Simamaung yang masih single dan available, sedang menyelesaikan kuliahnya di Unisba, berakun twitter @yasseradil.

Adalah jargon yang berkembang di Indonesia, yang meyakini bahwa jodoh dan rezeki sudah ada yang mengatur. Manusia memang akan sampai pada takdirnya. Namun, takdir ini akan tergantung pada sejauh mana manusia itu berusaha. Perjalanan menuju takdir inilah yang akan terlihat berwarna, kadang menyenangkan, menyulitkan, bahkan terkadang membuat geli pada akhirnya.
Pencarian satu slot pemain asing tim Persib Bandung dalam persiapannya mengarungi Indonesia Super League (ISL) 2015, selalu menemui jalan buntu. Padahal sudah 15 striker asing mencoba dan tetap saja menjadi korban pencoretan pelatih Persib Jajang Nurjaman. Paling menyedot perhatian tentu adalah seleksi pemain asal Rusia, Apollon Lemondzhava. Permainan yang cukup mengesankan, muda, namun tetap saja tidak memenuhi kriteria Janur sapaan akrab Jajang Nurjaman. Dan lagi, disinyalir Apollon gagal memenuhi standar verifikasi pemain yang ditetapkan PT Liga. Hidup memang terkadang tidak menyenangkan.
Minggu (22/3) pasca pertandingan Persib vs Persebaya, perjalanan Persib mencari striker asing di musim ini sepertinya akan segera selesai. Dan benar saja, pada hari Senin (23/3), adalah Ilija Spasojević yang dipilih oleh coach Jajang Nurjaman sebagai ujung tombak asing membantu pemain lain sudah ada. Mengherankan memang, padahal striker kelahiran Yugoslavia ini sebelumnya telah dikontrak seteru sekota Pelita Bandung Raya. Lalu, bagaimana cerita di balik merapatnya Spaso?
Terancam bubarnya Pelita Bandung Raya (PBR) nampaknya sedikit membawa angin segar untuk Persib Bandung. Terindikasi sulitnya memenuhi kewajiban financial klub kepada pelatih, pemain dan official, mengakibatkan tim yang dulunya bernama Pelita Jaya Karawang dan memiliki beberapa nama lainnya itu tidak bisa menghidupi klub. Hal ini yang menyebabkan khusunya Spaso, hengkang setelah tidak menerima gaji 4 bulan lamanya. Aturan ini mengacu pada aturan transfer dan kontak pemain yang dirilis FIFA.
Uniknya, pria berusia 27 tahun ini sebenarnya merupakan pemain incaran Jajang Nurjaman. Namun memang, statusnya adalah pemain incaran alternatif, karena Persib sedang memburu mantan pemain Persebaya, Emanuel Pacho Kenmogne. Mahalnya harga sang pemain yang mencapai 3 M itu membuat manajemen urung merekrutnya. Pemain asal Kamerun tersebut itu kemudian dipinang klub Liga Malaysia Kelantan FA.
Jajang Nurjaman yang memang sudah menyiapkan skema planning keduanya yaitu memburu Spaso, bomber subur Persisam Samarinda. Sayang seribu sayang, pemain tersebut lebih memilih klub seteru sekota PBR, karena Persib terlambat membuat keputusan. Hal inilah yang membuat Persib harus mengarungi proses pencarian jodoh yang sangat panjang, terjal, dan berliku.
Tapi, jodoh adalah muara dari dialektika banyak faktor yang mengerubungi hidup manusia. Dan inilah yang terjadi di Persib Bandung saat ini. Faktor persahabatan Spaso dengan Vlado, faktor gagalnya Janur mendapatkan pemain incarannya, gagalnya PBR mempertahankan pemainnya bahkan disinyalir gagal mempertahankan hidupnya, atau bisa saja faktor cederanya Djibril dan hengkangnya Ferdinand Sinaga, atau faktor penulis yang selalu merindukan mantan, bisa jadi merupakan faktor-faktor yang membawa Spaso akhirnya berlabuh di Persib Bandung setelah sekian lama berkarir di Indonesia.
Proses transfer Spaso ini mirip seorang lelaki yang tidak masuk kriteria calon mertuanya. Di satu sisi, si calon mertua gagal mendapatkan calon yang layak buat anak perempuannya, di sisi lain, laki-laki itu gagal menjalin hubungan dengan kekasihnya. Dan akhirnya, mereka dipertemukan juga. Ungkapan ini pasti akan lebih mudah dimengerti oleh pembaca yang sudah membaca novel “Ketika Cinta Bertasbih” yang juga dibuat film itu.
Proses transfer Spaso ke Persib memang sejalan dengan ungkapan kalau sudah jodoh gak akan lari ke mana. Ungkapan ini bukan menyuruh manusia untuk menunggu, tapi tetap saja, karena tuhan bukan biro jodoh, usaha manusia adalah faktor yang utama.
Sekian
Ditulis oleh Adil Nursalam, wartawan Simamaung yang masih single dan available, sedang menyelesaikan kuliahnya di Unisba, berakun twitter @yasseradil.

dari sekian kalimat nu ditulis kalimat “atau faktor penulis yang selalu merindukan mantan”, adalah kalimat tragis dan nendang di hati haaaa… sing sabar penulis, bukankah kalo jado tak akan lari kemana…
Ayo spaso kamu pasti bisaaaaa….
eta tulisan alus uey….ciga cerpen…sip
Hayang leweh baca na ge lurr lahh