Kabeh Dulur, Dukung PERSIB jadi Juara
Friday, 21 November 2014 | 08:00
“InsyaAllah PERSIB akan masuk final tahun ini, dan harus nonton langsung ke Stadion GBK untuk menjadi saksi penantian 19 tahun” itulah nadzar yang saya ucapkan ketika untuk pertama kalinya menginjakan kaki di rumput lapangan Stadion Gelora Bung Karno pada hari Minggu, 19 Oktober 2014 ketika disela-sela mengantar anak yang sedang bertanding di lapangan softball, Senayan
Malam itu Selasa, 4 Nopember 2014, semifinal PERSIB vs Arema, ada sedikit penyesalan kenapa tidak bisa mendukung langsung ke Palembang menyaksikan laga semifinal, apalagi ada rasa iri melihat teman yang bisa hadir langsung disana. Setelah pertandingan normal 90 menit yang menegangkan, pertandingan harus dilanjutkan dengan tambahan waktu 2×15 menit. Alhamdulillah, PERSIB bisa menaklukan Arema dan berhasil melangkah ke final ISL 2014, dan satu yang ada dibenak saya, harus berangkat ke Jakarta nonton laga Final PERSIB vs Persipura di laga final di Stadion GBK membayar nadzar saya beberapa hari yang lalu.
Keesokan paginya hari Rabu, selepas mengantar anak sekolah, saya mengunjungi rekan dijalan Ambon, yang meskipun berdarah batak, tetapi loyalitasnya terhadap PERSIB tidak perlu dipertanyakan lagi. Sesampainya disana saya lontarkan niat saya untuk mengajak nonton laga final, rupanya rekan saya ini pun mempunyai niat yang sama dan telah mendapat restu dari istrinya meskipun sang isteri baru melahirkan anak yang kelima.
Pagi itu barulah diketahui bahwa laga tetap dilaksanakan di stadion Gelora Jakabaring Palembang, tidak jadi di Jakarta, itupun setelah saya mendapat kepastian dari pengurus PERSIB yang sempat saya kunjungi di jalan Gurame. Tanpa pikir panjang lagi segera saya mencari tiket pesawat karena menurut informasi tidak ada keberangkatan bus kloter dua dari Bandung, akhirnya rekan saya tersebut mengajak kenalannya untuk bersama-sama nonton laga final. Alhamdulillah 4 tiket pesawat dan 2 kamar penginapan sudah ada ditangan, rupanya rekan saya tersebut menghubungi kembali untuk meminta tiket pesawat dua lagi, cuma beda satu jam rupanya tiket pesawat harganya melambung sampai hampir dua kalinya, itupun kami beli jurusan Jakarta-Palembang, berharap pesawat dari Husein, Bandung harganya sudah menggila.
Kamis pagi, saya menyempatkan untuk berniat membeli syal serta bendera baru untuk dipakai saat mendukung PERSIB besok di Palembang, saya pun melewati Gasibu, betapa kagetnya rupanya banyak Bobotoh yang berkumpul menunggu bus untuk mengangkut mereka ke Palembang, motorpun saya tepikan mengajak ngobrol Bobotoh yang ada disana, tidak lama ada yang memanggil “Kang, bade kamana?” Lalu dia meminta tolong untuk mengantarkan dirinya ke jalan Riau, sesuatu yang tidak mungkin saya terima ajakannya kalau keadaan normal, tetapi karena ini ‘Dulur’, meskipun belum kenal, saya iyakan ajakannya. Diperjalanan kami berkenalan, kang Jimmy, rupanya yang menumpang di motor saya, dia bertugas sebagai koordinator yang memberangkatkan Bobotoh dengan menggunakan bus dari bandung.
“Susah kang, semua perusahaan bus yang ada di Jawa Barat, tidak mau disewa untuk memberangkatkan Bobotoh ke Palembang, padahal kami sewa satu bus sebesar 12,5 juta dan kalau ada kerusakan kami bersedia menggantinya” begitu keluhnya, sesampainya di toko Viking dijalan Riau, masih ada saja para Bobotoh yang akan mendaftar, padahal di Gasibu sana masih ada rombongan sekitar 20 bus yang belum jelas bisa pergi atau tidaknya. Sayapun mencoba untuk membantu, karena ada kenalan yang mempunyai perusahaan bus di kota Cirebon. Kang Jimmy pun mengajakan kembali ke Gasibu untuk berkoordinasi menyampaikan niat saya dengan rekannya. Di Gasibu saya coba telepon perusahaan bus dari Cirebon tersebut, dan betul kata kang Jimmy hari itu telepon yang dihubungi tidak diangkat-angkat. Alhamdulillah tidak lama sekitar 15 bis dari Bekasi tiba, sedikit demi sedikit rombongan Bobotoh bisa terangkut.

Hari yang ditunggu pun tiba, kami memutuskan untuk berangkat pada pukul 2 dini hari sebab pesawat berangkat pada pukul 8 pagi, itupun dengan kendaraan pribadi. Dimobil tersebut rupanya ada 10 orang yang berangkat ke Jakarta, termasuk ada salah seorang keturunan tionghoa yang kabarnya sudah mendarah daging dengan PERSIB. Dengan kondisi jalan Cipularang yang tidak rata, otomatis ban mobil sering menyentuh body mobil yang berakibat kami tidak bisa tertidur meskipun rata-rata kami baru tidur dua jam sebelum berangkat
Kami tiba di bandara Soekarno hatta pukul 4.30 shubuh, sesaat setelah sholat shubuh kami check in. Ada pemandangan yang tidak biasa pagi itu dibandara Soekarno Hatta, banyak calon penumpang pesawat yang menggunakan Jersey PERSIB, betul tidak ada rasa kekhawatiran kami disana, karena banyak ‘dulur’ kami yang saling menjaga, saat itu ruang tunggu Bandara menjadi Biru, banyak para calon penumpang yang berbincang dengan saya dan tak lupa mereka mendoakan semoga PERSIB juara tahun ini, mereka tidak segan berbincang dengan kami, karena memang kami, Bobotoh, jauh dari kesan suporter yang beringas, kami santun, kami dukung PERSIB dengan sepenuh hati. Tetapi ada satu kejadian yang lucu, diantara penumpang yang Biru, ada satu warga keturunan tionghoa yang berkaos Orange ciri suporter setempat, saya mencoba mendekat untuk menyapanya, rupanya Hendra yang berasal dari Cimahi sedang menyamar karena takut diperjalanan tadi yang menggunakan travel terkena sweeping suporter tetangga, nama Hendrapun kami ketahui belakangan karena selama di Palembang salah seorang rekan kami memanggilnya Ahok. Lain lagi dengan Hafizh seorang Bobotoh dari Ciampelas, dia hanya punya tiket pesawat pergi, untuk penginapan dan pulang gimana nanti saja. Akhirnya berdelapan kami selalu bersama-sama selama perjalanan di Palembang, kedelapan orang yang tidak mengenal satu dan lainnya, direkatkan hubungan persaudaraan PERSIB Bandung

Di Pesawat kami, isinya mungkin sekitar 40% para Bobotoh yang akan menonton laga final nanti malam, akan tetapi diantara rombongan Biru tersebut, ada dua orang penumpang yang mengenakan jersey Persipura, ya betul mereka Persipura Mania yang berasal dari kota Tanggerang yang juga berniat menyaksikan laga final nanti malam. Ketika mendarat saya mendekati mereka berdua dan berkata “Semoga tim yang terbaik yang menang nanti malam” dan merekapun mengangguk tanda setuju, tak lama mereka berdua jadi selebritis dadakan untuk dijadikan rekan berfoto bersama para Bobotoh

Pukul sepuluh pagi kami sampai dipenginapan, ada satu hal yang belum terasa lega didada kami, ya betul tiket pertandingan nanti malam belum kami dapatkan, apakah nanti malam kami habiskan menonton laga final hanya ditelevisi di penginapan ataukah di stadion sesuai dengan mimpi kami, untungnya teman kami Danny mempunyai kenalan yang bisa membantu mendapatkan tiket untuk nanti malam, dan orang tersebut adalah istri dari mang Yana yang telah ada di Palembang sejak laga semifinal, legalah hati ini setelah dapat kepastian mendapatkan tiket untuk final nanti malam.

Setelah dapat kepastian dapat tiket sebagian besar dari kami segera bersiap melaksanakan sholat Jumat, tak mau menyia-yiakan kesempatan ada di Palembang, saya mengajak rombongan untuk sholat Jumat di Masjid Agung kota Palembang dengan menggunakan bus kota untuk sampai kesana. Didalam bis banyak para penumpang yang mendoakan semoga PERSIB bisa Juara tahun ini, malah ada salah seorang bapak yang merantau di Palembang yang berasal dari Ciamis yang bangga PERSIB bisa masuk ke Final.
Sepuluh menit berlalu, sampailah kami di Masjid Agung. Untuk sampai kesana kami harus menyebrangi jembatan penyebrangan, ketika sedang meniti tangga, ada seorang bapak yang menyapa kami, bapak tersebut mengenalkan dirinya salah seorang warga Bandung asal Karasak yang sedang berdinas dikota Palembang, senangnya banyak dulur yang mendoakan PERSIB Juara
Setelah makan siang, saya sendiri berniat mengunjungi seorang rekan teman SD jaman dahulu di hotel Aston, yang juga Home Base pemain PERSIB selama di Palembang, rupanya disini telah hadir jajaran pengurus PERSIB Bandung yang baru saja tiba menggunakan pesawat dari Bandung.

Sore jam empat kami bersiap dihotel untuk berangkat menuju stadion, rupanya rombongan kami bertambah lagi dua orang, dua orang ini pasangan ayah dan anak yang baru berangkat menggunakan mobil dari kota Jambi pagi tadi. Kami kesulitan menemukan kendaraan untuk sampai ke stadion, akhirnya Ahok, rekan kami menyarankan untuk menyewa kendaraan diseberang penginapan, yang tak lain sebuah tempat kursus mengemudi. Akan tetapi supir tersebut keberatan karena di mobil dengan supir akan menjadi 11 orang ! Takut kena tilang alasannya, maka segera Ahok menghampiri Polantas yang bertugas untuk meminta ijin apakah bisa kami bersebelas menggunakan mobil ke stadion, dengan ramah Polantas tersebut memperbolehkan, maka berangkatlah kami menggunakan mobil kursus mengemudi bersebelas didalam mobil kursus mengemudi.
Perjalanan baru sampai dijembatan Ampera yang melegenda, jalanan telah macet, mungkin akibat jam tersebut bertepatan dengan jam pulang kerja, atau jangan-jangan banyak rombongan Suporter yang akan menyaksikan laga final. Tidak lama dibelakang bunyi sirine motor Voorider terdengar, dibelakangnya rupannya membawa rombongan bis keluarga pemain PERSIB dan jajaran pengurus PERSIB, tidak kami sia-siakan kesempatan itu segera kami menyuruh supir untuk menempel dibelakang bus rombongan (karena kami juga kan rombongan pendukung PERSIB juga).
Sampailah kami di kompleks stadion Jakabaring Palembang, suasana disana seperti bukan di kota Palembang, tetapi lebih mirip suasana di Stadion Si Jalak harupat, para Bobotoh saling bertegur sapa, meskipun mereka tidak kenal satu sama lain, akan tetapi mereka dipersatukan oleh persaudaraan Bobotoh PERSIB. Disana rekan kami dari Jambi diwawancara oleh kru Trans7 untuk menanyakan masalah menggadaikan barang untuk bisa hadir di Palembang, tidak jauh dari sana ada pak Walikota Ridwan Kamil sedang mengajak Bobotoh untuk tidak mebuang sampah sembarangan di kota Palembang, dengan cara membagi-bagikan kantong plastik ramah lingkungan untuk sarana mengumpulkan sampah.
Tepat jam 18.00 kami memasuki tribun stadion untuk menyaksikan laga final, kami mendapat tempat duduk di tribun barat tepat berseberangan dengan tribun timur, dimana tempat Viking menyemangati pemain PERSIB yang sedang melakukan pemanasan dilapangan. Untuk tribun Utara dan Selatan masih agak sepi, hal ini bisa dimaklumi sebab masih banyak Bobotoh yang masih terjebak macet disepanjang jalur menuju Stadion Jakabaring. Di tribun kami ada sekitar lima ratus orang pendukung tim Persipura lengkap dengan atributnya, meskipun berbeda tim yang didukung akan tetapi kami tetap bisa duduk berdampingan, karena kehadiran kami di Jakabaring adalah untuk mendukung tim masing-masing, karena sesungguhnya kami itu satu, satu Indonesia, hanya Jersey kami saja yang berbeda.
Kickoff pun dimulai setelah sambutan dari Gubernur Sumatra Selatan, lalu Gubernur Jawa Barat serta Wakil Gubernur Papua. Baru sekitar 6 menit pertandingan Persipura unggul 1-0 atas PERSIB melalui gol Ian Kabes, melihat tim yang didukung tertinggal, para Bobotoh yang hadir memberikan semangat extra dengan lagu-lagu dan yel-yel khas Bobotoh untuk memompa semangat tim PERSIB yang berada dilapangan. Diakhir-akhir babak pertama Bio Paulin mendapat kartu merah setelah melakukan pelanggaran terhadap Ferdinand Sinaga yang berujung kartu kuning kedua, alhamdulillah tidak lama dari itu gol penyama kedudukan hadir dari gol bunuh diri pemain Persipura Immanuel Wanggai setelah terjadi kemelut dikotak pinalti Persipura. Dijeda pertandingan kami lihat para pemain cadangan serta offisial Persipura melakukan protes keras kepada wasit yang memimpin, akan tetapi wasit yang memimpin tetap pada pendiriannya dan berlalu meninggalkan lapangan pertandingan.
Kickoff babak kedua dimulai, unggul pemain, PERSIB mencoba mengambil alih kontrol pemainan, dan usaha tersebut berbuah manis, PERSIB unggul 2-1 melalui sepakan Haji Moh. Ridwan, akan tetapi bukan Persipura namanya apabila akan menyerah begitu saja, meskipun minus satu pemain akan tetapi serangan balik dari Boaz Salosa dkk bisa bikin jantung Bobotoh yang hadir langsung maupun yang menyaksikan dilayar kaca berdetak kencang apalagi setelah masuknya Pahabol yang unggul dalam kecepatan. Dan benar saja tidak lama Boaz mampu menyamakan kedudukan menjadi 2-2 setelah menerima umpan silang dari Pahabol. Semakin keraslah denyut jantung Bobotoh disisa sepuluh menit terakhir apalagi di tribun kami para suporter Persipura memberikan perang psikologis dengan menyanyikan yel-yel dan lagu-lagu yang biasa Bobotoh nyanyikan dengan lirik yang diganti ditujukan bagi tim Persipura.
Hingga menit ke 90 akhir babak kedua skor tidak berubah sehingga pertandingan dilanjutkan dengan perpanjangan waktu 2×15 menit. Meskipun dibabak perpanjangan waktu PERSIB bisa menunjukan karakter aslinya dengan umpan pendek kaki ke kaki akan tetapi penjaga gawang Persipura Dede Sulaiman menjadi batu karang yang sulit ditembus, celakanya di babak kedua perpanjangan waktu Vujovic mendapat kartu kuning kedua akibat mencoba menyundul bola yang sedang di pegang kiper Dede Sulaiman. Ada satu pemandangan unik, Vujovic yang biasanya menjadi pahlawan dilaga-laga terakhir PERSIB, ketika berjalan keluar lapangan spontan Manajer H. Umuh memarahi Vujovic, mungkin dalam benak H. umuh tindakan Vujovic bisa membuyarkan mimpi 19 tahun yang sudah menggunung.
Akhirnya pertandingan harus diselesaikan dengan adu penalty sebab skor masih sama kuat 2-2, beragam ekspresi yang saya lihat di stadion, mulai dari ada yang harap-harap cemas, sebab PERSIB mempunyai catatan kurang bagus di laga final ketika adu penalty contohnya ketika laga final melawan PSMS dulu. Lalu ada juga ekspresi yang memejamkan mata. Suasana hening ketika skor penalty 4-3 tak lama Nelson Alom yang kan menjadi penendang berikutnya, disuasana yang hening tiba-tiba saya ketawa kegirangan dan berteriak-teriak bahwa penendang berikutnya tidak akan masuk, banyak sorot mata yang memandang saya tapi seolah saya dapat penglihatan masa depan, betul saja tendangan Nelson Alom berhasil ditepis penjaga gawang Made Wirawan, tinggal satu tugas lagi dan itu ada di pundak Ahmad ‘Jupe’ Juprianto, mental bermain disana, akan tetapi Jupe bisa melesakan tendangannya menembus jaring Dede Sulaiman, sontak diseluruh penjuru stadion bergema “JUARA…JUARA..JUARA !!” Ya betul PERSIB kembali juara setelah 19 tahun !
Berbagai ekspresi nampak distadion kala itu ada yang berteriak-teriak ada yang saling berpelukan, juga ada menangis haru karena PERSIB bisa juara kembali, semua Bobotoh yang ada distadion saat itu bercampur perasaannya, tidak ada lagi sekat yang memisahkan mereka, seakan-akan mereka satu saudara seibu sebapak, ya betul Bobotoh menjadi satu dulur yang mengantarkan PERSIB menjadi juara.
Pesta kemenangan digelar saat itu juga, dimana pesta ditambah meriah setelah Ferdinand Sinaga didaulat menjadi pemain terbaik ISL 2014, ya Si anak hilang tersebut ditahun pertamanya menjadi pemain yang bisa membanggakan klub yang membesarkan namanya, dan tentu saja pesta semakin meriah lagi ketika PERSIB menerima piala dan melakukan Victory lap menyambut Bobotoh yang mendukungnya, tidak terasa jam menunjukan pukul 23.30, setelah menitipkan salah seorang rekan kami yang bernama Hafizh untuk dapat menggunakan kendaraan pulang dengan rombongan bis dibantu oleh Danny, kami pun harus kembali ke penginapan menggunakan sebuah mobil pick yang berjualan juice yang sebelumnya berjualan di Jakabaring, atas kebaikan pemiliknya kami dipersilahkan menumpang kendaraannya mengantarkan kami kembali ke penginapan.

Keesokan harinya kami bergegas bersiap kembali ke kota asal kami, Bandung dengan menggunakan angkutan kota yang di carter oleh kami bertujuh setelah sebelumnya makan siang dengan menu pempek khas Palembang dekat dengan penginapan. Di ruang tunggu Bandara Sultan Mahmud Baharuddin kami bertemu dengan Bobotoh lainnya serta ada salah seorang pemain Persipura, Titus Bonai yang satu pesawat dengan kami, tak lama kami pun Segera memasuki pesawat untuk bersiap tinggal landas. Ada satu kenangan yang tidak terlupa ketika sang pilot mengumumkan di pengeras suara ucapan selamat bagi tim PERSIB yang telah menjadi Juara ISL 2014 dalam versi bahasa Indonesia maupun bahasa inggris.
Sungguh suatu cerita yang akan terkenang sepanjang hayat mendampingi PERSIB menjadi juara ISL 2014, terima kasih Allah SWT, dulur-dulur Bobotoh, terima kasih kepada semua orang yang telah mendoakan PERSIB menjadi juara serta terima kasih atas keramahtamahan warga Palembang yang telah menyambut kami, Bobotoh selama di kota Palembang.
#PersibJuara – Penulis adalah bobotoh dengan akun twitter @andrecuztaman dan fb : Andre Cuztaman

“InsyaAllah PERSIB akan masuk final tahun ini, dan harus nonton langsung ke Stadion GBK untuk menjadi saksi penantian 19 tahun” itulah nadzar yang saya ucapkan ketika untuk pertama kalinya menginjakan kaki di rumput lapangan Stadion Gelora Bung Karno pada hari Minggu, 19 Oktober 2014 ketika disela-sela mengantar anak yang sedang bertanding di lapangan softball, Senayan
Malam itu Selasa, 4 Nopember 2014, semifinal PERSIB vs Arema, ada sedikit penyesalan kenapa tidak bisa mendukung langsung ke Palembang menyaksikan laga semifinal, apalagi ada rasa iri melihat teman yang bisa hadir langsung disana. Setelah pertandingan normal 90 menit yang menegangkan, pertandingan harus dilanjutkan dengan tambahan waktu 2×15 menit. Alhamdulillah, PERSIB bisa menaklukan Arema dan berhasil melangkah ke final ISL 2014, dan satu yang ada dibenak saya, harus berangkat ke Jakarta nonton laga Final PERSIB vs Persipura di laga final di Stadion GBK membayar nadzar saya beberapa hari yang lalu.
Keesokan paginya hari Rabu, selepas mengantar anak sekolah, saya mengunjungi rekan dijalan Ambon, yang meskipun berdarah batak, tetapi loyalitasnya terhadap PERSIB tidak perlu dipertanyakan lagi. Sesampainya disana saya lontarkan niat saya untuk mengajak nonton laga final, rupanya rekan saya ini pun mempunyai niat yang sama dan telah mendapat restu dari istrinya meskipun sang isteri baru melahirkan anak yang kelima.
Pagi itu barulah diketahui bahwa laga tetap dilaksanakan di stadion Gelora Jakabaring Palembang, tidak jadi di Jakarta, itupun setelah saya mendapat kepastian dari pengurus PERSIB yang sempat saya kunjungi di jalan Gurame. Tanpa pikir panjang lagi segera saya mencari tiket pesawat karena menurut informasi tidak ada keberangkatan bus kloter dua dari Bandung, akhirnya rekan saya tersebut mengajak kenalannya untuk bersama-sama nonton laga final. Alhamdulillah 4 tiket pesawat dan 2 kamar penginapan sudah ada ditangan, rupanya rekan saya tersebut menghubungi kembali untuk meminta tiket pesawat dua lagi, cuma beda satu jam rupanya tiket pesawat harganya melambung sampai hampir dua kalinya, itupun kami beli jurusan Jakarta-Palembang, berharap pesawat dari Husein, Bandung harganya sudah menggila.
Kamis pagi, saya menyempatkan untuk berniat membeli syal serta bendera baru untuk dipakai saat mendukung PERSIB besok di Palembang, saya pun melewati Gasibu, betapa kagetnya rupanya banyak Bobotoh yang berkumpul menunggu bus untuk mengangkut mereka ke Palembang, motorpun saya tepikan mengajak ngobrol Bobotoh yang ada disana, tidak lama ada yang memanggil “Kang, bade kamana?” Lalu dia meminta tolong untuk mengantarkan dirinya ke jalan Riau, sesuatu yang tidak mungkin saya terima ajakannya kalau keadaan normal, tetapi karena ini ‘Dulur’, meskipun belum kenal, saya iyakan ajakannya. Diperjalanan kami berkenalan, kang Jimmy, rupanya yang menumpang di motor saya, dia bertugas sebagai koordinator yang memberangkatkan Bobotoh dengan menggunakan bus dari bandung.
“Susah kang, semua perusahaan bus yang ada di Jawa Barat, tidak mau disewa untuk memberangkatkan Bobotoh ke Palembang, padahal kami sewa satu bus sebesar 12,5 juta dan kalau ada kerusakan kami bersedia menggantinya” begitu keluhnya, sesampainya di toko Viking dijalan Riau, masih ada saja para Bobotoh yang akan mendaftar, padahal di Gasibu sana masih ada rombongan sekitar 20 bus yang belum jelas bisa pergi atau tidaknya. Sayapun mencoba untuk membantu, karena ada kenalan yang mempunyai perusahaan bus di kota Cirebon. Kang Jimmy pun mengajakan kembali ke Gasibu untuk berkoordinasi menyampaikan niat saya dengan rekannya. Di Gasibu saya coba telepon perusahaan bus dari Cirebon tersebut, dan betul kata kang Jimmy hari itu telepon yang dihubungi tidak diangkat-angkat. Alhamdulillah tidak lama sekitar 15 bis dari Bekasi tiba, sedikit demi sedikit rombongan Bobotoh bisa terangkut.
Hari yang ditunggu pun tiba, kami memutuskan untuk berangkat pada pukul 2 dini hari sebab pesawat berangkat pada pukul 8 pagi, itupun dengan kendaraan pribadi. Dimobil tersebut rupanya ada 10 orang yang berangkat ke Jakarta, termasuk ada salah seorang keturunan tionghoa yang kabarnya sudah mendarah daging dengan PERSIB. Dengan kondisi jalan Cipularang yang tidak rata, otomatis ban mobil sering menyentuh body mobil yang berakibat kami tidak bisa tertidur meskipun rata-rata kami baru tidur dua jam sebelum berangkat
Kami tiba di bandara Soekarno hatta pukul 4.30 shubuh, sesaat setelah sholat shubuh kami check in. Ada pemandangan yang tidak biasa pagi itu dibandara Soekarno Hatta, banyak calon penumpang pesawat yang menggunakan Jersey PERSIB, betul tidak ada rasa kekhawatiran kami disana, karena banyak ‘dulur’ kami yang saling menjaga, saat itu ruang tunggu Bandara menjadi Biru, banyak para calon penumpang yang berbincang dengan saya dan tak lupa mereka mendoakan semoga PERSIB juara tahun ini, mereka tidak segan berbincang dengan kami, karena memang kami, Bobotoh, jauh dari kesan suporter yang beringas, kami santun, kami dukung PERSIB dengan sepenuh hati. Tetapi ada satu kejadian yang lucu, diantara penumpang yang Biru, ada satu warga keturunan tionghoa yang berkaos Orange ciri suporter setempat, saya mencoba mendekat untuk menyapanya, rupanya Hendra yang berasal dari Cimahi sedang menyamar karena takut diperjalanan tadi yang menggunakan travel terkena sweeping suporter tetangga, nama Hendrapun kami ketahui belakangan karena selama di Palembang salah seorang rekan kami memanggilnya Ahok. Lain lagi dengan Hafizh seorang Bobotoh dari Ciampelas, dia hanya punya tiket pesawat pergi, untuk penginapan dan pulang gimana nanti saja. Akhirnya berdelapan kami selalu bersama-sama selama perjalanan di Palembang, kedelapan orang yang tidak mengenal satu dan lainnya, direkatkan hubungan persaudaraan PERSIB Bandung
Di Pesawat kami, isinya mungkin sekitar 40% para Bobotoh yang akan menonton laga final nanti malam, akan tetapi diantara rombongan Biru tersebut, ada dua orang penumpang yang mengenakan jersey Persipura, ya betul mereka Persipura Mania yang berasal dari kota Tanggerang yang juga berniat menyaksikan laga final nanti malam. Ketika mendarat saya mendekati mereka berdua dan berkata “Semoga tim yang terbaik yang menang nanti malam” dan merekapun mengangguk tanda setuju, tak lama mereka berdua jadi selebritis dadakan untuk dijadikan rekan berfoto bersama para Bobotoh
Pukul sepuluh pagi kami sampai dipenginapan, ada satu hal yang belum terasa lega didada kami, ya betul tiket pertandingan nanti malam belum kami dapatkan, apakah nanti malam kami habiskan menonton laga final hanya ditelevisi di penginapan ataukah di stadion sesuai dengan mimpi kami, untungnya teman kami Danny mempunyai kenalan yang bisa membantu mendapatkan tiket untuk nanti malam, dan orang tersebut adalah istri dari mang Yana yang telah ada di Palembang sejak laga semifinal, legalah hati ini setelah dapat kepastian mendapatkan tiket untuk final nanti malam.
Setelah dapat kepastian dapat tiket sebagian besar dari kami segera bersiap melaksanakan sholat Jumat, tak mau menyia-yiakan kesempatan ada di Palembang, saya mengajak rombongan untuk sholat Jumat di Masjid Agung kota Palembang dengan menggunakan bus kota untuk sampai kesana. Didalam bis banyak para penumpang yang mendoakan semoga PERSIB bisa Juara tahun ini, malah ada salah seorang bapak yang merantau di Palembang yang berasal dari Ciamis yang bangga PERSIB bisa masuk ke Final.
Sepuluh menit berlalu, sampailah kami di Masjid Agung. Untuk sampai kesana kami harus menyebrangi jembatan penyebrangan, ketika sedang meniti tangga, ada seorang bapak yang menyapa kami, bapak tersebut mengenalkan dirinya salah seorang warga Bandung asal Karasak yang sedang berdinas dikota Palembang, senangnya banyak dulur yang mendoakan PERSIB Juara
Setelah makan siang, saya sendiri berniat mengunjungi seorang rekan teman SD jaman dahulu di hotel Aston, yang juga Home Base pemain PERSIB selama di Palembang, rupanya disini telah hadir jajaran pengurus PERSIB Bandung yang baru saja tiba menggunakan pesawat dari Bandung.
Sore jam empat kami bersiap dihotel untuk berangkat menuju stadion, rupanya rombongan kami bertambah lagi dua orang, dua orang ini pasangan ayah dan anak yang baru berangkat menggunakan mobil dari kota Jambi pagi tadi. Kami kesulitan menemukan kendaraan untuk sampai ke stadion, akhirnya Ahok, rekan kami menyarankan untuk menyewa kendaraan diseberang penginapan, yang tak lain sebuah tempat kursus mengemudi. Akan tetapi supir tersebut keberatan karena di mobil dengan supir akan menjadi 11 orang ! Takut kena tilang alasannya, maka segera Ahok menghampiri Polantas yang bertugas untuk meminta ijin apakah bisa kami bersebelas menggunakan mobil ke stadion, dengan ramah Polantas tersebut memperbolehkan, maka berangkatlah kami menggunakan mobil kursus mengemudi bersebelas didalam mobil kursus mengemudi.
Perjalanan baru sampai dijembatan Ampera yang melegenda, jalanan telah macet, mungkin akibat jam tersebut bertepatan dengan jam pulang kerja, atau jangan-jangan banyak rombongan Suporter yang akan menyaksikan laga final. Tidak lama dibelakang bunyi sirine motor Voorider terdengar, dibelakangnya rupannya membawa rombongan bis keluarga pemain PERSIB dan jajaran pengurus PERSIB, tidak kami sia-siakan kesempatan itu segera kami menyuruh supir untuk menempel dibelakang bus rombongan (karena kami juga kan rombongan pendukung PERSIB juga).
Sampailah kami di kompleks stadion Jakabaring Palembang, suasana disana seperti bukan di kota Palembang, tetapi lebih mirip suasana di Stadion Si Jalak harupat, para Bobotoh saling bertegur sapa, meskipun mereka tidak kenal satu sama lain, akan tetapi mereka dipersatukan oleh persaudaraan Bobotoh PERSIB. Disana rekan kami dari Jambi diwawancara oleh kru Trans7 untuk menanyakan masalah menggadaikan barang untuk bisa hadir di Palembang, tidak jauh dari sana ada pak Walikota Ridwan Kamil sedang mengajak Bobotoh untuk tidak mebuang sampah sembarangan di kota Palembang, dengan cara membagi-bagikan kantong plastik ramah lingkungan untuk sarana mengumpulkan sampah.
Tepat jam 18.00 kami memasuki tribun stadion untuk menyaksikan laga final, kami mendapat tempat duduk di tribun barat tepat berseberangan dengan tribun timur, dimana tempat Viking menyemangati pemain PERSIB yang sedang melakukan pemanasan dilapangan. Untuk tribun Utara dan Selatan masih agak sepi, hal ini bisa dimaklumi sebab masih banyak Bobotoh yang masih terjebak macet disepanjang jalur menuju Stadion Jakabaring. Di tribun kami ada sekitar lima ratus orang pendukung tim Persipura lengkap dengan atributnya, meskipun berbeda tim yang didukung akan tetapi kami tetap bisa duduk berdampingan, karena kehadiran kami di Jakabaring adalah untuk mendukung tim masing-masing, karena sesungguhnya kami itu satu, satu Indonesia, hanya Jersey kami saja yang berbeda.
Kickoff pun dimulai setelah sambutan dari Gubernur Sumatra Selatan, lalu Gubernur Jawa Barat serta Wakil Gubernur Papua. Baru sekitar 6 menit pertandingan Persipura unggul 1-0 atas PERSIB melalui gol Ian Kabes, melihat tim yang didukung tertinggal, para Bobotoh yang hadir memberikan semangat extra dengan lagu-lagu dan yel-yel khas Bobotoh untuk memompa semangat tim PERSIB yang berada dilapangan. Diakhir-akhir babak pertama Bio Paulin mendapat kartu merah setelah melakukan pelanggaran terhadap Ferdinand Sinaga yang berujung kartu kuning kedua, alhamdulillah tidak lama dari itu gol penyama kedudukan hadir dari gol bunuh diri pemain Persipura Immanuel Wanggai setelah terjadi kemelut dikotak pinalti Persipura. Dijeda pertandingan kami lihat para pemain cadangan serta offisial Persipura melakukan protes keras kepada wasit yang memimpin, akan tetapi wasit yang memimpin tetap pada pendiriannya dan berlalu meninggalkan lapangan pertandingan.
Kickoff babak kedua dimulai, unggul pemain, PERSIB mencoba mengambil alih kontrol pemainan, dan usaha tersebut berbuah manis, PERSIB unggul 2-1 melalui sepakan Haji Moh. Ridwan, akan tetapi bukan Persipura namanya apabila akan menyerah begitu saja, meskipun minus satu pemain akan tetapi serangan balik dari Boaz Salosa dkk bisa bikin jantung Bobotoh yang hadir langsung maupun yang menyaksikan dilayar kaca berdetak kencang apalagi setelah masuknya Pahabol yang unggul dalam kecepatan. Dan benar saja tidak lama Boaz mampu menyamakan kedudukan menjadi 2-2 setelah menerima umpan silang dari Pahabol. Semakin keraslah denyut jantung Bobotoh disisa sepuluh menit terakhir apalagi di tribun kami para suporter Persipura memberikan perang psikologis dengan menyanyikan yel-yel dan lagu-lagu yang biasa Bobotoh nyanyikan dengan lirik yang diganti ditujukan bagi tim Persipura.
Hingga menit ke 90 akhir babak kedua skor tidak berubah sehingga pertandingan dilanjutkan dengan perpanjangan waktu 2×15 menit. Meskipun dibabak perpanjangan waktu PERSIB bisa menunjukan karakter aslinya dengan umpan pendek kaki ke kaki akan tetapi penjaga gawang Persipura Dede Sulaiman menjadi batu karang yang sulit ditembus, celakanya di babak kedua perpanjangan waktu Vujovic mendapat kartu kuning kedua akibat mencoba menyundul bola yang sedang di pegang kiper Dede Sulaiman. Ada satu pemandangan unik, Vujovic yang biasanya menjadi pahlawan dilaga-laga terakhir PERSIB, ketika berjalan keluar lapangan spontan Manajer H. Umuh memarahi Vujovic, mungkin dalam benak H. umuh tindakan Vujovic bisa membuyarkan mimpi 19 tahun yang sudah menggunung.
Akhirnya pertandingan harus diselesaikan dengan adu penalty sebab skor masih sama kuat 2-2, beragam ekspresi yang saya lihat di stadion, mulai dari ada yang harap-harap cemas, sebab PERSIB mempunyai catatan kurang bagus di laga final ketika adu penalty contohnya ketika laga final melawan PSMS dulu. Lalu ada juga ekspresi yang memejamkan mata. Suasana hening ketika skor penalty 4-3 tak lama Nelson Alom yang kan menjadi penendang berikutnya, disuasana yang hening tiba-tiba saya ketawa kegirangan dan berteriak-teriak bahwa penendang berikutnya tidak akan masuk, banyak sorot mata yang memandang saya tapi seolah saya dapat penglihatan masa depan, betul saja tendangan Nelson Alom berhasil ditepis penjaga gawang Made Wirawan, tinggal satu tugas lagi dan itu ada di pundak Ahmad ‘Jupe’ Juprianto, mental bermain disana, akan tetapi Jupe bisa melesakan tendangannya menembus jaring Dede Sulaiman, sontak diseluruh penjuru stadion bergema “JUARA…JUARA..JUARA !!” Ya betul PERSIB kembali juara setelah 19 tahun !
Berbagai ekspresi nampak distadion kala itu ada yang berteriak-teriak ada yang saling berpelukan, juga ada menangis haru karena PERSIB bisa juara kembali, semua Bobotoh yang ada distadion saat itu bercampur perasaannya, tidak ada lagi sekat yang memisahkan mereka, seakan-akan mereka satu saudara seibu sebapak, ya betul Bobotoh menjadi satu dulur yang mengantarkan PERSIB menjadi juara.
Pesta kemenangan digelar saat itu juga, dimana pesta ditambah meriah setelah Ferdinand Sinaga didaulat menjadi pemain terbaik ISL 2014, ya Si anak hilang tersebut ditahun pertamanya menjadi pemain yang bisa membanggakan klub yang membesarkan namanya, dan tentu saja pesta semakin meriah lagi ketika PERSIB menerima piala dan melakukan Victory lap menyambut Bobotoh yang mendukungnya, tidak terasa jam menunjukan pukul 23.30, setelah menitipkan salah seorang rekan kami yang bernama Hafizh untuk dapat menggunakan kendaraan pulang dengan rombongan bis dibantu oleh Danny, kami pun harus kembali ke penginapan menggunakan sebuah mobil pick yang berjualan juice yang sebelumnya berjualan di Jakabaring, atas kebaikan pemiliknya kami dipersilahkan menumpang kendaraannya mengantarkan kami kembali ke penginapan.
Keesokan harinya kami bergegas bersiap kembali ke kota asal kami, Bandung dengan menggunakan angkutan kota yang di carter oleh kami bertujuh setelah sebelumnya makan siang dengan menu pempek khas Palembang dekat dengan penginapan. Di ruang tunggu Bandara Sultan Mahmud Baharuddin kami bertemu dengan Bobotoh lainnya serta ada salah seorang pemain Persipura, Titus Bonai yang satu pesawat dengan kami, tak lama kami pun Segera memasuki pesawat untuk bersiap tinggal landas. Ada satu kenangan yang tidak terlupa ketika sang pilot mengumumkan di pengeras suara ucapan selamat bagi tim PERSIB yang telah menjadi Juara ISL 2014 dalam versi bahasa Indonesia maupun bahasa inggris.
Sungguh suatu cerita yang akan terkenang sepanjang hayat mendampingi PERSIB menjadi juara ISL 2014, terima kasih Allah SWT, dulur-dulur Bobotoh, terima kasih kepada semua orang yang telah mendoakan PERSIB menjadi juara serta terima kasih atas keramahtamahan warga Palembang yang telah menyambut kami, Bobotoh selama di kota Palembang.
#PersibJuara – Penulis adalah bobotoh dengan akun twitter @andrecuztaman dan fb : Andre Cuztaman

maca tulisan di simamaung jd cirambay kieu uy, beruntung bobotoh nu nonton final di palembang,tp jd penyesalan saumur hdup keur sy te ntn kaditu:(
biru itu biru
biru saya bukan biru mafia
biru saya adalah biru yang tidak bisa dipermainkan oleh mafia
biru saya adalah persib
aslina lur..terharu, carindakdak, cirambay macana…tulisan nu didasarkeun kenyataan di lapangan, kabawa emosi kunu nulisna…sakali deui alus lur…nuhun…
PERSIB SALAWASNA