Janur Secara Terbuka Mengkritik Pemainnya
Monday, 10 October 2016 | 16:58
Pelatih Persib Jajang Nurjaman benar-benar tak habis pikir, pemainnya banyak melakukan kesalahan berulang. Padahal dirinya sudah mewanti-wanti anak-anak asuhannya agar bisa disiplin. Evaluasi pun tak pernah bosan dilakukan pasca pertandingan selesai, dan segera menutupinya dalam perbaikan di latihan.
Kekalahan terakhir melawan Madura United dengan skor 2-1 dalam ajang Torabika Soccer Championship (TSC) A 2016, dinilai pelatih yang karib disapa Janur itu akibat kelalaian pemainnya yang terulang. Organisasi lini pertahanan buruk, ditambah kesalahan fatal Jajang Sukmara membuat ia kesal.
“Secara penampilan kemarin enggak jelek, coba kalau enggak ada kesalahan hal elementer gitu enggak akan kaya gini hasilnya,” kata Janur, pada Senin (10/10) di Mess Persib.
Saat ditanyai akan keterbukaannya mengkritik pemain, pelatih 58 tahun itu menyebut hal itu ia lakukan karena terlalu seringnya mengingatkan hal yang sama. Wanti-wantinya seakan masuk dan keluar tanpa menerap dalam benak pemain. Pada akhirnya kesalahan kembali diulangi hingga membuat tim tak konsisten menjalani putaran kedua TSC.
“Rasanya sudah terlalu sering mengingatkan hal sama tapi tetap dilakukan juga dan lagi sampai latihannya pun untuk pemain menghindari hal-hal yang kerap jadi kesalahan, saya sebut, sudah dipraktekkan, tapi main gitu lagi, enggak tahu apa pikirannya,” curhat Janur.
Beberapa pemain diketahui sempat mendapat kritik pelatih asal Majalengka itu, hukumannya kerap sang pemain dirotasi dalam pertandingan selanjutnya. Sebut saja Dias Angga, Tony Sucipto, Jajang Sukmara, Samsul Arif, Zulham Zamrun, Atep, hingga Robertino Pugliara.
Namun, dari sekian pemain yang dikritik, adalah pemain asing yang menunjukkan performa menanjak. Robertino Pugliara diakui Janur memperlihatkan permainan meningkat dalam beberapa pertandingan terakhir. “Pugliara sekarang kelihatan penampilannya (bagus). Sementara yang lain masih angin-anginan,” sebutnya.

Pelatih Persib Jajang Nurjaman benar-benar tak habis pikir, pemainnya banyak melakukan kesalahan berulang. Padahal dirinya sudah mewanti-wanti anak-anak asuhannya agar bisa disiplin. Evaluasi pun tak pernah bosan dilakukan pasca pertandingan selesai, dan segera menutupinya dalam perbaikan di latihan.
Kekalahan terakhir melawan Madura United dengan skor 2-1 dalam ajang Torabika Soccer Championship (TSC) A 2016, dinilai pelatih yang karib disapa Janur itu akibat kelalaian pemainnya yang terulang. Organisasi lini pertahanan buruk, ditambah kesalahan fatal Jajang Sukmara membuat ia kesal.
“Secara penampilan kemarin enggak jelek, coba kalau enggak ada kesalahan hal elementer gitu enggak akan kaya gini hasilnya,” kata Janur, pada Senin (10/10) di Mess Persib.
Saat ditanyai akan keterbukaannya mengkritik pemain, pelatih 58 tahun itu menyebut hal itu ia lakukan karena terlalu seringnya mengingatkan hal yang sama. Wanti-wantinya seakan masuk dan keluar tanpa menerap dalam benak pemain. Pada akhirnya kesalahan kembali diulangi hingga membuat tim tak konsisten menjalani putaran kedua TSC.
“Rasanya sudah terlalu sering mengingatkan hal sama tapi tetap dilakukan juga dan lagi sampai latihannya pun untuk pemain menghindari hal-hal yang kerap jadi kesalahan, saya sebut, sudah dipraktekkan, tapi main gitu lagi, enggak tahu apa pikirannya,” curhat Janur.
Beberapa pemain diketahui sempat mendapat kritik pelatih asal Majalengka itu, hukumannya kerap sang pemain dirotasi dalam pertandingan selanjutnya. Sebut saja Dias Angga, Tony Sucipto, Jajang Sukmara, Samsul Arif, Zulham Zamrun, Atep, hingga Robertino Pugliara.
Namun, dari sekian pemain yang dikritik, adalah pemain asing yang menunjukkan performa menanjak. Robertino Pugliara diakui Janur memperlihatkan permainan meningkat dalam beberapa pertandingan terakhir. “Pugliara sekarang kelihatan penampilannya (bagus). Sementara yang lain masih angin-anginan,” sebutnya.

Tos kang janur, ulah kabuka kitu informasi public engke nimbulkan internal gap. Mun tos kitu lain malah bener, tapi jadi pada kehel akhirna hancur kabeh. sok, perbaiki hubngan komunikasi. Mun, terjadi beberapa kali kesalah pahaman pelatih jeung pemain, artina aya masalah di komunikasi akang jeung pemain, Kantun di atur weh tah supados ulah nimbulkeun masalah baru.
Mun dibandungan satiap pertandingan pamain persib lalogay pisan jeung araregois, embung mere ka batur nu posisina leuwih alus. Ka Kang Janur sing kudu jeli ka pamaen nu performana keur goreng langsung ganti wae. Hidup Persib
Kabeneran kamari mah goreng kabeh kang… piraku rek diganti kabeh…???
ARI TONI SUCIPTO KUMAHA LUR ??? NAHA TARA KA KRITIK KU BOBOTOH ??? SAKITU TELAT WAE NUTUP KROSING JADI GOL ????? OBJEKTIF ATUH LUR ??? DA TONI SUCIPTO GE DITINGALI MAENA LOBA TELAT NUTUP KROSING ???? KUMAHA TAH ???? BOA BOA TONI SUCIPTO ANAK EMAS DEUI WAE HAHAHA
kabaeh komen eweuh nu salah semua bisa ngaluarkeun unek2 na didieu tempatna dek ngiritik membangun, dek ngabuly bebas nu penting dalam batas wajar dan syariah tetep solid hehee… bravo persib tetap semangat ….
Tocip nyumput di nu caang luurr… bisaan manehnamah heheee
ajat hanya bisa nyerengeh sambil nyeupah
nurjaman.. nurjaman..
ganti kitu …… s janur
bangun ngeunah eta nu nyepah,,,
menta lakh urang semburkeun ka pamaen persib ameh areling
Saat ini yang dibutuhkan tim adalah dukungan untuk bangkit, kita boleh memberi kritik namun kritik yang membangun, bukan hujatan yg mungkin membuat tim semakin tertekan,
Tugas kita sebagai bobotoh adalah memberi dukungan dan doa untuk tim agar mendapat hasil yang baik di setiap pertandingan,
#persibbangkit
coba pake psikolog…ameh semangat deui …
PELATIH NA GE BUTUT ,EWWEH JALAN STRATEHI NU LAIN !!! KASARNA MAH KIRANG NGOTAK !
Ulah ngritik pemaen nyalira isin ku batur,mendingan nyarios blak blakkan,upami pemaen lepat kedah di cabok tampiling wae ulah kratak kritik, Sanes kitu Ua?
Salut. Bobotoh banyak melahirkan Einstein-Einstein sepak bola yang mampu menghapus reputasi emas karir kepelatihan, asisten pelatih, dan pemain seorang Djanur. Einstein-Einstein Sepak bola yang dengan modal maen PS, PES,FM, dan googling bisa memiliki kemampuan analisa melebihi hasil pendidikan kepelatihan A Eropa, apalagi yg cm kepelatihan B AFC dan OJT di Itali.
Pajarkeun mah Persib besar karena cucian!! Heueuh da laundry kiloan.
Ah, kelan suci, aku penuh dosa.
#Awdjanur
untuk tau dibulan ga ada udara kan ga perlu harus jadi astronot brow. jadi komentator yg bisa menganalisa tim pun kaya bung wesley yuke binder ga prlu bekas pemain bola. malah ulasannya kadang lbh pas drpada orang2 bola macem danurwindo ato yeyen misalnya. itu karena sudut pandang penonton kadang bisa lebih awas dibanding pelaku. demikian jga kita sbg bobotoh ga prlu jadi pelatih dulu untk jadi analis2 dadakan mah hehe.