Janur Nervous Berbicara di Depan Majelis Taklim
Thursday, 25 June 2015 | 13:32
Pelatih Persib Bandung, Jajang Nurjaman, mengaku gugup atau nervous saat berkesempatan menyampaikan tausyiah di depan majelis taklim pada acara Doa Bobotoh untuk sepak bola Indonesia, Kamis (25/6). Ia mengaku tidak terbiasa berbicara di depan para hadirin di Mesjid Trans Studio Bandung untuk ikut mendoakan kebaikan bagi Persib dan sepak bola Indonesia.
“Sangat tidak terbiasa berbicara di depan majelis taklim. Saya biasanya berbicara di depan wartawan. Tapi ini, karena yang dihadapi ibu-ibu, mereka harap pesan dari tausyiah saya benuansa agamis sementara materi kita sampaikan apa? Belum disiapkan dan tidak terbiasa,” ulasnya saat ditemui usai acara.
Janur pun mengakui dirinya baru pertama kali berbicara di depan ribuan jamaah yang hadir. “Pertama kali di dalam suasana Ramadhan saya sampaikan tausyiah sampai 3000 jama’ah, mayoritas ibu-ibu,” ucapnya.
Dalam tausyiahnya Janur hanya mengutarakan bagaimana kondisi Persib dan situasi sepak bola Indonesia. Dirinya sangat tidak mengharapkan bila kompetisi tidak bisa bergulir kembali. Saat ini Persib menjadi pemegang status spesial, karena berstatus sebagai jawara Liga Indonesia pertama dan terakhir. “Jadi kita sekarang berstatus sebagai juara pertama dan terakhir Liga Indonesia ya. Makanya, jangan sampai kompetisi tidak digulirkan kembali,” ujarnya.
Pelatih asal Majalengka itu, meminta doa kepada para masyarakat, supaya sepak bola Indonesia kembali kondusif dan kompetisi bisa kembali digelar. Mengingat kini, dirinya dan para pemain tidak melakukan aktifitas bersama tim seperti biasanya.
“Kita meminta doa dari bapak ibu agar kompetisi kembali bisa digelar. Karena kita terakhir menjuarai Liga Indonesia bulan November lalu, sudah sekitar 6 bulan kompetisi tidak berlanjut,” tuturnya.


Pelatih Persib Bandung, Jajang Nurjaman, mengaku gugup atau nervous saat berkesempatan menyampaikan tausyiah di depan majelis taklim pada acara Doa Bobotoh untuk sepak bola Indonesia, Kamis (25/6). Ia mengaku tidak terbiasa berbicara di depan para hadirin di Mesjid Trans Studio Bandung untuk ikut mendoakan kebaikan bagi Persib dan sepak bola Indonesia.
“Sangat tidak terbiasa berbicara di depan majelis taklim. Saya biasanya berbicara di depan wartawan. Tapi ini, karena yang dihadapi ibu-ibu, mereka harap pesan dari tausyiah saya benuansa agamis sementara materi kita sampaikan apa? Belum disiapkan dan tidak terbiasa,” ulasnya saat ditemui usai acara.
Janur pun mengakui dirinya baru pertama kali berbicara di depan ribuan jamaah yang hadir. “Pertama kali di dalam suasana Ramadhan saya sampaikan tausyiah sampai 3000 jama’ah, mayoritas ibu-ibu,” ucapnya.
Dalam tausyiahnya Janur hanya mengutarakan bagaimana kondisi Persib dan situasi sepak bola Indonesia. Dirinya sangat tidak mengharapkan bila kompetisi tidak bisa bergulir kembali. Saat ini Persib menjadi pemegang status spesial, karena berstatus sebagai jawara Liga Indonesia pertama dan terakhir. “Jadi kita sekarang berstatus sebagai juara pertama dan terakhir Liga Indonesia ya. Makanya, jangan sampai kompetisi tidak digulirkan kembali,” ujarnya.
Pelatih asal Majalengka itu, meminta doa kepada para masyarakat, supaya sepak bola Indonesia kembali kondusif dan kompetisi bisa kembali digelar. Mengingat kini, dirinya dan para pemain tidak melakukan aktifitas bersama tim seperti biasanya.
“Kita meminta doa dari bapak ibu agar kompetisi kembali bisa digelar. Karena kita terakhir menjuarai Liga Indonesia bulan November lalu, sudah sekitar 6 bulan kompetisi tidak berlanjut,” tuturnya.
