Jangan Takut Main di Jakarta!!
Monday, 12 October 2015 | 16:21
Gol! Sepakan keras dari Ilija Spasojevic mengantarkan Persib Bandung melaju ke final Piala Presiden. Kemelut yang terjadi di kotak penalti dari Mitra Kukar mampu dituntaskan dengan tendangan keras ke gawang Rivky Mokodompit. Gegap gempita dirasakan oleh seluruh bobotoh yang hadir di lapangan maupun di depan layar digital. Masalah tiket yang digubug oleh calo seakan hilang ketika wasit meniup peluit yang membuat maung bandung secara sah menjadi finalis Piala Presiden 2015. Jalak Harupat menjadi haru biru!
Sementara itu, berjarak sekitar 150 kilometer dari Bandung, ada tetangga berisik yang sudah gusar. Mereka mengetahui bahwa final Piala Presiden akan dilaksanakan di rumah mereka yang masih ngontrak kepada pemerintah. Stadion Gelora Bung Karno dipilih menjadi opsi pertamu venue oleh Mahaka Sport selaku promotor dari perhelatan tersebut. Opsi tersebut sudah dipilih sejak awal kompetisi pra-musim ini dimulai. Tinggal menunggu rekomendasi dan izin dari pihak kepolisian untuk mencantumkan nama stadion berkapasitas 88.000 tersebut di dalam tiket nantinya. Ibaratnya tinggal nunggu jawaban ya atau tidak dari pihak keamanan tersebut.
Belum juga tiket dicetak, si tetangga tersebut sudah menghimbau bagi pihak Mahaka Sports maupun dari pihak kepolisian untuk tidak menggelar partai pamungkas di Jakarta. Tagar #TolakPersibMainDiJakarta sudah dibuat demi mendukung usahanya agar pasukan Maung Bandung tak menginjakan kaki di tanah Jakarta. Haram sepertinya bagi mereka melihat rivalnya berprestasi di rumahnya sendiri. Dalam salah satu media berkabarnya, ia menuturkan “ ….. agar tidak terjadi sesuat yang merugikan banyak pihak ”. Alasan yang tak beralasan.
Sudah diketahui hubungan si tetangga dengan Bobotoh tak harmonis, tapi romantis. Peristiwa pelemparan kepada bus pemain Persib Bandung ketika bertandang ke rumah Persija Jakarta serta pelemparan kepada rombongan bus yang mengangkut para bobotoh di tol wilayah Jakarta ketika mereka pulang dari Palembang. Dua peristiwa yang sudah cukup untuk merefleksikan siapa yang dirugikan. Bukan saling merugikan. Dalam hal ini, Bobotoh dan Persib Bandung dirugikan. Hal yang terjadi setelah itu merupakan reaksi normal manusia ketika dirinya terancam. Moal ngamimitian mun teu dimimitian.
Sebenarnya banyak alasan lain yang mengharuskan final digelar di Stadion Gelora Bung Karno. Pertama yaitu venue yang secara jarak paling dekat bagi kedua finalis presiden. Bandung cuma berjarak 2 jam lewat tol. Palembang hanya perlu berlayar menggunakan kapal ferri dan berlabuh di Priok. Sangat dekat. Bayangkan jika final dialihkan ke Stadion Kapten Dipta di Bali yang berjara ratusan kilometer dari kediaman Sriwijaya Fc dan Persib Bandung. Animo yang dihadirkan tak akan sebesar ketika bermain di Jakarta. Meski jarak bukan halangan, tapi pasti pembiayaan akan menjadi bengkak untuk melangsungkan awayday. #ModalFinal nampaknya akan lebih dari sekedar BPKB motor.
Masalah kapasitas stadion juga harus menjadi perhatian yang disorot. Perlu diketahui bahwa Stadion Kapten Dipta yang terletak di Gianyar hanya berkapasitas 25.000 tempat duduk. Hanya satu per tiga dari kapasitas stadion GBK. Animo yang pastinya besar tak akan tertampung jika final berlangsung di Bali. Untuk itulah sepertinya memang venue yang harus digunakan ya di Jakarta seperti rencana awal dari Mahaka Sports.
Dari seluruh hal tersebut, peristiwa yang paling ditakutkan adalah penyerangan terhadap Bobotoh yang dilakukan oleh oknum secara berjamaah. Lagi-lagi, Jakarta menjadi tempat yang paling “aman”. Jika memang final memang dilangsungkan di Jakarta, kasarnya mereka akan ditimpuk sekali. Bandingkan dengan jalur yang mereka lewati ketika harus mencapai Bali. Asumsikan melalui jalur darat ( kereta, bus ), beberapa pengalaman terdahulu memperlihatkan bahwa disepanjang jalur keberangkatan maupun kepulangan selalu terjadi pelemparan yang dialami para bobotoh. Solo-Malang-Plered-Purwakarta menjadi tempat yang sering terjadi saling adu lempar antara bobotoh dengan warga maupun oknum suporter. Lebih aman Jakarta, bung.
Harusnya hal tersebut juga masuk dalam pertimbangan para pihak terkait untuk menentukan venue tersebut. Masalah gesekan yang akan terjadi, biarlah menjadi ajang untuk menunjukan kedewasaan masing-masing pihak. Toh bermain di Jakarta juga menjadi hak bagi semua orang, mengingat stadion tersebut merupakan public goods yang seharusnya semua orang dapat menikmati fasilitas tersebut tanpa terkecuali.
Daripada sibuk melarang sebuah kesebelasan bermain di rumah sendiri, lebih baik menjadikan kesempatan ini untuk menunjukan bahwa mereka sudah sama-sama dewasa. Apa salahnya rival sendiri menggunakan fasilitas negara untuk bermain sepakbola. Tak lama, cuma sembilan puluh menit. Kalau perlu, anggaplah orang yang berkauskan biru nanti hanyalah hantu. Tak terlihat. Apa susahnya untuk sekejap saja menganggap seseorang hantu ?. Jadi jangan takut main di Jakarta!
Penulis : Reva Bagja Andriana, twitter : @revacore, masih mahasiswa di Unpad jurusan Ekonomi Pembangunan

Gol! Sepakan keras dari Ilija Spasojevic mengantarkan Persib Bandung melaju ke final Piala Presiden. Kemelut yang terjadi di kotak penalti dari Mitra Kukar mampu dituntaskan dengan tendangan keras ke gawang Rivky Mokodompit. Gegap gempita dirasakan oleh seluruh bobotoh yang hadir di lapangan maupun di depan layar digital. Masalah tiket yang digubug oleh calo seakan hilang ketika wasit meniup peluit yang membuat maung bandung secara sah menjadi finalis Piala Presiden 2015. Jalak Harupat menjadi haru biru!
Sementara itu, berjarak sekitar 150 kilometer dari Bandung, ada tetangga berisik yang sudah gusar. Mereka mengetahui bahwa final Piala Presiden akan dilaksanakan di rumah mereka yang masih ngontrak kepada pemerintah. Stadion Gelora Bung Karno dipilih menjadi opsi pertamu venue oleh Mahaka Sport selaku promotor dari perhelatan tersebut. Opsi tersebut sudah dipilih sejak awal kompetisi pra-musim ini dimulai. Tinggal menunggu rekomendasi dan izin dari pihak kepolisian untuk mencantumkan nama stadion berkapasitas 88.000 tersebut di dalam tiket nantinya. Ibaratnya tinggal nunggu jawaban ya atau tidak dari pihak keamanan tersebut.
Belum juga tiket dicetak, si tetangga tersebut sudah menghimbau bagi pihak Mahaka Sports maupun dari pihak kepolisian untuk tidak menggelar partai pamungkas di Jakarta. Tagar #TolakPersibMainDiJakarta sudah dibuat demi mendukung usahanya agar pasukan Maung Bandung tak menginjakan kaki di tanah Jakarta. Haram sepertinya bagi mereka melihat rivalnya berprestasi di rumahnya sendiri. Dalam salah satu media berkabarnya, ia menuturkan “ ….. agar tidak terjadi sesuat yang merugikan banyak pihak ”. Alasan yang tak beralasan.
Sudah diketahui hubungan si tetangga dengan Bobotoh tak harmonis, tapi romantis. Peristiwa pelemparan kepada bus pemain Persib Bandung ketika bertandang ke rumah Persija Jakarta serta pelemparan kepada rombongan bus yang mengangkut para bobotoh di tol wilayah Jakarta ketika mereka pulang dari Palembang. Dua peristiwa yang sudah cukup untuk merefleksikan siapa yang dirugikan. Bukan saling merugikan. Dalam hal ini, Bobotoh dan Persib Bandung dirugikan. Hal yang terjadi setelah itu merupakan reaksi normal manusia ketika dirinya terancam. Moal ngamimitian mun teu dimimitian.
Sebenarnya banyak alasan lain yang mengharuskan final digelar di Stadion Gelora Bung Karno. Pertama yaitu venue yang secara jarak paling dekat bagi kedua finalis presiden. Bandung cuma berjarak 2 jam lewat tol. Palembang hanya perlu berlayar menggunakan kapal ferri dan berlabuh di Priok. Sangat dekat. Bayangkan jika final dialihkan ke Stadion Kapten Dipta di Bali yang berjara ratusan kilometer dari kediaman Sriwijaya Fc dan Persib Bandung. Animo yang dihadirkan tak akan sebesar ketika bermain di Jakarta. Meski jarak bukan halangan, tapi pasti pembiayaan akan menjadi bengkak untuk melangsungkan awayday. #ModalFinal nampaknya akan lebih dari sekedar BPKB motor.
Masalah kapasitas stadion juga harus menjadi perhatian yang disorot. Perlu diketahui bahwa Stadion Kapten Dipta yang terletak di Gianyar hanya berkapasitas 25.000 tempat duduk. Hanya satu per tiga dari kapasitas stadion GBK. Animo yang pastinya besar tak akan tertampung jika final berlangsung di Bali. Untuk itulah sepertinya memang venue yang harus digunakan ya di Jakarta seperti rencana awal dari Mahaka Sports.
Dari seluruh hal tersebut, peristiwa yang paling ditakutkan adalah penyerangan terhadap Bobotoh yang dilakukan oleh oknum secara berjamaah. Lagi-lagi, Jakarta menjadi tempat yang paling “aman”. Jika memang final memang dilangsungkan di Jakarta, kasarnya mereka akan ditimpuk sekali. Bandingkan dengan jalur yang mereka lewati ketika harus mencapai Bali. Asumsikan melalui jalur darat ( kereta, bus ), beberapa pengalaman terdahulu memperlihatkan bahwa disepanjang jalur keberangkatan maupun kepulangan selalu terjadi pelemparan yang dialami para bobotoh. Solo-Malang-Plered-Purwakarta menjadi tempat yang sering terjadi saling adu lempar antara bobotoh dengan warga maupun oknum suporter. Lebih aman Jakarta, bung.
Harusnya hal tersebut juga masuk dalam pertimbangan para pihak terkait untuk menentukan venue tersebut. Masalah gesekan yang akan terjadi, biarlah menjadi ajang untuk menunjukan kedewasaan masing-masing pihak. Toh bermain di Jakarta juga menjadi hak bagi semua orang, mengingat stadion tersebut merupakan public goods yang seharusnya semua orang dapat menikmati fasilitas tersebut tanpa terkecuali.
Daripada sibuk melarang sebuah kesebelasan bermain di rumah sendiri, lebih baik menjadikan kesempatan ini untuk menunjukan bahwa mereka sudah sama-sama dewasa. Apa salahnya rival sendiri menggunakan fasilitas negara untuk bermain sepakbola. Tak lama, cuma sembilan puluh menit. Kalau perlu, anggaplah orang yang berkauskan biru nanti hanyalah hantu. Tak terlihat. Apa susahnya untuk sekejap saja menganggap seseorang hantu ?. Jadi jangan takut main di Jakarta!
Penulis : Reva Bagja Andriana, twitter : @revacore, masih mahasiswa di Unpad jurusan Ekonomi Pembangunan

Ah Resiko mah dimana wae ge aya.. bade di GBK bade di Bali, mangga kangge nu gaduh nyali… #birukanGBK
ges te sabar indit ka gbk euy!!!!!!!
Nu keur “ngontrak” GBK wewelan baso malang we … Meh wareg…omat..sanguan !!!
Hayu urang niatan ngadukung murni PERSIB, ngawitan ti diri urang moal ngamimitian misal ku cara teu nyanyi nu ngahina sporter tatangga, nu atos atos mah atos we. Tong teras ngawariskeun rasa dendam ka adi-adi urang, karunya adi adi urang nu teu terang nanaon dugika teu apal GBK. Insya Allah Damai itu Indah. komo PERSIB JUARA di GBK.
Bisaan si akang nulis artikelna diajar dimana kang
Tulisan mu cadas beud pa. lope u.
Tonk sieun lur hayu urang dukung persib juara
teuing gengsi tanapi iri meren tatanga mah, padahal da mmoal di hakan GBKna oge ku aing mah,,,
Mantav kata katana bung, tingkatkan. PERSIB JUARA #kekuatandoa
Paling2 parkir bus
Hati hati euy anu ngaku borneo mania provokator … Geus euweuh urusan jeung borneo …!!!
Sya berharaf final d gelar d jkt.
banyak ko bobotoh d jkt..yg terang2an ngedukung persib di jkt.. walau hanya lewat kaca slma ini.
jd jika final d jkt brti ngasih kesempatan buat kami bobotoh di jkt yg slma ini hanya bisa nonton lwt layar kaca.
Percaya lah ke kami..
kami2 psti datang birukan GBK.
Usul Untuk dulur2 bobotoh engke di stadion GBK tong nyanyi lagu2 anu ngahina Suporter tatangga nya urang Support Kesebelasan PERSIB we… BAGIMU PERSIB JIWA RAGA KAMI……
WELCOME TO JAKARATA LUR
@jak mania bekasi timur,,moal ngamimitian lamun tt di mimitian _sima aing simamaung