Jalan Terjal Atep Rintis Karir Sepakbola
Monday, 30 April 2018 | 10:09
Pahit getir dirasakan Atep hingga dirinya sukses menjadi kapten Persib yang mengangkat trofi kompetisi kasta teratas tanah air. Sebelum menjadi ikon Persib, ternyata dirinya harus lalui jalan terjal untuk ada di level ini. Semua dimulai ketika Atep gabung Sekolah Sepakbola (SSB) UNI ketika dia berusia 15 tahun.
Atep yang berasal dari Cianjur pun harus bolak-balik ke Bandung demi ikut berlatih diantar orang tuanya. Hasilnya dia cuma kuat tiga bulan karena tenaganya terkuras di jalan karena jarak yang tidak dekat. Hingga akhirnya Atep memutuskan tinggal di mes UNI setelah menerima saran dari saudaranya.
“Resikonya harus berpisah dengan orang tua pas tahun 1999/2000. Dulu tinggal di mes, engga ada saudara, dengan teman-teman juga awalnya engga kenal,” kenang Atep soal awal mula karirnya.
Tantangan berikutnya pun dihadapi Atep karena dia dipaksa untuk hidup mandiri di usia yang muda. Termasuk menata pengeluarannya untuk kehidupan sehari-hari termasuk urusan makan. Dirinya cuma diberi uang bekal Rp. 10 ribu per hari dari orang tuanya. Makan sehari-hari Atep pun hanya mengutamakan asupan nasi yang banyak.
“Semua sendiri dari beli makan sampai nyuci baju, tapi semua itu akhirnya kembali lagi ke diri saya, saya harus mengejar impian. Selama kurang lebih tiga tahun tetapi walaupun seperti itu saya mengikutinya dengan rasa ikhlas,” tutur Atep.
Atep pun berusaha untuk terus berjuang dan tegar meski nasibnya masih samar. Dirinya hanya berpikir bagaimana menimba ilmu dari SSB yang dikenal kerap mencetak pemain handal tersebut. Baginya yang terpenting kemampuannya mampu dimanfaatkan setidaknya oleh klub di sekitar tempat tinggalnya.
“Kalaupun saya engga jadi pemain profesional ga apa-apa lah, ya buat Cianjur aja. Karena ga ada beban, malah akhirnya kesempatan itu ada,” jelas pria 33 tahun tersebut.
Karir Atep di level junior pun tidaklah mulus karena dia sering gagal. Termasuk gagal menembus skuat Persib U-15 untuk Haornas. “Saya mengikuti seleksi Haornas 15 tahun di Persib tetapi engga masuk. Tapi saya ga patah semangat karena latihan sudah menjadi kewajiban buat saya,” jelasnya.
Namun akhirnya keras keras Atep membuahkan hasil setelah sukses masuk skuat Persib U-17 untuk Piala Soeratin. Dari sana karirnya mulai menanjak hingga masuk tim nasional junior dan dikontrak oleh Persija dan kembali ke klub yang membesarkan namanya.
“Akhirnya Alhamdulillah saya terpilih masuk Piala Soeratin lalu dari situ mulai saya bisa mengikuti di Persib,” pungkasnya.

Pahit getir dirasakan Atep hingga dirinya sukses menjadi kapten Persib yang mengangkat trofi kompetisi kasta teratas tanah air. Sebelum menjadi ikon Persib, ternyata dirinya harus lalui jalan terjal untuk ada di level ini. Semua dimulai ketika Atep gabung Sekolah Sepakbola (SSB) UNI ketika dia berusia 15 tahun.
Atep yang berasal dari Cianjur pun harus bolak-balik ke Bandung demi ikut berlatih diantar orang tuanya. Hasilnya dia cuma kuat tiga bulan karena tenaganya terkuras di jalan karena jarak yang tidak dekat. Hingga akhirnya Atep memutuskan tinggal di mes UNI setelah menerima saran dari saudaranya.
“Resikonya harus berpisah dengan orang tua pas tahun 1999/2000. Dulu tinggal di mes, engga ada saudara, dengan teman-teman juga awalnya engga kenal,” kenang Atep soal awal mula karirnya.
Tantangan berikutnya pun dihadapi Atep karena dia dipaksa untuk hidup mandiri di usia yang muda. Termasuk menata pengeluarannya untuk kehidupan sehari-hari termasuk urusan makan. Dirinya cuma diberi uang bekal Rp. 10 ribu per hari dari orang tuanya. Makan sehari-hari Atep pun hanya mengutamakan asupan nasi yang banyak.
“Semua sendiri dari beli makan sampai nyuci baju, tapi semua itu akhirnya kembali lagi ke diri saya, saya harus mengejar impian. Selama kurang lebih tiga tahun tetapi walaupun seperti itu saya mengikutinya dengan rasa ikhlas,” tutur Atep.
Atep pun berusaha untuk terus berjuang dan tegar meski nasibnya masih samar. Dirinya hanya berpikir bagaimana menimba ilmu dari SSB yang dikenal kerap mencetak pemain handal tersebut. Baginya yang terpenting kemampuannya mampu dimanfaatkan setidaknya oleh klub di sekitar tempat tinggalnya.
“Kalaupun saya engga jadi pemain profesional ga apa-apa lah, ya buat Cianjur aja. Karena ga ada beban, malah akhirnya kesempatan itu ada,” jelas pria 33 tahun tersebut.
Karir Atep di level junior pun tidaklah mulus karena dia sering gagal. Termasuk gagal menembus skuat Persib U-15 untuk Haornas. “Saya mengikuti seleksi Haornas 15 tahun di Persib tetapi engga masuk. Tapi saya ga patah semangat karena latihan sudah menjadi kewajiban buat saya,” jelasnya.
Namun akhirnya keras keras Atep membuahkan hasil setelah sukses masuk skuat Persib U-17 untuk Piala Soeratin. Dari sana karirnya mulai menanjak hingga masuk tim nasional junior dan dikontrak oleh Persija dan kembali ke klub yang membesarkan namanya.
“Akhirnya Alhamdulillah saya terpilih masuk Piala Soeratin lalu dari situ mulai saya bisa mengikuti di Persib,” pungkasnya.

Sarepi kieu nya bareak kuota kitu
Maklum we mang tanggal tua
Sori rada jauh komena tina judul,,ngadenge mh tim oranye rk ngalobi k persib supaya maena lwh tiheula di kandang persib,,mun nya mh bnr,tong daek sib..ngeunah wae..ngeunah disia t ngeunah diaing,,gs sesuai jadwal..dasar amatiran..
bae mang.. kudu na mah di viralkeun, yen tim eta nu nyetir penundaan jadwal, nu alesanna teu masuk akal, tapi akal akalan.. di car free day nu ayena berita na heboh oge, keramaian teu dilarang, naha jadwal liga teu meunang izin keramaian.. padahal jauh keneh ka hari buruh mah.. potensi persib meunang pisan pisan mun kamari jadi maen teh..
Aslina dasar PERSIJOKDRI
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://m.republika.co.id/amp_version/p7za9e280&ved=0ahUKEwi95qSk7eHaAhVGgI8KHeWDBC8QqUMIYzAH&usg=AOvVaw3tn2WIV8WnJvBWvFR3vuQk
tong daek disetir ku si GW
Tunuh euy
haloooo
tos weh eta hungkul abimah
Keren lord..
Pesimis engke di madura sieun eleh
Palaur eleh we mang
BERITANA TENTANG ATEP
Ari komen kaditu kadieu
😂😂😂😂😂
Rek sepi wae ieu teh
Rek kumaha oge tetep lord atep legend persib.