Invasi Rombongan Polandia dan Catatan Kelam Musim 2003
Friday, 05 June 2020 | 13:29
Marek Sledzianowski dan kiper asal Polandia, Mucharski. FOTO: Andri Gurnita / Pikiran Rakyat
Tahun 2003 bisa jadi dianggap sebagai musim horor bagi seluruh pecinta Persib Bandung. Klub dengan sejarah panjang sejak 1933 itu tersebut seakan kehilangan tajinya, Maung Bandung yang terkenal garang mendadak ompong. Bahkan jika dia akhir musim tidak terjadi keajaiban, Persib masuk jurang degradasi.
Keterpurukan tim Persib di Liga Indonesia IX 2003 didorong oleh strategi manajemen saat itu yang serampangan. Tidak ada visi yang disiapkan untuk membangkitkan reputasi Persib sebagai anggota liga dengan reputasi mentereng. Hanya keputusan asal-asalan yang akhirnya membuat tim nyaris kehilangan harga dirinya di penghujung musim.
Rencana awalnya memang ingin membuat Persib mengaum lagi karena prestasi yang merosot dalam beberapa tahun ke belakang. Seusai menjadi juara Liga Indonesia I 1994/1995, kedigdayaan Persib di kompetisi kasta teratas tanah air memang memudar. Salah satu caranya dengan mulai memakai jasa pelatih dan pemain asing.
Setelah hanya berada di peringkat 8 wilayah Barat Liga Indonesia 2002, manajemen pun mengambil keputusan berani. Pelatih berkebangsaan Polandia, Marek Andrezj Sledzianowski didatangkan untuk menjadi nahkoda tim. Tanpa rekam jejak yang jelas, pelatih eksentrik tersebut diresmikan, mungkin karena ada sejarah bagus antara Persib dengan pelatih terdahulu asal Polandia, Marek Janota.
Marek tidak datang sendirian dari Polandia, dia membawa gerbong pemain asing yang diproyeksikan menjadi tulang punggung timnya. Mariusz Mucharski (kiper), Pawel Bocian (bek), Piotr Orlinski (gelandang) dan Maciej Dolega (penyerang) dikontrak Persib dan mereka merupakan permain asing pertama yang digunakan Persib.
Namun proses rekrutmen ini justru malah menjadi bumerang bagi Persib Bandung. Karena di sisi lain, Persib juga melakukan revolusi di sektor pemain lokal. Pemain yang sudah menjadi ikon klub seperti Cecep Supriyatna, Suwita Pata, Yaris Riyadi dan Sujana terlempar dari tim. Gantinya para pemain muda yang minim pengalaman disiapkan untuk musim 2003.
Sebenarnya kehadiran Marek dan empat pemain asingnya sempat menumbuhkan optimisme di benak Bobotoh. Karena ada harapan kehadiran legiun impor yang di atas kertas punya kualitas di atas pemain lokal akan banyak membantu tim. Namun kiprah Mareka bersama pasukannya sama sekali tidak menunjukkan tanda perbaikan.
Persib secara mengejutkan malah mencatatkan hasil sangat buruk di awal musim. Bagaimana tidak, Maung Bandung sama sekali tidak bisa menunjukkan tajinya. 12 laga awal dilalui tanpa satu pun hasil positif. Tidak ada bedanya antara ketika bermain kandang atau tandang, Persib hanyalah tim lemah yang mudah dilumat lawan-lawannya.
Persib Bandung hanya meraih 4 angka dari 12 laga yang dimainkan. Kontribusi pemain asing juga sama sekali tidak membantu terutama kehadiran Pawel Bocian. Karena sebenarnya hanya tiga pemain saja yang boleh dimainkan di musim 2003 sesuai dengan regulasi. Kehadiran Bocian pun menjadi mubazir dan dia menjadi pemain pertama yang angkat kaki.
Gagal menang dari pekan pertama hingga pekan 12, Persib baru bisa memetik tiga angka di pekan ke-13. Petrokimia Putra akhirnya jadi lawan yang dilumat Persib dengan skor 2-1. Gol dari pemain asal Jepara, M Yusuf dan Asep Dayat cuma bisa dibalas satu gol Danilo Fernando. Masih belum ada kontribusi dari para pemain Polandia.
Mariusz Mucharski yang disiapkan menjadi tumpuan di bawah mistar tetap gagal menyelamatkan tim dari banyaknya kebobolan. Gawang Persib kemasukan 31 kali di putaran pertama. Kontribusi pemain menyerang juga tidak banyak membantu, Piotr Orlinski yang datang sebagai gelandang serang juga tidak memberikan pasokan bola yang enak ke lini depan.
Selama setengah musim, Orlinski hanya mencetak satu gol saja, itu pun datang di pekan ke-19 alias beberapa saat sebelum dia angkat kaki. Yang terakhir dan tidak kalah mengecewakan performanya adalah Maciej Dolega. Bomber bernomor punggung 20 tersebut sama sekali tak memenuhi harapan atas sosok mesin gol yang bisa mengangkat produktivitas tim.
Meski permainannya ngotot, namun itu belum cukup membuat kehadirannya bisa diterima, karena acuan striker hebat adalah jumlah gol. Miris, Dolega hanya mampu mencetak satu gol ke gawang PSM dan perlu menunggu 16 pekan baginya untuk membuka kran gol. Angka ini jauh dari catatan pemain asing di tim lain seperti Oscar Aravena (PSM) dan Bamidelle Bob Manuel (Persik). Koleksi gol Dolega di Persib pun masih ada di bawah catatan Imral Usman sebagai pemain lokal.
Keadaan pun memanas karena Bobotoh tidak ingin terus melihat Persib ada di posisi juru kunci. Ancaman turun kasta mengintai dan suporter menuntut manajemen melakukan perubahan. Atas prestasi buruk itu, akhirnya Marek angkat kaki dari Bandung, dan disusul oleh ketika pemainnya pada jeda transfer paruh musim.
Di putaran kedua, Persib mendatangkan pelatih asal Chili, Juan Paez untuk mengisi kursi kemudi klub. Tiga pemain yang sama-sama berkebangsaan Chili pun dibawa, Claudio Lizama, Alejandro Tobar dan Rodrigo Sanhueza. Kehadiran mereka sangat membantu tim karena mengangkat posisi Persib ke urutan 16 klasemen akhir dan berhak atas satu tempat di babak playoff promosi/degradasi. Persib pun akhirnya selamat karena memuncaki klasemen playoff di atas Persela, PSIM dan Perseden.


Marek Sledzianowski dan kiper asal Polandia, Mucharski. FOTO: Andri Gurnita / Pikiran Rakyat
Tahun 2003 bisa jadi dianggap sebagai musim horor bagi seluruh pecinta Persib Bandung. Klub dengan sejarah panjang sejak 1933 itu tersebut seakan kehilangan tajinya, Maung Bandung yang terkenal garang mendadak ompong. Bahkan jika dia akhir musim tidak terjadi keajaiban, Persib masuk jurang degradasi.
Keterpurukan tim Persib di Liga Indonesia IX 2003 didorong oleh strategi manajemen saat itu yang serampangan. Tidak ada visi yang disiapkan untuk membangkitkan reputasi Persib sebagai anggota liga dengan reputasi mentereng. Hanya keputusan asal-asalan yang akhirnya membuat tim nyaris kehilangan harga dirinya di penghujung musim.
Rencana awalnya memang ingin membuat Persib mengaum lagi karena prestasi yang merosot dalam beberapa tahun ke belakang. Seusai menjadi juara Liga Indonesia I 1994/1995, kedigdayaan Persib di kompetisi kasta teratas tanah air memang memudar. Salah satu caranya dengan mulai memakai jasa pelatih dan pemain asing.
Setelah hanya berada di peringkat 8 wilayah Barat Liga Indonesia 2002, manajemen pun mengambil keputusan berani. Pelatih berkebangsaan Polandia, Marek Andrezj Sledzianowski didatangkan untuk menjadi nahkoda tim. Tanpa rekam jejak yang jelas, pelatih eksentrik tersebut diresmikan, mungkin karena ada sejarah bagus antara Persib dengan pelatih terdahulu asal Polandia, Marek Janota.
Marek tidak datang sendirian dari Polandia, dia membawa gerbong pemain asing yang diproyeksikan menjadi tulang punggung timnya. Mariusz Mucharski (kiper), Pawel Bocian (bek), Piotr Orlinski (gelandang) dan Maciej Dolega (penyerang) dikontrak Persib dan mereka merupakan permain asing pertama yang digunakan Persib.
Namun proses rekrutmen ini justru malah menjadi bumerang bagi Persib Bandung. Karena di sisi lain, Persib juga melakukan revolusi di sektor pemain lokal. Pemain yang sudah menjadi ikon klub seperti Cecep Supriyatna, Suwita Pata, Yaris Riyadi dan Sujana terlempar dari tim. Gantinya para pemain muda yang minim pengalaman disiapkan untuk musim 2003.
Sebenarnya kehadiran Marek dan empat pemain asingnya sempat menumbuhkan optimisme di benak Bobotoh. Karena ada harapan kehadiran legiun impor yang di atas kertas punya kualitas di atas pemain lokal akan banyak membantu tim. Namun kiprah Mareka bersama pasukannya sama sekali tidak menunjukkan tanda perbaikan.
Persib secara mengejutkan malah mencatatkan hasil sangat buruk di awal musim. Bagaimana tidak, Maung Bandung sama sekali tidak bisa menunjukkan tajinya. 12 laga awal dilalui tanpa satu pun hasil positif. Tidak ada bedanya antara ketika bermain kandang atau tandang, Persib hanyalah tim lemah yang mudah dilumat lawan-lawannya.
Persib Bandung hanya meraih 4 angka dari 12 laga yang dimainkan. Kontribusi pemain asing juga sama sekali tidak membantu terutama kehadiran Pawel Bocian. Karena sebenarnya hanya tiga pemain saja yang boleh dimainkan di musim 2003 sesuai dengan regulasi. Kehadiran Bocian pun menjadi mubazir dan dia menjadi pemain pertama yang angkat kaki.
Gagal menang dari pekan pertama hingga pekan 12, Persib baru bisa memetik tiga angka di pekan ke-13. Petrokimia Putra akhirnya jadi lawan yang dilumat Persib dengan skor 2-1. Gol dari pemain asal Jepara, M Yusuf dan Asep Dayat cuma bisa dibalas satu gol Danilo Fernando. Masih belum ada kontribusi dari para pemain Polandia.
Mariusz Mucharski yang disiapkan menjadi tumpuan di bawah mistar tetap gagal menyelamatkan tim dari banyaknya kebobolan. Gawang Persib kemasukan 31 kali di putaran pertama. Kontribusi pemain menyerang juga tidak banyak membantu, Piotr Orlinski yang datang sebagai gelandang serang juga tidak memberikan pasokan bola yang enak ke lini depan.
Selama setengah musim, Orlinski hanya mencetak satu gol saja, itu pun datang di pekan ke-19 alias beberapa saat sebelum dia angkat kaki. Yang terakhir dan tidak kalah mengecewakan performanya adalah Maciej Dolega. Bomber bernomor punggung 20 tersebut sama sekali tak memenuhi harapan atas sosok mesin gol yang bisa mengangkat produktivitas tim.
Meski permainannya ngotot, namun itu belum cukup membuat kehadirannya bisa diterima, karena acuan striker hebat adalah jumlah gol. Miris, Dolega hanya mampu mencetak satu gol ke gawang PSM dan perlu menunggu 16 pekan baginya untuk membuka kran gol. Angka ini jauh dari catatan pemain asing di tim lain seperti Oscar Aravena (PSM) dan Bamidelle Bob Manuel (Persik). Koleksi gol Dolega di Persib pun masih ada di bawah catatan Imral Usman sebagai pemain lokal.
Keadaan pun memanas karena Bobotoh tidak ingin terus melihat Persib ada di posisi juru kunci. Ancaman turun kasta mengintai dan suporter menuntut manajemen melakukan perubahan. Atas prestasi buruk itu, akhirnya Marek angkat kaki dari Bandung, dan disusul oleh ketika pemainnya pada jeda transfer paruh musim.
Di putaran kedua, Persib mendatangkan pelatih asal Chili, Juan Paez untuk mengisi kursi kemudi klub. Tiga pemain yang sama-sama berkebangsaan Chili pun dibawa, Claudio Lizama, Alejandro Tobar dan Rodrigo Sanhueza. Kehadiran mereka sangat membantu tim karena mengangkat posisi Persib ke urutan 16 klasemen akhir dan berhak atas satu tempat di babak playoff promosi/degradasi. Persib pun akhirnya selamat karena memuncaki klasemen playoff di atas Persela, PSIM dan Perseden.
