Ini Resiko Besar Menjadi Kiper Menurut Made Wirawan
Saturday, 31 October 2015 | 20:29
Memiliki posisi sebagai penjaga gawang atau kiper memang punya peran berbeda dibanding pemain lain. Meski tak banyak berlari, namun ia menjadi tembok pertahanan paling akhir mencegah lawan membobol gawangnya. Peraturan khusus pun diterapkan, di mana hanya kiper yang boleh memegang bola dengan tangannya.
Apa saja resiko berposisi menjadi penjaga gawang? Kiper nomor satu Persib saat ini I Made Wirawan berbagi cerita mengenai resiko besar menjadi kiper. Menjadi pemain paling akhir di lini pertahanan harus mempunyai feeling ball yang kuat, cekatan dan tahan guncangan.
Sedikitnya, Made pernah dua kali mendapatkan perawatan serius selama di Persib. Ia pernah tak siuman dalam beberapa menit akibat benturan di kepala. Dirinya mengatakan resiko tersebut hampir sama seperti yang dialami atlet tinju. “Kalau sesuai yang dialami memang resiko karena kiper banyak guncangan karena jatuh, hampir sama dengan tinju, kena pukul dan kena syaraf,” tuturnya.
Reflek mengamankan bola tak jarang membuat seorang penjaga gawang harus rela meloncat dan menjatuhkan diri. Usaha tersebut dilakukan berulang-ulang dalam sebuah pertandingan. Itu pun adalah bagian dari resiko seorang kiper untuk mempertahankan bola supaya tidak masuk ke gawangnya. “Ya kalau memang harus jatuh ya jatuh, itu kan kerjaan kita untuk gapai bola jauh, harus loncat dan terbang dan jatuh,” bebernya.
Tak jarang sang pengadil lapangan atau wasit memiliki perhatian awas kepada kiper saat berduel dalam sebuah pertandingan. Wasit akan meniup peluit bila dalam duel seorang pemain mengganggu dengan tidak wajar terhadap seorang pemain berposisi penjaga gawang, terutama di kotak goal area yang menjadi wilayah istimewa kiper.
“Enggak tahu juga karena apa, tapi ya mungkin karena itu, kiper dilindungi ya mungkin karena resikonya lebih besar sebagai kiper,” imbuh Made.
Pemain yang kerap disapa bli (sebutan untuk pria yang lebih tua di Bali) ini, sempat berniat memakai topi pelindung berkaca pada kejadian ia tak sadarkan diri dalam beberapa menit saat pertandingan pasca beduel. Kendati demikian sulitnya mencari pelindung kepala tersebut, membuat ia mengurungkan diri untuk memakainya.
“Sempat dua kali dapat benturan, sempat enggak sadar, buat saya dua-duanya parah. Sebelumnya mau pakai pelindung kepala, tapi saya cek ke Malaysia, kata dokter enggak perlu, jadi saya juga tidak pakai, lagian pas carinya juga enggak dapat,” ceritanya.


Memiliki posisi sebagai penjaga gawang atau kiper memang punya peran berbeda dibanding pemain lain. Meski tak banyak berlari, namun ia menjadi tembok pertahanan paling akhir mencegah lawan membobol gawangnya. Peraturan khusus pun diterapkan, di mana hanya kiper yang boleh memegang bola dengan tangannya.
Apa saja resiko berposisi menjadi penjaga gawang? Kiper nomor satu Persib saat ini I Made Wirawan berbagi cerita mengenai resiko besar menjadi kiper. Menjadi pemain paling akhir di lini pertahanan harus mempunyai feeling ball yang kuat, cekatan dan tahan guncangan.
Sedikitnya, Made pernah dua kali mendapatkan perawatan serius selama di Persib. Ia pernah tak siuman dalam beberapa menit akibat benturan di kepala. Dirinya mengatakan resiko tersebut hampir sama seperti yang dialami atlet tinju. “Kalau sesuai yang dialami memang resiko karena kiper banyak guncangan karena jatuh, hampir sama dengan tinju, kena pukul dan kena syaraf,” tuturnya.
Reflek mengamankan bola tak jarang membuat seorang penjaga gawang harus rela meloncat dan menjatuhkan diri. Usaha tersebut dilakukan berulang-ulang dalam sebuah pertandingan. Itu pun adalah bagian dari resiko seorang kiper untuk mempertahankan bola supaya tidak masuk ke gawangnya. “Ya kalau memang harus jatuh ya jatuh, itu kan kerjaan kita untuk gapai bola jauh, harus loncat dan terbang dan jatuh,” bebernya.
Tak jarang sang pengadil lapangan atau wasit memiliki perhatian awas kepada kiper saat berduel dalam sebuah pertandingan. Wasit akan meniup peluit bila dalam duel seorang pemain mengganggu dengan tidak wajar terhadap seorang pemain berposisi penjaga gawang, terutama di kotak goal area yang menjadi wilayah istimewa kiper.
“Enggak tahu juga karena apa, tapi ya mungkin karena itu, kiper dilindungi ya mungkin karena resikonya lebih besar sebagai kiper,” imbuh Made.
Pemain yang kerap disapa bli (sebutan untuk pria yang lebih tua di Bali) ini, sempat berniat memakai topi pelindung berkaca pada kejadian ia tak sadarkan diri dalam beberapa menit saat pertandingan pasca beduel. Kendati demikian sulitnya mencari pelindung kepala tersebut, membuat ia mengurungkan diri untuk memakainya.
“Sempat dua kali dapat benturan, sempat enggak sadar, buat saya dua-duanya parah. Sebelumnya mau pakai pelindung kepala, tapi saya cek ke Malaysia, kata dokter enggak perlu, jadi saya juga tidak pakai, lagian pas carinya juga enggak dapat,” ceritanya.

Semangat bli made wirawan, jaga terus gawang PERSIB
pinjem ke piter cech geura ada……
hebat salut buat made wirawan smangat nya tinggi penuh motifasi n skill yg bagus akhirnya bsa bersinar n bawa juara persib 4 kali angkat tropi itu sungguh luar biasa