Ini Reaksi Orang Tua Deden Saat Anaknya Tampil
Tuesday, 02 August 2016 | 10:16
Penjaga gawang Persib Bandung, Muhammad Natshir Mahbuby, menceritakan bagaimana ekpresi orang tua, terutama ibunya, saat ia diturunkan dalam sebuah pertandingan. Natshir mengatakan jika sang ibu sering tegang, apalagi saat gawang anaknya diserang oleh lawan. Bahkan mereka sering tak mau lihat jalannya pertandingan ketika si kulit bundar mengarah ke dalam kotak penalti.
“Kalau diserang, dia (ibu) bilang selalu tegang, enggak pengen lihat, kadang dia enggak mau lihat tv. Tapi kalau habis main enggak kebobolan, dia senang,” cerita kiper yang karib disapa Deden ini dalam perbincangan dengan wartawan, Senin (1/8) di Mess Persib, Jalan Ahmad Yani Bandung.
Berbeda dengan sang ayah yang terbilang kalem dalam menonton permainan. Deden mengakui, ayahnya sangat cuek jika anaknya sedang bermain. Padahal ayahnya adalah sosok yang paling berperan dengan mengarahkan kiper asal Soreang ini memilih jalan karir di sepak bola.
“Ibu sih yang tegang tapi kalau babeh (ayah) mah agak cuek sih, enggak tahu dingin, apa pura-pura dingin,” celetuknya sambil tertawa.
Lebih lanjut, pemain yang kini berusia 23 itu mengatakan ayahnya sering pula bermain bola di wilayah rumahnya. Tak disangka hobi sang ayah menular kepada Deden yang sempat pula memilih jalan karir sebagai pebulu tangkis.
“Dulu orang tua main bola, tapi di kabupaten. Dulu mah Soreang Putra. Saya dulu main bola di kampung dulu, terus ada yang ngarahin, saya masih kecil, jadi anak-anak di kampung main bola tapi bener, ada programnya, enggak langsung main,” ceritanya.
“Main bulu tangkis dulu awalnya, tapi ada kendala dari sana sama babeh langsung ditawarin mau bulu tangkis atau sepak bola? Saya pilih sepak bola, dari sana langsung SSB (UNI Bandung),” tambahnya.

Penjaga gawang Persib Bandung, Muhammad Natshir Mahbuby, menceritakan bagaimana ekpresi orang tua, terutama ibunya, saat ia diturunkan dalam sebuah pertandingan. Natshir mengatakan jika sang ibu sering tegang, apalagi saat gawang anaknya diserang oleh lawan. Bahkan mereka sering tak mau lihat jalannya pertandingan ketika si kulit bundar mengarah ke dalam kotak penalti.
“Kalau diserang, dia (ibu) bilang selalu tegang, enggak pengen lihat, kadang dia enggak mau lihat tv. Tapi kalau habis main enggak kebobolan, dia senang,” cerita kiper yang karib disapa Deden ini dalam perbincangan dengan wartawan, Senin (1/8) di Mess Persib, Jalan Ahmad Yani Bandung.
Berbeda dengan sang ayah yang terbilang kalem dalam menonton permainan. Deden mengakui, ayahnya sangat cuek jika anaknya sedang bermain. Padahal ayahnya adalah sosok yang paling berperan dengan mengarahkan kiper asal Soreang ini memilih jalan karir di sepak bola.
“Ibu sih yang tegang tapi kalau babeh (ayah) mah agak cuek sih, enggak tahu dingin, apa pura-pura dingin,” celetuknya sambil tertawa.
Lebih lanjut, pemain yang kini berusia 23 itu mengatakan ayahnya sering pula bermain bola di wilayah rumahnya. Tak disangka hobi sang ayah menular kepada Deden yang sempat pula memilih jalan karir sebagai pebulu tangkis.
“Dulu orang tua main bola, tapi di kabupaten. Dulu mah Soreang Putra. Saya dulu main bola di kampung dulu, terus ada yang ngarahin, saya masih kecil, jadi anak-anak di kampung main bola tapi bener, ada programnya, enggak langsung main,” ceritanya.
“Main bulu tangkis dulu awalnya, tapi ada kendala dari sana sama babeh langsung ditawarin mau bulu tangkis atau sepak bola? Saya pilih sepak bola, dari sana langsung SSB (UNI Bandung),” tambahnya.

Ambo percaya ketegangan ibu.ambo cuma bobotoh sangat tegang.apalagi kslsu kslsh aaaaaaaaaambo punya kepalsw posimg maunya marah marah
Kolotna si deden pasti bungah ningali anakna maen ,menang jg teu kabobolan teh gening cenah.tp sok tara tega nempo lamun kaserang ku batur. Kara kaserang wae geus teu tega komo lamun aya kolot nu apal yen anakna diasingkeun jg dikucilkeun ku babaturana sigana leuwih2 teu tega jg pasti nyeuri hateeun pisan nya??
Urang mah teu apal da can boga budak ,ari eta teuing nu gs ngalakukeun perbuatan kitu geus baroga budak acan kitunya ???
Cakep tah Wa komen teh, heuheuy…