I Made dan Penyelamatan yang Kan Selalu Dikenang
Monday, 10 November 2014 | 10:05
Siapa penendang dan pencetak gol satu-satunya Persib Bandung ke gawang Petrokimia Putra pada tahun 1995, yang berhasil membawa Persib Bandung menjadi jawara Liga Indonesia pertama yang bersejarah itu? Siapa pencetak gol tunggal Persib Bandung ke gawang Perseman Manokwari pada final Perserikatan musim 1986?
Manusia memang menyukai kisah, terutama kisah-kisah yang berbau kepahlawanan. Setiap peristiwa yang bersifat kepahlawanan akan selalu diingat, dicatat, atau diceritakan secara turun temurun melewati tahun dan generasi. Begitupula dengan bobotoh, mereka adalah para penenun ingatan yang cukup baik. Semua ingatan baik maupun buruk akan selalu mereka kenang.
Liga Super Indonesia 2014 sudahlah usai dan memunculkan Persib Bandung sebagai juara. Juara sejak golnya mas Sutiono 19 musim yang lalu. Sembilan belas tahun memang bukan rentang waktu yang pendek. Ada kelahiran di sana, pertemuan, perpisahan, pernikahan, dan juga kematian. Semua peristiwa silih berganti menurut perubahan waktu, kecuali satu, harapan bobotoh.
Cerita gol Sutiono ke gawang Darryl Sinerine adalah legenda. Tanpa mengurangi peran pemain dan pihak lain yang juga ikut berjuang saat itu, momen itulah yang paling sering dinyanyikan dan dipuisikan oleh bobotoh selama ini. Kisah ini semacam hiburan, terutama ketika tim dalam keadaan kalah, terpuruk, dan hancur. Gol tunggal Djajang Nurjaman ke gawang Perseman di tahun 1986 pun menjadi kisah kepahlawanan tersendiri, yang selalu tercatat di benak para bobotoh Persib.
Kisah gol Sutiono dan Djajang Nurjaman sepertinya mempunyai saingan baru. Apalagi kalau bukan peristiwa penyelatan I Made dalam drama adu penalti antara Persib dan Persipura di final Liga Super Indonesia 2014.
Adu penalti adalah kata yang paling menakutkan bagi bobotoh Persib, terutama yang berstatus bobotoh kolot. Mereka punya trauma atas kenangan yang sangat pahit dengan aturan adu tendangan dari jarak 11 meter menuju gawang ini. Dua final perserikatan, 1983 dan 1985 diakhiri dengan tangisan kegagalan. Adalah PSMS medan, yang dua kali sukses menaklukan Persib dalam dua final perserikatan tersebut.
Sepuluh November 1983 atau tepat 31 tahun yang lalu, Persib harus menyerah kalah setelah bermain imbang 0-0 di 120 waktu normal. Dalm penentuan pemenang via adu penalti, tiga penendang Persib yaitu Giantoro, Adeng Hudaya dan Dede Iskandar gagal menaklukan kiper Ponirin meka. Hanya Wolter Sulu dan Ajat Sudrajat yang berhasil melakukannya.
Kejadian ini terulang di final kompetisi Perserikatan selanjutnya, yang dihadiri oleh sekitar 150 ribu penonton di Stadion Senayan (Gelora Bung Karno Sekarang). 23 Februari 1985, setelah berhasil lolos ke babak final, Persib Bandung kembali gagal menaklukan musuh bebuyutannya itu, kembali lewat adu tembakan penalti. Di waktu normal 120 menit, kedua tim hanya mampu bermain imbang 2-2 dan pertandingan pun harus ditentukan oleh para penembak penaltinya. Namun, dalam drama adu penalti itu, dua penembak Persib yaitu Ajat Sudrajat dan Iwan Sunarya gagal menceploskan bola.
Final Liga Super Indonesia 2014 adalah hal lain. Setelah sempat unggul atas juara bertahan Persipura, Persib malah berhasil ditahan imbang 2-2. padahal, tim si Pangeran Biru ini sempat berada di atas angin karena lawannya hanya bermain dengan 10 pemain. Ketakutan akan kekalahan dan kegagalan memang sempat menerpa benak para bobotoh. betapa tidak, selain kerinduan 19 musim tidak pernah juara sudah sangat mendesak, trauma Persib selalu kalah dalam drama adu penalti menjadi faktor yang memberatkan dada setiap bobotoh yang menyaksikan.
Namun, para penembak dari Persib berhasil memborong semua gol dalam adu penalti tersebut. Tercatat Makan Konate, Ferdinand, Tony Sucipto, Supardi, dan terakhir Ahmad Jufriyanto berhasil menanggung beban berat di bahu mereka. Kemenangan ini tidak lepas dari berhasilnya sang kiper I Made dalam memblok penendang keempat Persipura, Nelson Alom.
Datang dari Persiba Balikpapan musim lalu, I Made kemudian menjadi salah satu pahlawan Persib Bandung dalam merebut gelar Liga Indonesia 2014. Musim ini, I Made hanya satu kali absen membela Persib Bandung, sisanya sebanyak 27 pertandingan, I Made lalap dengan cukup meyakinkan, hanya 30 gol yang bersarang di gawang musim 2014 ini dari 28 game yang mereka mainkan. Musim lalu, Persib kemasukan 43 gol dari 34 kali bertandingan dengan I Made bermain 25 kali di dalamnya.
Seperti kisah golnya Sutiono di tahun 1995 atau kisah gol Djajang Nurjaman, yang menjadi pelatih I Made saat ini, kisah kepahlawanan penjaga gawang kelahiran tahun 1981 ini sepertinya akan menjadi kisah baru yang akan selalu dibicarakan di sekolah, cafe, pasar, pos-pos ronda, bahkan diselipkan dalam cerita pengantar para bobotoh cilik ketika akan beranjak tidur. Kisah baru penjaga gawang bernama lengkap I Made Wirawan ini tidak akan mudah dilupakan oleh bobotoh, untuk beberapa generasi ke depan.
Penulis: bobotoh biasa berakun twitter @hevifauzan

Siapa penendang dan pencetak gol satu-satunya Persib Bandung ke gawang Petrokimia Putra pada tahun 1995, yang berhasil membawa Persib Bandung menjadi jawara Liga Indonesia pertama yang bersejarah itu? Siapa pencetak gol tunggal Persib Bandung ke gawang Perseman Manokwari pada final Perserikatan musim 1986?
Manusia memang menyukai kisah, terutama kisah-kisah yang berbau kepahlawanan. Setiap peristiwa yang bersifat kepahlawanan akan selalu diingat, dicatat, atau diceritakan secara turun temurun melewati tahun dan generasi. Begitupula dengan bobotoh, mereka adalah para penenun ingatan yang cukup baik. Semua ingatan baik maupun buruk akan selalu mereka kenang.
Liga Super Indonesia 2014 sudahlah usai dan memunculkan Persib Bandung sebagai juara. Juara sejak golnya mas Sutiono 19 musim yang lalu. Sembilan belas tahun memang bukan rentang waktu yang pendek. Ada kelahiran di sana, pertemuan, perpisahan, pernikahan, dan juga kematian. Semua peristiwa silih berganti menurut perubahan waktu, kecuali satu, harapan bobotoh.
Cerita gol Sutiono ke gawang Darryl Sinerine adalah legenda. Tanpa mengurangi peran pemain dan pihak lain yang juga ikut berjuang saat itu, momen itulah yang paling sering dinyanyikan dan dipuisikan oleh bobotoh selama ini. Kisah ini semacam hiburan, terutama ketika tim dalam keadaan kalah, terpuruk, dan hancur. Gol tunggal Djajang Nurjaman ke gawang Perseman di tahun 1986 pun menjadi kisah kepahlawanan tersendiri, yang selalu tercatat di benak para bobotoh Persib.
Kisah gol Sutiono dan Djajang Nurjaman sepertinya mempunyai saingan baru. Apalagi kalau bukan peristiwa penyelatan I Made dalam drama adu penalti antara Persib dan Persipura di final Liga Super Indonesia 2014.
Adu penalti adalah kata yang paling menakutkan bagi bobotoh Persib, terutama yang berstatus bobotoh kolot. Mereka punya trauma atas kenangan yang sangat pahit dengan aturan adu tendangan dari jarak 11 meter menuju gawang ini. Dua final perserikatan, 1983 dan 1985 diakhiri dengan tangisan kegagalan. Adalah PSMS medan, yang dua kali sukses menaklukan Persib dalam dua final perserikatan tersebut.
Sepuluh November 1983 atau tepat 31 tahun yang lalu, Persib harus menyerah kalah setelah bermain imbang 0-0 di 120 waktu normal. Dalm penentuan pemenang via adu penalti, tiga penendang Persib yaitu Giantoro, Adeng Hudaya dan Dede Iskandar gagal menaklukan kiper Ponirin meka. Hanya Wolter Sulu dan Ajat Sudrajat yang berhasil melakukannya.
Kejadian ini terulang di final kompetisi Perserikatan selanjutnya, yang dihadiri oleh sekitar 150 ribu penonton di Stadion Senayan (Gelora Bung Karno Sekarang). 23 Februari 1985, setelah berhasil lolos ke babak final, Persib Bandung kembali gagal menaklukan musuh bebuyutannya itu, kembali lewat adu tembakan penalti. Di waktu normal 120 menit, kedua tim hanya mampu bermain imbang 2-2 dan pertandingan pun harus ditentukan oleh para penembak penaltinya. Namun, dalam drama adu penalti itu, dua penembak Persib yaitu Ajat Sudrajat dan Iwan Sunarya gagal menceploskan bola.
Final Liga Super Indonesia 2014 adalah hal lain. Setelah sempat unggul atas juara bertahan Persipura, Persib malah berhasil ditahan imbang 2-2. padahal, tim si Pangeran Biru ini sempat berada di atas angin karena lawannya hanya bermain dengan 10 pemain. Ketakutan akan kekalahan dan kegagalan memang sempat menerpa benak para bobotoh. betapa tidak, selain kerinduan 19 musim tidak pernah juara sudah sangat mendesak, trauma Persib selalu kalah dalam drama adu penalti menjadi faktor yang memberatkan dada setiap bobotoh yang menyaksikan.
Namun, para penembak dari Persib berhasil memborong semua gol dalam adu penalti tersebut. Tercatat Makan Konate, Ferdinand, Tony Sucipto, Supardi, dan terakhir Ahmad Jufriyanto berhasil menanggung beban berat di bahu mereka. Kemenangan ini tidak lepas dari berhasilnya sang kiper I Made dalam memblok penendang keempat Persipura, Nelson Alom.
Datang dari Persiba Balikpapan musim lalu, I Made kemudian menjadi salah satu pahlawan Persib Bandung dalam merebut gelar Liga Indonesia 2014. Musim ini, I Made hanya satu kali absen membela Persib Bandung, sisanya sebanyak 27 pertandingan, I Made lalap dengan cukup meyakinkan, hanya 30 gol yang bersarang di gawang musim 2014 ini dari 28 game yang mereka mainkan. Musim lalu, Persib kemasukan 43 gol dari 34 kali bertandingan dengan I Made bermain 25 kali di dalamnya.
Seperti kisah golnya Sutiono di tahun 1995 atau kisah gol Djajang Nurjaman, yang menjadi pelatih I Made saat ini, kisah kepahlawanan penjaga gawang kelahiran tahun 1981 ini sepertinya akan menjadi kisah baru yang akan selalu dibicarakan di sekolah, cafe, pasar, pos-pos ronda, bahkan diselipkan dalam cerita pengantar para bobotoh cilik ketika akan beranjak tidur. Kisah baru penjaga gawang bernama lengkap I Made Wirawan ini tidak akan mudah dilupakan oleh bobotoh, untuk beberapa generasi ke depan.
Penulis: bobotoh biasa berakun twitter @hevifauzan

Muringkak ahh….ieu artikel na sae.
emut keur 1985 kelas V SD mun teu salah, hadir di GBK (baheula Senayan)di ajak ku emang yanto..eleh ku musuh bubuyutan PSMS Medan lewat gol-gol-an. ceurik mah ceurik,ngan baheula mah bobotoh dewasa–nampi tina kekalahan, balik ka bandung eweuh nu Rasis jeung Anarkis…jeung teu di cegat ku suporter ibukota.adem ayem….
JElas beda nuansa dan emosi antara Final 1983+1985 dengan 2014….. Liat saja susunan pemain penendang penalti.. Tidak ada satu pun pemain yang asli Sunda … Terus liat, dalam susunan pemain persib saat ini dari 11 starter, 6 di antaranya adalah mantan Pemain Sriwijaya FC. Kesimpulannya, yang membuat PERSIB Juara tahun ini bukan PEMBINAAN pemain, tapi memang UANG….wajar sih, karena Liga sekarang seperti itu. Tapi bagaimanapun Manajemen, Pelatih, Pemain telah memberikan KEGEMBIRAAN kepada Bobotoh.
Punten ngiring komen sedikit..bukan masalah beda nuansa mang..dulu masih perserikatan dan orientasinya bukan industri yang menghasilkan laba rugi dan masih amatir.tapi sekarang eranya industri yang pasti orientasinya ke laba rugi dan profesional.saya urang sunda asli tidak mempermasalahkan siapa dan dari mana pemain berasal.selama membela panji panji kebesaran persib saya dukung.ingat mang taun 94 siapa yang cetak gol?asli urang mana tah?dina ngaran ge ges puguh lain urang sunda.Intinya mah dukung terus sabisana meh persib jaya selamanya,teu perlu ribut saha jeung timana pemaen na.Tengok lah klub2 luar apa ada klub semua pemainnya asli?hatur nuhun..HIDUP PERSIB..!!!PERSIB ADALAH WARISAN NENEK MOYANG URANG SUNDA..JAGA DAN DUKUNG SALAWASNA..!!!!
Bener satuju mang Kabuka tah Otak Encus Sumedang teh, era Maneh Tah Komen teh, Aing ge asli Sumedang Naaaa Comen teh Ngeraken tatar Sumedang Siah,Jelas Tah ayeuna mah jamanna Industri…Rek urang Mana Wae Teu Masalah Asal Bener2 We maen Ngabelaan persib da Di Gajih…..Hidup Ahhh Persib….
menurut pandangan saya, masih selalu ada hal yang sama dan tidak berubah, yaitu rasa kebanggaan bisa menjadi juara bersama PERSIB. siapa yg tidak kenal firman utina, supardi natsir, muhammad ridwan, ahmad jufriyanto? bagi mereka ini bukan gelar juara yg pertama kali di kancah sepakbola nasioanal. tetapi pd hari jumat malam tgl 7 nopember 2014, mereka semua larut dalam tangis kebahagiaan yang sama, tidak peduli mereka berasal dari mana. mungkin benar spt komentar diatas, saat ini uang yang berbicara, tapi melihat ekspresi seluruh pemain pd malam itu, rasanya ada “sesuatu” kebahagiaan yang mereka peroleh melebihi uang itu sendiri….
@Mang Ncus SUmedang, Lur, googling weh atuh, transformasi kepemilikan klub (era perserikatan menuju industri sepakbola), dasar hukum perseroan terbatas, AD-ART PSSI tentang Klub ISL dsb. essensi na teu bisa dihijikeun antara kesukuan dan industri sepakbola modern, nu bisa ngahijikeun dua hal eta nyaeta PERSIB pan representatif dari semua komponen jeung elemen elemen Bandung dan Jawa Barat, naif teuing mencermati kata “uang bicara” , kulataran elemen PERSIB tah lain pemaen hungkul, masalah pembinaan, balikeun deui ka AD-ART klub dan tata aturan regulasi, last but not least, selamat buat PERSIB dan elemen nya.
Menurut saya, hal yang tidak akan pernah berubah itu adalah perubahan itu sendiri kang. Pastinya berbeda antara tahun 1983, 1985 dengan 2014 kemarin. Tapi satu hal yang pasti, terlihat bagaimana setiap pemain Persib kemarin berjuang demi panji Persib dan kemenangan semuanya (Persib, Bobotoh, urang Bandung, Priangan jeung sajabana).
Bagaimanapun uang dalam industri sepakbola saat ini adalah sebuah keniscayaan. Sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Yang terpenting adalah dukungan para Bobotoh tetap murni dan juga para Pemain berjuang dengan penuh kebanggaan membela nama besar Persib, tanpa memandanga asal, golongan ras atau atribut lainnya. Kita semua adalah satu, PERSIB BANDUNG.
Ferdinand Sinaga emang turunan batak, tapi dia besar di Bandung dan hasil binaan Persib Junior. Banyak orang Bandung yang turunan Batak, Ferdinand itu orang Bandung turunan Batak. Lebih banyak di Bandung daripada di Batak. Ada juga nama Tantan dan Atep yang hasil binaan Persib. Cik Manchester United emang pemainna asli orang Manchester kitu? AC Milan emang pemainna asli orang Milan kitu? Terlalu naif mun pemikiranna kitu mah.
Setuju untuk mang odig, industri sepakbola sekarang jauh berbeda dengan jaman dahulu di era perserikatan yang masih didanai oleh APBD, sekarang manajemen dituntut untuk bisa menjadi Klub Profesional dalam membina, membangun sebuah tim. Betul mang ncus sumedang bahwa didalam tim perlu pemain hasil pembinaan dari tim berasal. Jangan jauh-jauh kita ambil contoh Liga Inggris yang merupakan Magnet untuk pemain sepakbola yang ingin mendapatkan penghasilan lebih, didalam tim nya pun mayoritas pemain yang berasal dari luar inggris. Yang terpenting sebuah Klub bisa memberikan kepuasan kebahagiaan dan prestasi kepada pendukung. Hidup PERSIB selamat menjadi Juala ISL 2014.
Sejarah PERSIB pernah mencatat bahwa Jauh ke belakang sebelum era thn 80n persib pernah berjaya melalui Timisela bersaudara..jadi knp harus diributkan..
Dina ngaran ge lain urg sunda pisan..mun aya bobotoh nu alergi pemain luar bandung atw jawa barat coba maca sejarah PERSIB dari NOL lain ti tengah2..PERSIB salawasna..
Tina ngaran ge ges lain urg sunda pisan..leres mang oding..PERSIB salawasna
hal terindah terlahir menjadi bagian dari kota bandung karena di dalamnya ada PERSIB
whatever you say
and whatever you think
Saya bangga jadi salah satu supporter persib
janganlah mempermasalahkan asal seseorang kang, asalkan dia membela persib sepenuh hati, saya kira tidak ada yg harus dipermasalahkan. dan jangankan pemain, bobotoh jg tidak semua asli sunda, tp ga ada masalah kan. teman-teman saya ada yang keturunan tionghoa, batak, indonesia timur, dan daerah lainnya, tapi kecintaan mereka kepada persib tidak perlu diragukan lagi. selama membela dan mendukung tim yang sama, knp harus diributkan
dan kenapa setiap komen selalu ada perdebatan
karna saya tau klo bobotoh persib itu pintar pandai kritikal..
lanjutan untuk menuju banyak hal yg lebih indah di depan Bangga Bagja
kamana our el presidente erik tohir euy ..
PERSIB adalah pahlawan BOBOTOH… dan BOBOTOH adalah pahlawan PERSIB… siapa pun dan dari mana pun dia berasal..