Hadapi Dejan dan Bachdim di PSS, Kim Jeffrey Bersikukuh Ingin Menang
Sunday, 15 March 2020 | 14:14
Pertandingan melawan PS Sleman menjadi emosional musim ini terkhusus untuk Kim Jeffrey Kurniawan. Bagaimana tidak ia harus menghadapi dua orang yang begitu dekat dalam hidupnya. Pertama adalah kakak iparnya Irfan Bachdim lalu pelatih yang membawanya dulu ke Persib Dejan Antonic.
Kim punya memori indah bersama Dejan yang kini mengarsiteki PSS. Tahun 2014 adalah kenangan yang tidak bisa dilupakan, mereka bekerjasama mengantarkan klub Pelita Bandung Raya (PBR) ke babak semi final Indonesia Super League (ISL).
“Ya lawan dua orang (terdekat) sekaligus. Jadi memori yang bagus dan indah sama Dejan. Karena itu yang terakhir saya merasa puas dengan penampilan saya. Merasa itu yang saya bisa. Kadang kadang ada faktor kenapa ga bisa seperti itu lagi,” cerita Kim.
Baginya Dejan adalah pelatih yang jempolan. Kim tidak pernah lupa jasanya. Namun saat saling bertemu di pertandingan dan klub berbeda profesionalisme dijunjung tinggi, Kim selalu bicara dirinya yang harus menang.
“Dejan itu pelatih bagus dan bagi saya juga selalu kontak sama dia. Saya selalu bilang kalau ketemu saya harus menang, di luar itu saya mendukung dia. Jadi tetap ada positif baik sama dia,” kata Kim.
Sementara untuk Irfan Bachdim, tidak usah diragukan lagi. Beberapa pertemuan di pertandingan bukan menjadi hal aneh lagi mereka saling bertarung menjatuhkan. Ia turut senang lantaran di PSS saat ini ia terus bermain regule dari pada di Bali United.
“Sama Irfan juga, senang sekarang dia bisa main terus, kalau kemarin-kemarin dia agak jarang main di Bali. Jadi saya yakin dia sama kaya saya, dia bisa balik ke performa terbaik dia, karena dia menurut saya adalah salah satu pemain yang Indonesia punya. Pasti senang ketemu kakak ipar di lapangan,” paparnya.
“Tapi tidak ada keluarga di lapangan. Di luar itu saya nonton PSS saya dukung Dejan dan Irfan untuk menang. Tapi kalau mereka datang ke Bandung dan saya ke Sleman kita (Persib) harus menang,” tandasnya.

Pertandingan melawan PS Sleman menjadi emosional musim ini terkhusus untuk Kim Jeffrey Kurniawan. Bagaimana tidak ia harus menghadapi dua orang yang begitu dekat dalam hidupnya. Pertama adalah kakak iparnya Irfan Bachdim lalu pelatih yang membawanya dulu ke Persib Dejan Antonic.
Kim punya memori indah bersama Dejan yang kini mengarsiteki PSS. Tahun 2014 adalah kenangan yang tidak bisa dilupakan, mereka bekerjasama mengantarkan klub Pelita Bandung Raya (PBR) ke babak semi final Indonesia Super League (ISL).
“Ya lawan dua orang (terdekat) sekaligus. Jadi memori yang bagus dan indah sama Dejan. Karena itu yang terakhir saya merasa puas dengan penampilan saya. Merasa itu yang saya bisa. Kadang kadang ada faktor kenapa ga bisa seperti itu lagi,” cerita Kim.
Baginya Dejan adalah pelatih yang jempolan. Kim tidak pernah lupa jasanya. Namun saat saling bertemu di pertandingan dan klub berbeda profesionalisme dijunjung tinggi, Kim selalu bicara dirinya yang harus menang.
“Dejan itu pelatih bagus dan bagi saya juga selalu kontak sama dia. Saya selalu bilang kalau ketemu saya harus menang, di luar itu saya mendukung dia. Jadi tetap ada positif baik sama dia,” kata Kim.
Sementara untuk Irfan Bachdim, tidak usah diragukan lagi. Beberapa pertemuan di pertandingan bukan menjadi hal aneh lagi mereka saling bertarung menjatuhkan. Ia turut senang lantaran di PSS saat ini ia terus bermain regule dari pada di Bali United.
“Sama Irfan juga, senang sekarang dia bisa main terus, kalau kemarin-kemarin dia agak jarang main di Bali. Jadi saya yakin dia sama kaya saya, dia bisa balik ke performa terbaik dia, karena dia menurut saya adalah salah satu pemain yang Indonesia punya. Pasti senang ketemu kakak ipar di lapangan,” paparnya.
“Tapi tidak ada keluarga di lapangan. Di luar itu saya nonton PSS saya dukung Dejan dan Irfan untuk menang. Tapi kalau mereka datang ke Bandung dan saya ke Sleman kita (Persib) harus menang,” tandasnya.

2-1 untuk Persib. Tapi masih keneh deg-degan uy.
Kamarana min…di jalak kbeh sugan
Maen babak kedua kurang geregetan, strateginya kabawa ku Batur, jadi degdegan. Komo menit2 akhir loba pelanggaran deukeut kotak Finalty, mangkaning I Made mah sok rada nervous, Untung weh teu asup tah..