Gomez Tidak Heran Indonesia Terpuruk di Ranking FIFA
Thursday, 04 October 2018 | 14:28
Persib jadi salah satu klub paling produktif dalam memproduksi hukuman dari Komite Disiplin PSSI. Mario Gomez pun dibuat heran dengan apa sanksi yang kerap ditujukan bagi tim serta pemainnya itu. Menurutnya terlalu banyak hal yang membuatnya mengerutkan dahi sejak memulai karir pelatih di Indonesia pada tahun ini.
Komdis menurutnya selalu tebang pilih dalam menentukan sanksi kepada pemain dan klub. Selain itu tidak pernah ada upaya dari pihak federasi untuk memperbaiki kualitas kompetisi itu sendiri. Salah satunya dengan membenahi kapasitas perangkat pertandingan terutama mengawasi kinerja wasit dalam memimpin jalannya laga.
“Selama 42 tahun saya berkarir di sepakbola, saya belum pernah mengalami ini sebelumnya soal Komdis. Semuanya ditujukan kepada pemain atau pelatih tapi tidak pernah ditujukan kepada wasit,” ujar Gomez ketika diwawancara.
“Kenapa tidak (hukuman) untuk wasit yang buruk? Dimanapun jika
ada wasit yang kinerjanya buruk mereka didenda, dihukum atau mungkin tetap bisa memimpin pertandingan tapi di divisi 2, kenapa tidak dilakukan disini. Ketika ada wasit yang bagus mereka harus diapresiasi tapi jika wasit buruk harus ditindak,” lanjutnya.
Menurutnya pihak PSSI seharusnya lebih fokus lakukan pembenahan ke dalam bukan semata mengawasi aktivitas klub dan pemainnya. Pelatih asal Argentina itu pun mengkritisi ini bukan karena ia selalu merasa dirugikan. Tapi ini semua demi kebaikan sepakbola Indonesia menuju ke arah yang lebih dan tidak stagnan.
“Ini bukan untuk saya, karena mungkin saja di tahun depan saya pergi ke negara lain tetapi untuk Indonesia, kalian tidak akan berkembang. Semua ini untuk Indonesia. Kalian harus berbenah. Mungkin ini kenapa ranking (FIFA) terus saja berada di sekitar urutan 170,” kata Gomez.
Dia juga mengatakan banyak pemain-pemain asing dengan kualitas mumpuni menolak bermain di Indonesia. Karena mereka menganggap kompetisi dan atmosfer sepakbola tanah air belum cukup layak. Situasi ini seharusnya menjadi cerminan bagi PSSI untuk mulai berbenah dan melakukan revolusi ke arah lebih baik.
“Banyak pemain asing yang tak mau bermain disini, banya mereka menolak untuk bermain di Indonesia. Memang kami memiliki pemain (asing) bagus tapi banyak juga pemain dari luar negeri menolak datang kesini. Disini tak ‘bersih’ dan banyak pemain tak ingin main di Indonesia,” tukasnya.

Persib jadi salah satu klub paling produktif dalam memproduksi hukuman dari Komite Disiplin PSSI. Mario Gomez pun dibuat heran dengan apa sanksi yang kerap ditujukan bagi tim serta pemainnya itu. Menurutnya terlalu banyak hal yang membuatnya mengerutkan dahi sejak memulai karir pelatih di Indonesia pada tahun ini.
Komdis menurutnya selalu tebang pilih dalam menentukan sanksi kepada pemain dan klub. Selain itu tidak pernah ada upaya dari pihak federasi untuk memperbaiki kualitas kompetisi itu sendiri. Salah satunya dengan membenahi kapasitas perangkat pertandingan terutama mengawasi kinerja wasit dalam memimpin jalannya laga.
“Selama 42 tahun saya berkarir di sepakbola, saya belum pernah mengalami ini sebelumnya soal Komdis. Semuanya ditujukan kepada pemain atau pelatih tapi tidak pernah ditujukan kepada wasit,” ujar Gomez ketika diwawancara.
“Kenapa tidak (hukuman) untuk wasit yang buruk? Dimanapun jika
ada wasit yang kinerjanya buruk mereka didenda, dihukum atau mungkin tetap bisa memimpin pertandingan tapi di divisi 2, kenapa tidak dilakukan disini. Ketika ada wasit yang bagus mereka harus diapresiasi tapi jika wasit buruk harus ditindak,” lanjutnya.
Menurutnya pihak PSSI seharusnya lebih fokus lakukan pembenahan ke dalam bukan semata mengawasi aktivitas klub dan pemainnya. Pelatih asal Argentina itu pun mengkritisi ini bukan karena ia selalu merasa dirugikan. Tapi ini semua demi kebaikan sepakbola Indonesia menuju ke arah yang lebih dan tidak stagnan.
“Ini bukan untuk saya, karena mungkin saja di tahun depan saya pergi ke negara lain tetapi untuk Indonesia, kalian tidak akan berkembang. Semua ini untuk Indonesia. Kalian harus berbenah. Mungkin ini kenapa ranking (FIFA) terus saja berada di sekitar urutan 170,” kata Gomez.
Dia juga mengatakan banyak pemain-pemain asing dengan kualitas mumpuni menolak bermain di Indonesia. Karena mereka menganggap kompetisi dan atmosfer sepakbola tanah air belum cukup layak. Situasi ini seharusnya menjadi cerminan bagi PSSI untuk mulai berbenah dan melakukan revolusi ke arah lebih baik.
“Banyak pemain asing yang tak mau bermain disini, banya mereka menolak untuk bermain di Indonesia. Memang kami memiliki pemain (asing) bagus tapi banyak juga pemain dari luar negeri menolak datang kesini. Disini tak ‘bersih’ dan banyak pemain tak ingin main di Indonesia,” tukasnya.

Setuju
kanyahoan euing bokbrokna… mun ciga kie mh pesimis thn harep abah masih d persib…ari hyang mh nepi si abah pensiun di persib soalna katempo progres tiem sautuhna berani kritik managemen oge
moal d denge..ku pssi mah da tarorek, mun kn duit benta, jelem” pssi ayeuna ges nyieun nyeuri hate warga jabar, khususna bobotoh, kanyeuri ieu bkl d inget trs k bobotoh, punten bapa”/ibu pssi nu oon, lmn kmri ngieun kptsan sanksi ker persib aya hate t ikhlas jg adil, rarasakeun sia awal akhir aya matakna
Apa Hak Anda (PSSI) ngahukum Persib?
boikot w pssi na , ulah dilalajoan mun timnas maen, jg ulah Aya pemaen persib daek di panggil k timnas
kade bah di sanksi ah ulah tarik teuing ngomongna,,,heheee
Bagi kami urutan berapapun nanti persib di akhir musim adalah JUARA
ah dasar atuh bah, PSSI na pianyingeun ,… teu inget arek modar kabeh
Kumaha lur lapor ka FIFA acan euy ?
Watir uy mun siabah musim hareup ninggalkeun persib …. tos ka tinggal progres kemajuan tim di ceupeung ku si abah mah uy ….
Maklum lah,,,orang ketua PSSI na ge nu teu ngarti bola…pasti kacau
Makanya nanti ketika akhir kompetisi,,persib sampai ga juara,tetep harus konvoi,,anggap aja persib juara,,krn persib kalah bukan oleh klub lain tapi oleh PSSI,,perkumpulan supporter tolong diagendakan konvoi diakhir kompetisi,,