Gomez Kecam Kerusuhan di Superclasico Copa Libertadores, Mencoreng Sepakbola Negaranya
Thursday, 29 November 2018 | 21:23
Bukan hanya di Indonesia, kejadian pelemparan bus hingga memaksa batalnya pertandingan pula terjadi di luar negara sana. Copa Libertadores akhir-akhir ini menjadi sorotan media sepakbola dunia atas ditundanya leg kedua final yang bertajuk superclasico, mempertemukan dua klub legendaris asal Argentina, River Plate melawan Boca Juniors.
Laga tersebut harus ditunda dua kali, pertama dijadwalkan kick-off pada Minggu (25/11/208) di Stadion Estadio Monumental kandang River Plate. Penundaan akibat kerusuhan yang dilakukan oleh suporter tuan rumah, berulah melempari bus Boca Juniors yang hendak memasuki venue hingga mengakibatkan beberapa pemain terluka karena pecahan kaca.
Partai panas tersebut lalu di ditunda sampai 24 jam selanjutnya Senin (26/11/2018). Nihil, pertandingan kembali ditunda hingga waktu yang belum ditentukan, lantaran Boca Juniors menganggap keamanan yang tidak memadai. Sebelumnya, pada leg pertama (12/11/2018) di Stadion La Bombonera, Boca ditahan imbang River Plate 2-2.
Pelatih Persib asal Argentina Mario Gomez mengecam keras kerusuhan yang dilakukan kelompok pendukung River Plate. Kondisi tersebut dianggapnya sangat memalukan bagi sepakbola Argentin. Sepakbola yang semestinya menjadi hiburan masyarakat berubah seketika menjadi mencekam akibat kerusuhan tersebut.
“Ya, itu sangat memalukan karena itu tidak bagus untuk sepak bola kita. Bukan hanya untuk pertandingan tapi juga tidak bagus untuk para pemain. Karena ketika pemain datang ke stadion mereka pergi menggunakan bus. Kemarin (leg pertama) tidak apa-apa, tapi yang terakhir ini tidak bagus dan memalukan,” bebernya.
Dirinya tahu, situasi kerusuhan saat kedua klub bertemu bukan yang pertama kali terjadi. Pada liga domestik kedua tim dikenal dengan rivalitas yang tinggi tim sekota. Kerusuhan tersebut terbilang lebih keras, karena dianggap saking bergengsinya ajang final kompetisi tertinggi di benua Amerika Selatan.
“Untuk beberapa kali memang terjadi. Tapi setahun kebelakang enggak ada. Tapi saya tidak tahu karena saya tidak ada di sana beberapa tahun terakhir. Tapi saya belum pernah denger lagi (adanya kerusuhan selain kemarin),” katanya.
“Itu tidak bagus buat negara saya. Saya juga sering berbicara ini untuk masa depan yang lebih baik dan kedamaian ketika perhelatan besar digelar seperti ini. Saya sangat malu dan sedih karena situasi ini,” papar Gomez.

Bukan hanya di Indonesia, kejadian pelemparan bus hingga memaksa batalnya pertandingan pula terjadi di luar negara sana. Copa Libertadores akhir-akhir ini menjadi sorotan media sepakbola dunia atas ditundanya leg kedua final yang bertajuk superclasico, mempertemukan dua klub legendaris asal Argentina, River Plate melawan Boca Juniors.
Laga tersebut harus ditunda dua kali, pertama dijadwalkan kick-off pada Minggu (25/11/208) di Stadion Estadio Monumental kandang River Plate. Penundaan akibat kerusuhan yang dilakukan oleh suporter tuan rumah, berulah melempari bus Boca Juniors yang hendak memasuki venue hingga mengakibatkan beberapa pemain terluka karena pecahan kaca.
Partai panas tersebut lalu di ditunda sampai 24 jam selanjutnya Senin (26/11/2018). Nihil, pertandingan kembali ditunda hingga waktu yang belum ditentukan, lantaran Boca Juniors menganggap keamanan yang tidak memadai. Sebelumnya, pada leg pertama (12/11/2018) di Stadion La Bombonera, Boca ditahan imbang River Plate 2-2.
Pelatih Persib asal Argentina Mario Gomez mengecam keras kerusuhan yang dilakukan kelompok pendukung River Plate. Kondisi tersebut dianggapnya sangat memalukan bagi sepakbola Argentin. Sepakbola yang semestinya menjadi hiburan masyarakat berubah seketika menjadi mencekam akibat kerusuhan tersebut.
“Ya, itu sangat memalukan karena itu tidak bagus untuk sepak bola kita. Bukan hanya untuk pertandingan tapi juga tidak bagus untuk para pemain. Karena ketika pemain datang ke stadion mereka pergi menggunakan bus. Kemarin (leg pertama) tidak apa-apa, tapi yang terakhir ini tidak bagus dan memalukan,” bebernya.
Dirinya tahu, situasi kerusuhan saat kedua klub bertemu bukan yang pertama kali terjadi. Pada liga domestik kedua tim dikenal dengan rivalitas yang tinggi tim sekota. Kerusuhan tersebut terbilang lebih keras, karena dianggap saking bergengsinya ajang final kompetisi tertinggi di benua Amerika Selatan.
“Untuk beberapa kali memang terjadi. Tapi setahun kebelakang enggak ada. Tapi saya tidak tahu karena saya tidak ada di sana beberapa tahun terakhir. Tapi saya belum pernah denger lagi (adanya kerusuhan selain kemarin),” katanya.
“Itu tidak bagus buat negara saya. Saya juga sering berbicara ini untuk masa depan yang lebih baik dan kedamaian ketika perhelatan besar digelar seperti ini. Saya sangat malu dan sedih karena situasi ini,” papar Gomez.

Pesib pasti bakal juara kalau musim ini belum, gapapa bobotoh gak tinggalin persib hanya karna gagal juara