GBLA Stadion TERBAIK!
Tuesday, 19 July 2016 | 21:27Ditulis oleh @man2aja

16 Juli 2016,
Setelah mengurus izin keramaian yang cukup lama, akhirnya izin turun dari Kapolda Metro Dapur di H-1 buat berangkat ke Bandung. Gak pake lama langsung konfirmasi ke bobotoh 021 lain untuk berangkat bareng.
Berangkat jam 7 pagi, tiket (kabarnya) udah di pegang sama beberapa rekan dari bandung dan alhamdulillah sepanjang perjalanan aman sentosa ga ada sedikitpun gangguan pelempar jumroh, hanya terlihat beberapa spanduk bertulisan (kurang lebih) “Selamat Jalan, Kami Tunggu Saat Kalian Pulang” dan sejenisnya.. ANTEPKEUN! kami mah sibuk hunting pokestop jeung pokemon sepanjang jalan da HAHAH..
Sampe di Bandung dilema, antara mau parkir di GBLA atau nitip di rumah salah satu rekan di Panyileukan. Akhirnya dengan segala pertimbangan (+) dan (-), di putuskan untuk nitip mobil di Panyileukan aja karena menurut rekan jaraknya hanya sepeminuman teh aja ke GBLA (dan akhirnya bersyukur saat pulang atas keputusan ini, karena yang kami lihat kemacetan yang parah saat akses keluar dan mendengar besarnya “tarif parkir” yang melebihi mall hehehe). Sambil istirahat ngumpulin tenaga sambil hunting Pokemon di komplek dan nungguin rekan bobotoh yang lain, kami survey kondisi jalur yang akan di lalui yang ternyata.. MAPAY SAWAH!
Berangkat dari checkpoint pukul 14.30an, mapay sawah masih asoy geboy enjoy untuk kami ber 5 (yang sayangnya bukan Voltus V atau Goggle V heheheh), kesan pertama melihat stadion mah takjub lah, ada rasa bangga melihat tim kesayangan bertanding di stadion megah dan mewah.. BAGUS YAAAAA.. Membuat kami berpositif thinking bahwa kisruh yang diberitakan beberapa hari lalu itu lebih karena urusan internal pengelola.
Sambil nunggu rombongan lain yang bawain tiket, kami nunggu di depan pintu A-X (terdengar dari suara TOA panpel di depan kami). Dan ada beberapa pemandangan menarik yang kami saksikan saat itu. Kami KAGUM dengan tinggi nya tingkat kekerabatan warga, aparat, ormas atau panpel di GBLA ini. Bagaimana tidak, kami menyaksikan sendiri bagaimana beberapa (oknum) penonton hanya dengan cium tangan atau sedikit obrolan dan sedikit senda gurau bisa masuk tanpa harus menunjukan tiket masuk dan TANPA ADANYA BODI CEK karena tinggi nya tingkat kepercayaan diantara mereka. Sungguh suatu pelajaran berharga bagi kami yang tinggal di Ibukota untuk bisa menerapkan rasa Tepo Seliro dalam kehidupan sehari-hari nanti.
Akhirnya setelah selesai dengan drama pertiketan, kami masuk ke stadion beberapa menit sesaat setelah kick off di mulai. Itupun setelah melewati sedikit argumen ke petugas yang entah mengapa sempat melarang kami masuk dan menutup pintu padahal kami memiliki tiket, sementara dari sisi pagar pembatas kami melihat ada (lagi-lagi oknum penonton dan petugas) saling pengertian untuk pada akhirnya saling membantu, menerapkan salah satu pelajaran sekolah; SIMBIOSIS MUTUALISME untuk masuk dengan mudah ke dalam tribun dan malah mendahului kami yang sudah memegang tiket.
Menyoal pertandingan, ya gitu deh yah.. sedikit kurang menarik! dan (menurut saya) Tim Tamu bermain CURANG karena kipernya jago..
Dan akhirnya bubaran pertandingan, lagi-lagi di buat KAGUM oleh panpel dan teuing siapalah yang bertanggung jawab untuk urusan ini karena pengaturan sistem keluar penonton SANGAT TERORGANISIR dan RAPI!. penonton yang jumlahnya ribuan sampai berbaris rapih menuju sebuah pintu yang hanya cukup untuk lewat 1-2 orang saja dalam kondisi LAMPU DI PADAMKAN. hal tersebut sangat sangat membahayakan. kontrol arus keluar massa yang sangat buruk yang dilakukan pihak penyelenggara.
Selain itu, pihak pengelola pun memberikan “hiburan tambahan” berupa genangan air bagi kami, termasuk diantaranya terdapat anak-anak dan wanita yang saling terhimpit sesak. Arus penonton yang keluar pun sangat lancar tanpa ada kendala (wae!), karena dari pintu B menuju gerbang biru yang berjarak kurang dari 200-300m di tempuh hanya dalam 30 – 45 Menit saja. Kolot di jalan.
Kembali mapay sawah dan sedikit nyemplung gegara kasoledad suku batur, akhirnya selamat sampai kembali di parkiran mobil. Stadion yang MEGAH, membuat rasa memiliki yang tinggi bagi (oknum) warga di sekitar (teuing sekitar mana). Rasa bangga yang awalnya muncul, perlahan memudar dengan berbagai macam permasalah yang kami rasakan.
Lebih Enjoy SJH sih biar gimana juga.. atau Siliwangi sekalian yang selalu “Mandja di kala Sendja 🙂
Penulis hanyalah seorang bobotoh kemarin sore bagai remahan rengginang di kaleng khong guan berakun twitter @man2aja

Ditulis oleh @man2aja
16 Juli 2016,
Setelah mengurus izin keramaian yang cukup lama, akhirnya izin turun dari Kapolda Metro Dapur di H-1 buat berangkat ke Bandung. Gak pake lama langsung konfirmasi ke bobotoh 021 lain untuk berangkat bareng.
Berangkat jam 7 pagi, tiket (kabarnya) udah di pegang sama beberapa rekan dari bandung dan alhamdulillah sepanjang perjalanan aman sentosa ga ada sedikitpun gangguan pelempar jumroh, hanya terlihat beberapa spanduk bertulisan (kurang lebih) “Selamat Jalan, Kami Tunggu Saat Kalian Pulang” dan sejenisnya.. ANTEPKEUN! kami mah sibuk hunting pokestop jeung pokemon sepanjang jalan da HAHAH..
Sampe di Bandung dilema, antara mau parkir di GBLA atau nitip di rumah salah satu rekan di Panyileukan. Akhirnya dengan segala pertimbangan (+) dan (-), di putuskan untuk nitip mobil di Panyileukan aja karena menurut rekan jaraknya hanya sepeminuman teh aja ke GBLA (dan akhirnya bersyukur saat pulang atas keputusan ini, karena yang kami lihat kemacetan yang parah saat akses keluar dan mendengar besarnya “tarif parkir” yang melebihi mall hehehe). Sambil istirahat ngumpulin tenaga sambil hunting Pokemon di komplek dan nungguin rekan bobotoh yang lain, kami survey kondisi jalur yang akan di lalui yang ternyata.. MAPAY SAWAH!
Berangkat dari checkpoint pukul 14.30an, mapay sawah masih asoy geboy enjoy untuk kami ber 5 (yang sayangnya bukan Voltus V atau Goggle V heheheh), kesan pertama melihat stadion mah takjub lah, ada rasa bangga melihat tim kesayangan bertanding di stadion megah dan mewah.. BAGUS YAAAAA.. Membuat kami berpositif thinking bahwa kisruh yang diberitakan beberapa hari lalu itu lebih karena urusan internal pengelola.
Sambil nunggu rombongan lain yang bawain tiket, kami nunggu di depan pintu A-X (terdengar dari suara TOA panpel di depan kami). Dan ada beberapa pemandangan menarik yang kami saksikan saat itu. Kami KAGUM dengan tinggi nya tingkat kekerabatan warga, aparat, ormas atau panpel di GBLA ini. Bagaimana tidak, kami menyaksikan sendiri bagaimana beberapa (oknum) penonton hanya dengan cium tangan atau sedikit obrolan dan sedikit senda gurau bisa masuk tanpa harus menunjukan tiket masuk dan TANPA ADANYA BODI CEK karena tinggi nya tingkat kepercayaan diantara mereka. Sungguh suatu pelajaran berharga bagi kami yang tinggal di Ibukota untuk bisa menerapkan rasa Tepo Seliro dalam kehidupan sehari-hari nanti.
Akhirnya setelah selesai dengan drama pertiketan, kami masuk ke stadion beberapa menit sesaat setelah kick off di mulai. Itupun setelah melewati sedikit argumen ke petugas yang entah mengapa sempat melarang kami masuk dan menutup pintu padahal kami memiliki tiket, sementara dari sisi pagar pembatas kami melihat ada (lagi-lagi oknum penonton dan petugas) saling pengertian untuk pada akhirnya saling membantu, menerapkan salah satu pelajaran sekolah; SIMBIOSIS MUTUALISME untuk masuk dengan mudah ke dalam tribun dan malah mendahului kami yang sudah memegang tiket.
Menyoal pertandingan, ya gitu deh yah.. sedikit kurang menarik! dan (menurut saya) Tim Tamu bermain CURANG karena kipernya jago..
Dan akhirnya bubaran pertandingan, lagi-lagi di buat KAGUM oleh panpel dan teuing siapalah yang bertanggung jawab untuk urusan ini karena pengaturan sistem keluar penonton SANGAT TERORGANISIR dan RAPI!. penonton yang jumlahnya ribuan sampai berbaris rapih menuju sebuah pintu yang hanya cukup untuk lewat 1-2 orang saja dalam kondisi LAMPU DI PADAMKAN. hal tersebut sangat sangat membahayakan. kontrol arus keluar massa yang sangat buruk yang dilakukan pihak penyelenggara.
Selain itu, pihak pengelola pun memberikan “hiburan tambahan” berupa genangan air bagi kami, termasuk diantaranya terdapat anak-anak dan wanita yang saling terhimpit sesak. Arus penonton yang keluar pun sangat lancar tanpa ada kendala (wae!), karena dari pintu B menuju gerbang biru yang berjarak kurang dari 200-300m di tempuh hanya dalam 30 – 45 Menit saja. Kolot di jalan.
Kembali mapay sawah dan sedikit nyemplung gegara kasoledad suku batur, akhirnya selamat sampai kembali di parkiran mobil. Stadion yang MEGAH, membuat rasa memiliki yang tinggi bagi (oknum) warga di sekitar (teuing sekitar mana). Rasa bangga yang awalnya muncul, perlahan memudar dengan berbagai macam permasalah yang kami rasakan.
Lebih Enjoy SJH sih biar gimana juga.. atau Siliwangi sekalian yang selalu “Mandja di kala Sendja 🙂
Penulis hanyalah seorang bobotoh kemarin sore bagai remahan rengginang di kaleng khong guan berakun twitter @man2aja

Ter… Ah..
sae pisa duka tah dibaca teu ku nugaduh wewenang na….
Lamun di kelola na alus pasti aya perubahan anu alus oge, PR gede jang #panpel jeung #management lantaran jaman geus modern,sistem tiket jeung nu lain na bisa di kelola lewih alus teu kudu aya embel2 ormas jeung genk motor sagala da ieu lain deuk tawuran atawa nonton genk motor balap tapi deuk nonton PERSIB !!!!!
Kang Emil mangga diaos, termasuk oge artikel GBLA, SHE is Everything,..kanggo perbaikan ka payunna,..Persib Juara..Bandung Juara.
panjang teing jd hoream maca..
jelema belegug disaruakeun jeung nu keur ibadah? kade ah milih kata katana bisi jadi kafir teu dihaja..
atau si penulis mungkin memang kafir. kan kita enggak tau . jadi memang buat dia orang orang kaum pelempar jumroh itu sesuatu yg menyebalkan. si mimin yg ngaco kenapa gak disunting??
intina mah panitia sing baleg
loba teuing lengen gbla mah..
bener pisan
Kade ah ngadamel artikelna sing raos di baca….
Lebih enak dan enjoy SJH di banding GBLA
warga sekitar GBLA rada sengke
Anyar abdi tour kaluar stadion setengah 2 shubuh .
stadion glba blom terbaik masih banyak oknum nu ngaruksa fasilitas geus alus di rusak………
Semoga management PT. PBB membuat stadion sendiri di tengah kota… ngga kaya di GBLA banyak preman lokal majegan duit…