Firman Ajak Rekan-Rekannya “Cool” Hadapi El Clasico Indonesia
Thursday, 07 August 2014 | 16:08
Rivalitas antara Persib Bandung dengan Persija Jakarta memang begitu panas. Dua klub yang mempunyai sejarah panjang di kompetisi kasta tertinggi sepakabola tanah air itu diyakini ingin selalu menjaga gengsi mereka satu sama lain ketika berhadapan di lapangan. Ditambah bumbu penyedap lain berupa perseteruan antar kelompok suporter masing-masing tim, meski beberapa bulan lalu sudah dilakukan deklarasi damai.
Tapi pemain senior yang kini menjabat sebagai kapten tim Persib, Firman Utina, memandang laga yang dijuluki El Clasico Indonesia tersebut sama seperti laga-laga lain di Indonesia SUper League. Firman ingin rekan-rekannya lebih fokus pada permainan timnya tanpa menghiraukan hal lain di pertandingan ini. Pemain berusia 32 tahun itu enggan konsentrasi timnya teralihkan dengan faktor non teknis. Biasanya memang tensi pertandingan yang tinggi bisa merusak skema yang sudah direncanakan, termasuk emosi pemain yang menjadi mudah terpancing.
“Kalau menurut saya El Clasico Persija lawan Persib ini biasa saja walaupun di luar itu sering dengar El Clasico (yang kesannya ketat), saya lebih membawa tim ini lebih cool, lebih dingin melihat strategi pelatih, memenangkan pertandingan. Itu lebih penting,” ujarnya saat diwawancara
Persib sendiri dijadwalkan akan bertandang ke markas Macan Kemayoran pada 10 Agustus mendatang di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Di laga tandang musim lalu, Persib memang mendapat pengalaman buruk ketika rombongan yang ditumpangi para awaknya diserang dengan dilempari batu hingga bom molotov oleh para oknum suporter Persija. Menurut Firman, hal ini adalah buntut dari perselisihan dan rivalitas berlebih kedua tim. Padahal menurutnya, hubungan antar pemain di kedua tim tetap berjalan baik.
“Saya rasa belajar dari pengalaman kemarin sangat tidak bagus. Saya tidak tahu apa yang dialami mereka (Persija) di sini , tapi saya lebih melihat fair play sepakbola, ke tim saya bilamana kita main di sana kita fokus bermain. Kita tahu pemain tidak ada masalah, di situ hanya ada gengsi tim. Pemain sudah tahu kerja mereka di lapangan, dan pemain sudah tahu di mana dia harus fight di tim itu,” pungkasnya.

Rivalitas antara Persib Bandung dengan Persija Jakarta memang begitu panas. Dua klub yang mempunyai sejarah panjang di kompetisi kasta tertinggi sepakabola tanah air itu diyakini ingin selalu menjaga gengsi mereka satu sama lain ketika berhadapan di lapangan. Ditambah bumbu penyedap lain berupa perseteruan antar kelompok suporter masing-masing tim, meski beberapa bulan lalu sudah dilakukan deklarasi damai.
Tapi pemain senior yang kini menjabat sebagai kapten tim Persib, Firman Utina, memandang laga yang dijuluki El Clasico Indonesia tersebut sama seperti laga-laga lain di Indonesia SUper League. Firman ingin rekan-rekannya lebih fokus pada permainan timnya tanpa menghiraukan hal lain di pertandingan ini. Pemain berusia 32 tahun itu enggan konsentrasi timnya teralihkan dengan faktor non teknis. Biasanya memang tensi pertandingan yang tinggi bisa merusak skema yang sudah direncanakan, termasuk emosi pemain yang menjadi mudah terpancing.
“Kalau menurut saya El Clasico Persija lawan Persib ini biasa saja walaupun di luar itu sering dengar El Clasico (yang kesannya ketat), saya lebih membawa tim ini lebih cool, lebih dingin melihat strategi pelatih, memenangkan pertandingan. Itu lebih penting,” ujarnya saat diwawancara
Persib sendiri dijadwalkan akan bertandang ke markas Macan Kemayoran pada 10 Agustus mendatang di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Di laga tandang musim lalu, Persib memang mendapat pengalaman buruk ketika rombongan yang ditumpangi para awaknya diserang dengan dilempari batu hingga bom molotov oleh para oknum suporter Persija. Menurut Firman, hal ini adalah buntut dari perselisihan dan rivalitas berlebih kedua tim. Padahal menurutnya, hubungan antar pemain di kedua tim tetap berjalan baik.
“Saya rasa belajar dari pengalaman kemarin sangat tidak bagus. Saya tidak tahu apa yang dialami mereka (Persija) di sini , tapi saya lebih melihat fair play sepakbola, ke tim saya bilamana kita main di sana kita fokus bermain. Kita tahu pemain tidak ada masalah, di situ hanya ada gengsi tim. Pemain sudah tahu kerja mereka di lapangan, dan pemain sudah tahu di mana dia harus fight di tim itu,” pungkasnya.

tonk gimir kang … doa kami bobotoh saalam dunya menyertai!