Euforia, AADC, dan John Lenon
Thursday, 20 November 2014 | 09:00
‘Lalu kemudian bertepi, di pusat kota habis terkikis. Ya! Namaku Euforia! Aku harus habis , dan lantas kenapa?’ – @IfanHielmy
#ModalFinal sempat bertengger di papan atas trending topic Twitter. Sepakat rasanya jika kita berpendapat itu adalah lagi-lagi investasi cinta dari bobotoh. Bagaimana tidak? Bahkan saya sempat bertemu dengan kawan baru di Palembang, dua orang pemuda dahsyat asal Garut Jawa Barat yang menjual kambingnya demi menuntaskan gelora, gejolak dan gairahnya dalam mendukung PERSIB disana.
“Looking for the answer, are we Human or are we Dancer” penggalan lagu itu terdengar di ikuti getaran misterius di celana. agak sedikit geli di paha dalam sih sebenernya, karena berjarak beberapa centi dari selangkangan,lagian celana yang di pakai saat itu jeans ketat yang memamerkan lekuk paha dan pantat yang memalukan. “Assalamualaikum a, diberita rame penyerangan. Aa kenging teu? (Diberita penyerangan terhadap kendaraan bobotoh sedang ramai, Aa kena ga?)” Tanya wanita paruh baya yang aku anggap lebih mulia dari nabi. Ya ibu, yang menginvestasikan cinta, doa dan kekhawatiranya melepas anaknya pergi menyebrangi laut demi menonton PERSIB. “Alhamdulillah, ga kenapa kenapa. Berita di tv itu bohong. Biar rating nya naik. Tenang aja, walau jomblo anakmu ini tetap bahagia, ha ha ha” sangkalku berharap kecemasanya jauh mereda.
Makhluk macam apa ini, yang sudah jam 2 masih terjaga mendoakan anaknya yang sedang menjadi saksi PERSIB Juara (Lagi). ‘terimakasih telah mengantar PERSIB juara dengan doa, cinta dan kekhawatiranmu, mih’ tulisku di Personal massage BBM. Ya waktu itu memang Perjalanan pulang dari Palembang baru sampai Ogan Hilir. Yang kami beristirahat dari lelah sisa sisa Euforia di Stadion.
Lagi-lagi saya berfikir ini adalah bentuk investasi dari Bobotoh dan orang yang berada di sekelilingnya. #ModalFinal yang tersembunyi ternyata bertebaran di nurani para orang tua yang mendukung anaknya menyaksikan sekaligus memastikan PERSIB pulang membawa Trophy.
Sekarang, Trophy sudah di tangan, hati dan ingatan para Bobotoh. Juga sudah dalam doa Mang Ayi, Rangga, Uwa saya dan Bobotoh bobotoh lainya yang sayangnya pergi sebelum persib Juara (Lagi) *semoga tuhan selalu mencintai kalian.
“Adalah cinta yang mengubah jalanya waktu, karena cinta waktu terbagi dua. Dengan dan rindu untuk membalik masa” – Rangga/Mini drama AADC
Juara? Sudah! Lantas selesai? TIDAAK!!! #ModalFinal ditanam 19 tahun yang disaksikan hujan, panas, dompet, SPBU, Lalu lintas menuju Siliwangi ataupun Jalak Harupat bukan hanya untuk satu trophy. Bahkan yang terbaru ada sejumlah darah yang ditebus untuk mengawal tambahan satu thropy dari sekian ratus trophy yang masih berbentuk doa.
Mari kita bangun dan merelakan Euforia yang lelah dan kembali ke sarangnya, Pudar. Karena semangat ini masih bersedia dibangun kembali dan akan selalu berbentuk akumulasi, dengan menyandang Predikat juara, sudah selayaknya kadar ksataria-an kita bertambah sedikit lebih dari biasanya.
Ya, itu sudah resiko para satria, seperti juga saya, kamu, kami dan kalian para bobotoh. Yang bertahan mengawal setiap detik pertandingan persib sampai tuliasan ini di muat dan selamanya. Namun, berkaca dari fakta yang sulit dihindari bersama, ada kelalaian bersama diantaranya kita terkadang lupa menertibkan diri sendiri, ketika berada di stadion dan jalanan.
Beberapa kali diantara kita pernah lupa, atau tidak sengaja membuat kursi stadion rusak, pintu masuk stadion bau hangseur. Atau juga keributan antar sesama bobotoh. Hal hal kecil yang berevolusi menjadi subkultur yang gampang-sulit di antisipasi.
Namun, kita sudah juara! Kita adalah juara. Jika kesetiaan menanti PERSIB JUARA selama 19 Tahun yang dipenuhi berbagai cerita hitam dan putih bisa kita habisi tantanganya, apalagi sedikit memperbaiki attitude demi kenyamanan bersama.
Seorang dimasa lalu, menamakan namanya John lennon pernah bernyanyi “Imagine all the peoples living life in peace, yuhuu uuhu, You may say Im a dreamer, but I not the only one..”
Ya, semalam aku sengaja menjenguk John Lenon dikedai Kue balok sebrang Rs. Imanuel. Sambil menunggu hujan reda, aku mulai pembicaraanya dengan mengetik kata Imagine – john lennon pada kolom pencarian youtube di HP. Benar saja dia datang bersebelahan dengan yoko dan mulai bernyanyi. Ya aku menjenguknya di youtube.
Mendengar fatwa Lenon, aku ikut bermimpi. Suatu waktu menyaksikan Persib dengan ibu, ayah, istri (kalo ada jodohnya hahaha ) dan calon anak anaku kelak. Dengan singgasana semegah Gelora Bandung Lautan Api Stadium , sangat mungkin sekali menyaksikan pertandingan dengan nyaman dan meriah. Semoga.
Duduk dengan nyaman, tanpa khawatir terjadi keributan yang membahayakan siapapun, adalah impian setiap bobotoh, terutama bagi mereka yang membawa keluarga, anak atau bayi sekalipun. Saya bermipi seperti ini karena di beberapa pertandingan musim ini beberapa kali sibuk melindungi adik kecil tercinta dari bentrok fisik yang terjadi di stadion.
Kita bukan mereka yang doyan membajak angkot dan kopaja. Bukan mereka yang jiwanya menjadi Bar Bar menghabisi Mendiang Rangga di stadion (*Semoga tuhan mengasihi dan memuliakan Rangga di alam sana). kita juga bukan mereka yang melempar jumroh di TB Simatupang, Cikupa, Pasar Rebo. Mereka tidak siap menerima kompetisi ini.
Kita sudah menjadi JUARA musim lalu, dan akan membuktikanya lewat perbaikan dan attitude seorang juara di musim ini. Kita akan sangat ‘SIAP’ menerima Jalak Harupat stadium, Gelora Bandung Lautan Api, ataupun siliwangi. Kita akan siap memberikan kenyamanan dan keamanan selama menyaksikan pertandingan.
Semoga ….
*Tulisan ini didedikasikan untuk ibu tercinta, semoga suatu saat bisa ikut menyaksikan PERSIB bersama. Sederhana, bahagia.
Penulis @ifanhielmy

‘Lalu kemudian bertepi, di pusat kota habis terkikis. Ya! Namaku Euforia! Aku harus habis , dan lantas kenapa?’ – @IfanHielmy
#ModalFinal sempat bertengger di papan atas trending topic Twitter. Sepakat rasanya jika kita berpendapat itu adalah lagi-lagi investasi cinta dari bobotoh. Bagaimana tidak? Bahkan saya sempat bertemu dengan kawan baru di Palembang, dua orang pemuda dahsyat asal Garut Jawa Barat yang menjual kambingnya demi menuntaskan gelora, gejolak dan gairahnya dalam mendukung PERSIB disana.
“Looking for the answer, are we Human or are we Dancer” penggalan lagu itu terdengar di ikuti getaran misterius di celana. agak sedikit geli di paha dalam sih sebenernya, karena berjarak beberapa centi dari selangkangan,lagian celana yang di pakai saat itu jeans ketat yang memamerkan lekuk paha dan pantat yang memalukan. “Assalamualaikum a, diberita rame penyerangan. Aa kenging teu? (Diberita penyerangan terhadap kendaraan bobotoh sedang ramai, Aa kena ga?)” Tanya wanita paruh baya yang aku anggap lebih mulia dari nabi. Ya ibu, yang menginvestasikan cinta, doa dan kekhawatiranya melepas anaknya pergi menyebrangi laut demi menonton PERSIB. “Alhamdulillah, ga kenapa kenapa. Berita di tv itu bohong. Biar rating nya naik. Tenang aja, walau jomblo anakmu ini tetap bahagia, ha ha ha” sangkalku berharap kecemasanya jauh mereda.
Makhluk macam apa ini, yang sudah jam 2 masih terjaga mendoakan anaknya yang sedang menjadi saksi PERSIB Juara (Lagi). ‘terimakasih telah mengantar PERSIB juara dengan doa, cinta dan kekhawatiranmu, mih’ tulisku di Personal massage BBM. Ya waktu itu memang Perjalanan pulang dari Palembang baru sampai Ogan Hilir. Yang kami beristirahat dari lelah sisa sisa Euforia di Stadion.
Lagi-lagi saya berfikir ini adalah bentuk investasi dari Bobotoh dan orang yang berada di sekelilingnya. #ModalFinal yang tersembunyi ternyata bertebaran di nurani para orang tua yang mendukung anaknya menyaksikan sekaligus memastikan PERSIB pulang membawa Trophy.
Sekarang, Trophy sudah di tangan, hati dan ingatan para Bobotoh. Juga sudah dalam doa Mang Ayi, Rangga, Uwa saya dan Bobotoh bobotoh lainya yang sayangnya pergi sebelum persib Juara (Lagi) *semoga tuhan selalu mencintai kalian.
“Adalah cinta yang mengubah jalanya waktu, karena cinta waktu terbagi dua. Dengan dan rindu untuk membalik masa” – Rangga/Mini drama AADC
Juara? Sudah! Lantas selesai? TIDAAK!!! #ModalFinal ditanam 19 tahun yang disaksikan hujan, panas, dompet, SPBU, Lalu lintas menuju Siliwangi ataupun Jalak Harupat bukan hanya untuk satu trophy. Bahkan yang terbaru ada sejumlah darah yang ditebus untuk mengawal tambahan satu thropy dari sekian ratus trophy yang masih berbentuk doa.
Mari kita bangun dan merelakan Euforia yang lelah dan kembali ke sarangnya, Pudar. Karena semangat ini masih bersedia dibangun kembali dan akan selalu berbentuk akumulasi, dengan menyandang Predikat juara, sudah selayaknya kadar ksataria-an kita bertambah sedikit lebih dari biasanya.
Ya, itu sudah resiko para satria, seperti juga saya, kamu, kami dan kalian para bobotoh. Yang bertahan mengawal setiap detik pertandingan persib sampai tuliasan ini di muat dan selamanya. Namun, berkaca dari fakta yang sulit dihindari bersama, ada kelalaian bersama diantaranya kita terkadang lupa menertibkan diri sendiri, ketika berada di stadion dan jalanan.
Beberapa kali diantara kita pernah lupa, atau tidak sengaja membuat kursi stadion rusak, pintu masuk stadion bau hangseur. Atau juga keributan antar sesama bobotoh. Hal hal kecil yang berevolusi menjadi subkultur yang gampang-sulit di antisipasi.
Namun, kita sudah juara! Kita adalah juara. Jika kesetiaan menanti PERSIB JUARA selama 19 Tahun yang dipenuhi berbagai cerita hitam dan putih bisa kita habisi tantanganya, apalagi sedikit memperbaiki attitude demi kenyamanan bersama.
Seorang dimasa lalu, menamakan namanya John lennon pernah bernyanyi “Imagine all the peoples living life in peace, yuhuu uuhu, You may say Im a dreamer, but I not the only one..”
Ya, semalam aku sengaja menjenguk John Lenon dikedai Kue balok sebrang Rs. Imanuel. Sambil menunggu hujan reda, aku mulai pembicaraanya dengan mengetik kata Imagine – john lennon pada kolom pencarian youtube di HP. Benar saja dia datang bersebelahan dengan yoko dan mulai bernyanyi. Ya aku menjenguknya di youtube.
Mendengar fatwa Lenon, aku ikut bermimpi. Suatu waktu menyaksikan Persib dengan ibu, ayah, istri (kalo ada jodohnya hahaha ) dan calon anak anaku kelak. Dengan singgasana semegah Gelora Bandung Lautan Api Stadium , sangat mungkin sekali menyaksikan pertandingan dengan nyaman dan meriah. Semoga.
Duduk dengan nyaman, tanpa khawatir terjadi keributan yang membahayakan siapapun, adalah impian setiap bobotoh, terutama bagi mereka yang membawa keluarga, anak atau bayi sekalipun. Saya bermipi seperti ini karena di beberapa pertandingan musim ini beberapa kali sibuk melindungi adik kecil tercinta dari bentrok fisik yang terjadi di stadion.
Kita bukan mereka yang doyan membajak angkot dan kopaja. Bukan mereka yang jiwanya menjadi Bar Bar menghabisi Mendiang Rangga di stadion (*Semoga tuhan mengasihi dan memuliakan Rangga di alam sana). kita juga bukan mereka yang melempar jumroh di TB Simatupang, Cikupa, Pasar Rebo. Mereka tidak siap menerima kompetisi ini.
Kita sudah menjadi JUARA musim lalu, dan akan membuktikanya lewat perbaikan dan attitude seorang juara di musim ini. Kita akan sangat ‘SIAP’ menerima Jalak Harupat stadium, Gelora Bandung Lautan Api, ataupun siliwangi. Kita akan siap memberikan kenyamanan dan keamanan selama menyaksikan pertandingan.
Semoga ….
*Tulisan ini didedikasikan untuk ibu tercinta, semoga suatu saat bisa ikut menyaksikan PERSIB bersama. Sederhana, bahagia.
Penulis @ifanhielmy
