Eksodus Pemain Persib Dimengerti Janur
Friday, 01 January 2016 | 19:20
Menanggapi fenomena keluar masuk anak-anak asuhannya di Persib, pelatih kepala Jajang Nurjaman memaklumi secara wajar. Pasca PSSI dibekukan pemerintah menyusul sanksi FIFA, satu persatu pemain Persib, seperti Vladimir Vujovic, Muhammad Ridwan, Firman Utina, Abdul Rahman mundur. Tak sedikit pula yang mencoba peruntungan di negeri lain macam Makan Konate, Ilija Spasojevic, Achmad Jufriyanto dan Dedi Kusnandar.
“Ya itu kan gara-gara kondisi sepak bola di sini (sepak bola Indonesia) seperti ini (tak ada kompetisi) karena kan tidak ada kepastian, sementara mereka butuh hidup,” ucapnya belum lama ini.
Janur sapaan akrab Jajang Nurjaman tahu betul bagaimana perasaan pemain saat ini. Tak ada liga, tak ada pertandingan, tak ada kepastian. Gembling, itu yang dirasakan disisi harus memikirkan loyalitas kepada tim.
“Pemain sepak bola ketika mereka bisa mendapatkan gajih besar normal kemudian mereka ambil sesuatu yang bisa dikatakan gembling, harus diteruskan tanggung jawab dia, dan ternyata tiba-tiba seperti ini ya pasti mereka sangat-sangat kerepotan,” bebernya memahami pemain.
Ia pun cukup bangga, para pemainnya kini mengadu nasib di Liga Malaysia. Eksodus para pemain Maung Bandung ke negeri Jiran tersebut sebagai upaya pemenuhan kebutuhan yang paling realistis disamping dihadapkan kepada ketidakpastian.
“Makanya untuk itu agar mereka tetap memiliki penghasilan ya seperti ini satu demi satu mereka pergi untuk mengadu nasib di tempat orang seperti banyak yang ke Malaysia ya walaupun belum ada yang deal ya untuk pemain lokalnya,” tutur pelatih asal Majalengka itu menambahkan.

Menanggapi fenomena keluar masuk anak-anak asuhannya di Persib, pelatih kepala Jajang Nurjaman memaklumi secara wajar. Pasca PSSI dibekukan pemerintah menyusul sanksi FIFA, satu persatu pemain Persib, seperti Vladimir Vujovic, Muhammad Ridwan, Firman Utina, Abdul Rahman mundur. Tak sedikit pula yang mencoba peruntungan di negeri lain macam Makan Konate, Ilija Spasojevic, Achmad Jufriyanto dan Dedi Kusnandar.
“Ya itu kan gara-gara kondisi sepak bola di sini (sepak bola Indonesia) seperti ini (tak ada kompetisi) karena kan tidak ada kepastian, sementara mereka butuh hidup,” ucapnya belum lama ini.
Janur sapaan akrab Jajang Nurjaman tahu betul bagaimana perasaan pemain saat ini. Tak ada liga, tak ada pertandingan, tak ada kepastian. Gembling, itu yang dirasakan disisi harus memikirkan loyalitas kepada tim.
“Pemain sepak bola ketika mereka bisa mendapatkan gajih besar normal kemudian mereka ambil sesuatu yang bisa dikatakan gembling, harus diteruskan tanggung jawab dia, dan ternyata tiba-tiba seperti ini ya pasti mereka sangat-sangat kerepotan,” bebernya memahami pemain.
Ia pun cukup bangga, para pemainnya kini mengadu nasib di Liga Malaysia. Eksodus para pemain Maung Bandung ke negeri Jiran tersebut sebagai upaya pemenuhan kebutuhan yang paling realistis disamping dihadapkan kepada ketidakpastian.
“Makanya untuk itu agar mereka tetap memiliki penghasilan ya seperti ini satu demi satu mereka pergi untuk mengadu nasib di tempat orang seperti banyak yang ke Malaysia ya walaupun belum ada yang deal ya untuk pemain lokalnya,” tutur pelatih asal Majalengka itu menambahkan.
