
Era keemasan, itulah sebutan orang-orang terutama Bobotoh ketika berbicara bagaimana pasukan besutan Djadjang Nurdjaman meraih gelar juara Indonesia Super League 2014. Penantian 19 tahun terbayar ketika Maung Bandung mengangkat trofi di Stadion Jakabaring, Palembang. Sebelumnya, Persib keluar sebagai tim nomor satu di Indonesia pada Liga Indonesia 1994/1995.
Melalui duel adu penalti, Persib unggul dengan skor 2-2 (5-3). Publik lalu mengingat nama-nama pemain yang menghiasi susunan skuat saat itu. I Made Wirawan di bawah mistar, Vladimir Vujovic dan Achmad Jufriyanto di jantung pertahanan, Tony Sucipto bersama Supardi di dua pos full back, Hariono sebagai perusak serangan lawan, Konate Makan dan Firman Utina menjadi jembatan di lini tengah.
Untuk lini depan, Ferdinand Sinaga, Muhammad Ridwan, Atep dan Tantan tentu akan selalu dielu-elukan sebagai juru gedor yang mampu membawa Persib memupus dahaga juara. Padahal masih ada satu nama striker yang sebenarnya punya dampak bagi Persib merebut trofi. Dia adalah Djibril Coulibaly.
Tanpa disadari, Djibril turut punya andil mengantarkan Maung Bandung mendapatkan lagi status sebagai kampiun. Meski dalam perjalannya selama satu musim berada di Persib banyak menemui kendala, namun kontribusinya terasa. Bukan hanya lewat catatan golnya tapi dari efek positif lain bagi klub karena kehadiran dia di tim.
Nama Djibril melejit bersama Barito Putera di ajang ISL musim 2013. Pria kelahiran Bamako, Mali, 11 Agustus 1987 tersebut awalnya tidak diperhitungkan ketika pertama menjejakkan kaki di Indonesia. Dirinya dilirik Salahudin (pelatih Barito Putera) untuk membela Laskar Antasari yang baru promosi ke liga kasta tertinggi di tanah air.
Ternyata di luar dugaan Djibril menggila di musim 2013 dengan aliran golnya yang mengalir deras. Apalagi di putaran kedua, performanya makin meningkat seiring bergabungnya Konate Makan ke Barito setelah direkrut dari PSPS Pekanbaru. Berstatus tim promosi, Barito Putera diantarkan Djibril menghuni peringkat 6 klasemen akhir dan total 21 gol dihasilkannya.
Jumlah gol Djibril hanya kalah dari Boaz Solossa dengan 25 gol dan di musim tersebut Persipura keluar sebagai juara. Angka 21 gol juga menyamai perolehan top skorer tim Persib, Sergio Van Dijk. Catatan itu yang membuat Djadjang Nurdjaman kepincut merekrut Djibril. Duetnya bersama Sergio tentu akan sangat mengerikan jika dibayangkan.
Djibril menjadi sosok yang paling diburu oleh Djanur di transfer window awal musim 2014 untuk melengkapi puzzle di lini depan. Namun usaha Persib mendatangkannya rumit, terutama karena Djibril ingin direkrut satu paket dengan kompatriotnya, Konate Makan. Semula Djanur mempunyai target lain untuk mengisi slot yang ditinggalkan Mbida Messi.
Akhirnya duet asal Mali ini resmi dikontrak Persib pada akhir tahun 2013, alias pada masa pramusim jelang kompetisi 2014. Hari-hari dilalui, namun Djibril kerap mendapat masalah soal kondisinya di agenda preseason. Dia langsung menderita sakit demam berdarah di awal kedatangannya bersama Persib dan melewatkan laga uji coba melawan DC United serta pemusatan latihan di Ciamis.
Petaka lalu datang di awal musim 2014, Sergio Van Dijk bersitegang dengan manajemen karena merasa ada haknya yang tidak dipenuhi. Sang pemain lalu memutuskan hengkang ke Sepahan, Iran. Djibril otomatis menjadi satu-satunya pemain berposisi striker murni di Persib setelah Sergio hijrah, Djanur lalu makin menggantungkan harapan padanya.
Namun malang, Djibril juga terlibat masalah dengan klub dan kesehatannya sendiri. Sang pemain dinyatakan mengalami cedera metatarsal di kaki sebelah kanannya dan itu adalah bawaan dari klub lamanya. Dia ternyata melakukan kebohongan saat menerima pinangan Persib, mengaku memiliki kondisi yang fit padahal ada kendala di kakinya.

Kekecewaan lantas dialami Persib, baik itu manajemen dan pelatih, Djanur karena sangat berharap Djibril bisa menjadi andalan. Keputusan tegas diambil oleh klub dengan mendepaknya karena ‘dosa’ besar dalam bentuk kebohongan. Meski mencetak satu gol ketika menaklukkan Persita dalam laga fase grup turnamen pramusim, Inter Island Cup, dia tetap terdepak.
Udo Fortune sempat menjadi pilihan sebagai pengganti dan dicoba di laga lanjutan Inter Island Cup tapi tidak mampu memenuhi ekspektasi. Striker asing kawakan lainnya, Roberto Kwateh dan Emile Mbamba juga dicoba tapi Djanur tidak tertarik. Deadline transfer kian mendekat dan Persib tidak menemukan figur yang tepat menggantkan Djibril.
Nasib mujur nyatanya masih memihak pada bomber gempal tersebut. Persib memberi kesempatan kedua baginya untuk menebus dosa. Djibril direkrut lagi dan tetap mengisi jatah pemain asing Persib bersama Konate Makan dan Vladimir Vujovic. Awal musim 2014 lalu dilaluinya dengan pemulihan cedera dan kondisi fisik sebelum melakoni debut bersama Persib di kompetisi resmi.
Sinyal perekrutan Djibril memberi dampak pada Persib pun sebenarnya sudah terasa ketika dirinya belum turun bertanding. Konate Makan yang direkrut sebagai pelengkap dari transaksi untuk dia malah menjadi nyawa bagi tim. Konate tampil menawan sepanjang pramusim dan menjadi aktor kemenangan Persib dalam dua laga awal ISL 2014. Sepasang gol dicetak ke gawang Sriwijaya FC dan Persita meski dari titik putih hingga Persib mampu meraih enam poin. (bersambung ke bagian 2).
Komentar Bobotoh