Dokter Persib Tidak Setuju Rapid Test yang Akan Merugikan Timnya
Tuesday, 30 June 2020 | 10:40
Dokter tim Persib Rafi Ghani mulai melihat ke depan tentang berlanjutnya kompetisi di Bulan Oktober dengan memperhatikan betul protokol kesehatan. Salah satunya akan adanya tes Corona untuk pemain, pelatih, dan staf, menggunakan cara atau metode rapid test.
Rapid test adalah cara yang umum digunakan pemerintah kepada masyarakat luas secara masif. Metode dengan cara pengambilan sampel darah dimana akurasinya masih rendah. Pasalnya sampel darah yang diambil hanya akan mencari bentuk dari antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
“Saya sudah melihat sepintas protokol kesehatan untuk dimulainya Liga 1. Di sana ada salah satu poin yang saya tidak setuju karena pemeriksaan dengan rapid test. Jadi artinya setiap orang yang boleh masuk lapangan sudah lolos pemeriksaan rapid test yang non reaktif,” kata Rafi pada Senin (29/6/2020).
Sampel darah yang diambil melalui rapid test akan mencari bentuk antibodi dimana terdapat IgM dan IgG. IgM adalah antibodi yang terbentuk saat seseorang pertama kali terinfeksi oleh virus atau bakteri jenis baru. Sementara IgG adalah antibodi yang bertugas melindungi tubuh dari infeksi dengan mengikat bakteri atau virus yang telah dikenali oleh IgM. Hingga ketika bakteri atau virus kembali antibodi ini siap untuk melawan.
Penyerang Persib Wander Luiz adalah salah satu pemain yang terpapar Corona dan sudah dinyatakan sembuh. Hingga antibodi di dalam tubuhnya sudah terbentuk dan akan melawan virus Corona. Jika Rapid test dilakukan kepada dirinya tentu akan positif karena antibodi yang telah terbentuk tadi.
Kondisi tersebut dinilai akan merugikan timnya, sampai Wander Luiz terancam tak boleh dimainkan nantinya. Dokter Rafi mengusulkan agar test yang dilakukan nanti adalah Swab PCR (Polymerase Chain Reaction) dengan cara pengambilan sampel lendir yang ada di hidung atau tenggorokan, akurasinya dikatakan lebih teruji.
“Mengapa saya tidak setuju karena ada salah seorang atlet saya yang pada Bulan Maret terpapar Covid-19 dengan pemeriksaan PCR, setelah melakukan isolasi mandiri sembuh dengan sendirinya,” papar Rafi.
“Saya berpikir pada atlet saya ini sudah terbentuk antibodi, jadi kalau rapid test yang kita ketahui hanya untuk mengetahui antibodi di dalam badan seseorang artinya sudah bisa dipastikan itu akan reaktif atau positif pada saat pemeriksaan rapid test,” urainya.

Dokter tim Persib Rafi Ghani mulai melihat ke depan tentang berlanjutnya kompetisi di Bulan Oktober dengan memperhatikan betul protokol kesehatan. Salah satunya akan adanya tes Corona untuk pemain, pelatih, dan staf, menggunakan cara atau metode rapid test.
Rapid test adalah cara yang umum digunakan pemerintah kepada masyarakat luas secara masif. Metode dengan cara pengambilan sampel darah dimana akurasinya masih rendah. Pasalnya sampel darah yang diambil hanya akan mencari bentuk dari antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
“Saya sudah melihat sepintas protokol kesehatan untuk dimulainya Liga 1. Di sana ada salah satu poin yang saya tidak setuju karena pemeriksaan dengan rapid test. Jadi artinya setiap orang yang boleh masuk lapangan sudah lolos pemeriksaan rapid test yang non reaktif,” kata Rafi pada Senin (29/6/2020).
Sampel darah yang diambil melalui rapid test akan mencari bentuk antibodi dimana terdapat IgM dan IgG. IgM adalah antibodi yang terbentuk saat seseorang pertama kali terinfeksi oleh virus atau bakteri jenis baru. Sementara IgG adalah antibodi yang bertugas melindungi tubuh dari infeksi dengan mengikat bakteri atau virus yang telah dikenali oleh IgM. Hingga ketika bakteri atau virus kembali antibodi ini siap untuk melawan.
Penyerang Persib Wander Luiz adalah salah satu pemain yang terpapar Corona dan sudah dinyatakan sembuh. Hingga antibodi di dalam tubuhnya sudah terbentuk dan akan melawan virus Corona. Jika Rapid test dilakukan kepada dirinya tentu akan positif karena antibodi yang telah terbentuk tadi.
Kondisi tersebut dinilai akan merugikan timnya, sampai Wander Luiz terancam tak boleh dimainkan nantinya. Dokter Rafi mengusulkan agar test yang dilakukan nanti adalah Swab PCR (Polymerase Chain Reaction) dengan cara pengambilan sampel lendir yang ada di hidung atau tenggorokan, akurasinya dikatakan lebih teruji.
“Mengapa saya tidak setuju karena ada salah seorang atlet saya yang pada Bulan Maret terpapar Covid-19 dengan pemeriksaan PCR, setelah melakukan isolasi mandiri sembuh dengan sendirinya,” papar Rafi.
“Saya berpikir pada atlet saya ini sudah terbentuk antibodi, jadi kalau rapid test yang kita ketahui hanya untuk mengetahui antibodi di dalam badan seseorang artinya sudah bisa dipastikan itu akan reaktif atau positif pada saat pemeriksaan rapid test,” urainya.
