Diskusi KWSB: Pembinaan Sepakbola Harusnya Untuk Sepakbola
Thursday, 23 April 2015 | 17:14
Tommy Apriantono sebagai Dosen ITB, S2 dan S3 sepakbola di Jepang mencoba mengamati dengan membandingkan perkembangan sepak bola tanah air dan negara yang terkenal dengan julukan negeri matahari itu. Dalam perbincangannya bersama SIWO PWI Jabar dan Komunitas Wartawan Sepakbola Bandung (KWSB) di kedai Persib, Jln. Sulanjana Bandung, Kamis (23/4) ia menuturkan, Jepang mendirikan sepak bola dinegaranya dengan kemapanan dan profesionalisme yang tinggi. Setiap klub kontestan diwajibkan memiliki stadion sendiri, sarana latihan, dan pembinaan usia dini.
“Sebetulnya menjadi profesionalisme resmi Indonesia belum siap. Profesional lebih resmi diliat seperti enggak ada keterlambatan gajih, melihat statuta, harus punya stadion sarana pendukung latihan dan pembinaan usia dini hqrus dimiliki tim. Sebagian besar klub Indonesia belum siap,” terangnya.
Tommy menambahkan Jepang mendirikan federasi sepak bolanya benar-benar konsen untuk membina sepak bola, tidak ada kepentingan lain. “Jepang itu mendirikan kompetisi dari nol. Implementasi di indonesia sebenarnya enggak usah dari nol, tapi dengan kekacauan ini harus ada evaluasi keseluruhan. Membina sepak bola untuk sepak bola bukan untuk kepentingan yang lain,” tegasnya.
Mengomentari mengenai adanya intervensi pemerintah melalui BOPI, Tommy mengatakan bahwa hal tersebut adalah sebuah indikasi jika PSSI kurang bisa membina persepakbolaan di Indonesia. Tugas yang dilakukan BOPI sebenarnya saat ini adalah tugas yang harus bisa diselesaikan sendiri oleh PSSI. “Apa yang dilakukan BOPI harusnya dilakukan PSSI, seharusnya BOPI enggak ikut campur karena peran BOPI harusnya diperankan PSSI,” bebernya.

Tommy Apriantono sebagai Dosen ITB, S2 dan S3 sepakbola di Jepang mencoba mengamati dengan membandingkan perkembangan sepak bola tanah air dan negara yang terkenal dengan julukan negeri matahari itu. Dalam perbincangannya bersama SIWO PWI Jabar dan Komunitas Wartawan Sepakbola Bandung (KWSB) di kedai Persib, Jln. Sulanjana Bandung, Kamis (23/4) ia menuturkan, Jepang mendirikan sepak bola dinegaranya dengan kemapanan dan profesionalisme yang tinggi. Setiap klub kontestan diwajibkan memiliki stadion sendiri, sarana latihan, dan pembinaan usia dini.
“Sebetulnya menjadi profesionalisme resmi Indonesia belum siap. Profesional lebih resmi diliat seperti enggak ada keterlambatan gajih, melihat statuta, harus punya stadion sarana pendukung latihan dan pembinaan usia dini hqrus dimiliki tim. Sebagian besar klub Indonesia belum siap,” terangnya.
Tommy menambahkan Jepang mendirikan federasi sepak bolanya benar-benar konsen untuk membina sepak bola, tidak ada kepentingan lain. “Jepang itu mendirikan kompetisi dari nol. Implementasi di indonesia sebenarnya enggak usah dari nol, tapi dengan kekacauan ini harus ada evaluasi keseluruhan. Membina sepak bola untuk sepak bola bukan untuk kepentingan yang lain,” tegasnya.
Mengomentari mengenai adanya intervensi pemerintah melalui BOPI, Tommy mengatakan bahwa hal tersebut adalah sebuah indikasi jika PSSI kurang bisa membina persepakbolaan di Indonesia. Tugas yang dilakukan BOPI sebenarnya saat ini adalah tugas yang harus bisa diselesaikan sendiri oleh PSSI. “Apa yang dilakukan BOPI harusnya dilakukan PSSI, seharusnya BOPI enggak ikut campur karena peran BOPI harusnya diperankan PSSI,” bebernya.
