Dilema Panpel
Saturday, 23 July 2011 | 02:06Oleh: Richard RL.
Ketika kita berbicara mengenai event pertandingan yang dilakukan Persib Bandung, seringkali terdengar keluhan mengenai masalah di seputar penyelenggaraan pertandingan seperti tiket keriting dan berbagai permasalahan lainnya yang selain menimbulkan ketidaknyamanan bagi bobotoh yang menonton ke stadion, juga berakibat tidak baik dalam usaha meningkatkan pendapatan klub dari penjualan tiket tersebut.
Kita sering mendengar bahwa di Eropa dan negara lain yang industri sepakbolanya sudah berjalan, bahwa sumber terbesar pendapatan klub selain sponsorship & hak siar televisi adalah penjualan tiket pertandingan.
Mari Kita berhitung dengan logika awam, bahwa berdasarkan data kapasitas Stadion Si Jalak Harupat, Persib Bandung mungkin bisa jadi memiliki POTENSI maksimal Penonton sebanyak 25.000 – 30.000 penonton/pertandingan. Jika dikalikan harga tiket rata2 Rp. 30.000, maka seharusnya akan terkumpul pendapatan kotor berkisar Rp. 750jt – 900jt/pertandingan yang jika dikalikan 17 pertandingan maka akan ada estimasi pemasukan yang berkisar 12,8 Milyar – 15,3 Milyar bagi Persib Bandung. Ini adalah sebuah LOGIKA.
Pada beberapa media, para petinggi PT. PBB yang mengatakan bahwa dimusim 2010-2011 ini pendapatan kotor Persib dari penjualan tiket rata-rata hanya berada di kisaran Rp. 250-300jt/pertandingan, sehingga dalam 1 musim terakhir Persib hanya mendapatkan pemasukan dari sektor tiket sebesar Rp. 3,9 Milyar. Ini adalah FAKTA, bahwa hasil yang dicapai teramat jauh dengan estimasi dari Potensi pendapatan.
Ya, Jarak antara LOGIKA dengan FAKTA itu adalah SELISIH PENDAPATAN 8,9-11,4 Milyar Rupiah/Musim.
Pada beberapa kesempatan di media, para petinggi Persib mecoba menganalisa penyebab minimnya pendapatan dari sektor tiket, menurut mereka ada beberapa hal yang mempengaruhi merosotnya penjualan tiket di musim ini:
1. Berkurangnya jumlah pertandingan karena sanksi yg dijatuhkan terhadap Persib.
2. Kesulitan mengatasi peredaran tiket keriting.
3. Masalah kebocoran tiket lainnya yang sampai penurunkan pendapatan sampai 50%
Yang akan dibahas oleh penulis adalah bagaimana kita mencoba mengajak rekan-rekan bobotoh untuk membantu pihak panpel & PT. PBB mengatasi masalah-masalah diatas. Kita tidak perlu terlalu mengkritik & menyalahkan panpel atas semua ketidaknyamanan yang terjadi. Penulis masih meyakini bahwa Panpel Pertandingan Persib diisi oleh orang-orang terbaik yang berpengalaman mengenai penyelenggaraan pertandingan. Justru sudah sepantasnya kita memberikan apresiasi kepada pihak Panpel, Mereka masih bisa bekerja maksimal walaupun dalam situasi & kondisi yang kurang menguntungkan, bahkan cenderung menyulitkan.
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya diawal musim ini 2010-2011 lalu Panpel sudah merencanakan penggunaan e-ticket & gate electronics yang implementasinya akan dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pihak swasta yang akan berinvestasi dalam penyelenggaraan pertandingan. Sebuah konsep penjualan & distribusi tiket sudah dirancang sedemikian rupa agar bobotoh yang akan datang menyaksikan pertandingan diberikan kemudahan dalam pembelian tiket.
Sistem ini juga sudah dirancang sedemikian rupa agar penonton yang bisa masuk stadion adalah hanya penonton yang memiliki tiket masuk yang menggunakan smartard (kartu chip yang sejenis dengan kartu kredit dari bank), dan pintu masuk stadion elektronik bertinggi 2,3 meter (standar stadion di eropa) yang sangat aman & nyaman bagi bobotoh yang akan menonton. Konsepnya mungkin hampir sama dengan cara masuk ke halte busway di ibukota, dimana Pintu stadion hanya terbuka secara otomatis bagi penonton yang memasukan tiketnya kedalam ‘gate’, tiket berbentuk smartcard ini juga sulit dipalsukan karena memiliki sistem security yg setara standard perbankan. Begitu juga gate di stadion, sudah dirancang sedemikian rupa keamanannya untuk mengantisipasi jika ada perusuh yg merusak bahkan membakar stadion.
Sistem e-ticket & electronics gate ini juga diyakini akan mampu mencapai minimal 80% dari estimasi potensi maksimal pejualan tiket dalam pendapatan kas PT. PBB, yang artinya jika sistem ini berjalan, maka diyakini jumlah pendapatan kotor Panpel Persib Bandung dalam 17 pertandingan/musim akan mencapai Rp. 10 Milyar.
Lantas mengapa konsep diatas masih ditunda pelaksanaannya, karena saat itu sistem ini hanya bisa dijalankan di stadion Si Jalak Harupat, dan tidak bisa di Stadion Siliwangi, karena keterbatasan kondisi stadion siliwangi. Kendala yang muncul kemudian adalah bahwa Stadion Si Jalak Harupat masih dalam pengerjaan renovasi ketika itu sampai di akhir tahun 2010 lalu. Padahal, secara bisnis sistem ini sudah didesain implementasinya untuk dilakukan di Stadion SJH dalam kurun waktu minimal 1 musim kompetisi.
Itu adalah salah satu gambaran yang membuktikan sebenarnya Pihak Panpel & PT. PBB sudah berpikir jauh ke depan untuk mengatasi masalah ticketing tersebut. Jadi alangkah lebih baiknya kita sebagai bobotoh, tidak terlalu menyalahkan Panpel atas semua ketidaknyamanan yang terjadi. Lebih baik kita fokus kepada kesadaran kita sebagai bobotoh, mulai dari hal-hal yang kecil tetapi akan menghasilkan kontribusi yang besar bagi Panpel & PT. PBB
Mulai dari kebiasaan membeli tiket, jangan memaksakan diri datang ke stadion jika tidak memiliki tiket. Bahwa menonton pertandingan Persib melalui siaran langsung televisi adalah tindakan yang lebih memberikan kontribusi untuk Persib, daripada memaksakan diri datang ke stadion tanpa membeli tiket. Mengapa, karena dengan banyaknya bobotoh yang menonton siaran langsung di tv, maka rating akan meningkat, iklan semakin banyak, dan pada akhirnya Persib juga yang akan menerima kenaikan pendapatan dari hak siar televisi.
Demikian juga bobotoh sebaiknya sama-sama menjaga diri sendiri & sekeliling kita pada saat menonton di stadion agar tidak ada oknum yang Berbuat onar, apalagi sampai melakukan anarkis di dalam stadion, karena jika Persib kena sanksi yang rugi adalah Persib sendiri & bobotoh lainnya yang sudah bersikap santun.
Penulis meyakini, Bahwa permasalahan tiket keriting, kedisiplinan petugas penjaga, dll akan dapat diselesaikan manajemen PT. PBB pada waktunya, karena hal tersebut membutuhkan infrastruktur yang mendukung & proses berjalannya waktu akan membuat hal-hal tersebut dapat teratasi.
Kesadaran kita sebagai bobotoh, bahwa sedikit apapun kontribusi kita, baik yang menonton dari TV di rumah, maupun yang datang ke stadion dengan membeli tiket insyaallah akan memberikan manfaat yg besar untuk Persib. Kesadaran bobotoh untuk membeli tiket pertandingan akan mendongkrak pendapatan Persib secara signifikan, sama halnya dengan kesadaran bobotoh yang membeli merchandise original Persib. Pada akhirnya Kita sebagai bobotoh sendiri yang akan bangga, jika Persib akan terus dapat eksis dan menjadi trendsetter klub sepakbola profesional di Indonesia.
Pemegang saham, pengurus, pelatih, manajer atau pemain bisa saja terus berganti, yang tidak mungkin tergantikan adalah Nama Persib dan bobotoh setianya..
Sekian..
Pendapat yang dinyatakan dalam karya ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.

Oleh: Richard RL.
Ketika kita berbicara mengenai event pertandingan yang dilakukan Persib Bandung, seringkali terdengar keluhan mengenai masalah di seputar penyelenggaraan pertandingan seperti tiket keriting dan berbagai permasalahan lainnya yang selain menimbulkan ketidaknyamanan bagi bobotoh yang menonton ke stadion, juga berakibat tidak baik dalam usaha meningkatkan pendapatan klub dari penjualan tiket tersebut.
Kita sering mendengar bahwa di Eropa dan negara lain yang industri sepakbolanya sudah berjalan, bahwa sumber terbesar pendapatan klub selain sponsorship & hak siar televisi adalah penjualan tiket pertandingan.
Mari Kita berhitung dengan logika awam, bahwa berdasarkan data kapasitas Stadion Si Jalak Harupat, Persib Bandung mungkin bisa jadi memiliki POTENSI maksimal Penonton sebanyak 25.000 – 30.000 penonton/pertandingan. Jika dikalikan harga tiket rata2 Rp. 30.000, maka seharusnya akan terkumpul pendapatan kotor berkisar Rp. 750jt – 900jt/pertandingan yang jika dikalikan 17 pertandingan maka akan ada estimasi pemasukan yang berkisar 12,8 Milyar – 15,3 Milyar bagi Persib Bandung. Ini adalah sebuah LOGIKA.
Pada beberapa media, para petinggi PT. PBB yang mengatakan bahwa dimusim 2010-2011 ini pendapatan kotor Persib dari penjualan tiket rata-rata hanya berada di kisaran Rp. 250-300jt/pertandingan, sehingga dalam 1 musim terakhir Persib hanya mendapatkan pemasukan dari sektor tiket sebesar Rp. 3,9 Milyar. Ini adalah FAKTA, bahwa hasil yang dicapai teramat jauh dengan estimasi dari Potensi pendapatan.
Ya, Jarak antara LOGIKA dengan FAKTA itu adalah SELISIH PENDAPATAN 8,9-11,4 Milyar Rupiah/Musim.
Pada beberapa kesempatan di media, para petinggi Persib mecoba menganalisa penyebab minimnya pendapatan dari sektor tiket, menurut mereka ada beberapa hal yang mempengaruhi merosotnya penjualan tiket di musim ini:
1. Berkurangnya jumlah pertandingan karena sanksi yg dijatuhkan terhadap Persib.
2. Kesulitan mengatasi peredaran tiket keriting.
3. Masalah kebocoran tiket lainnya yang sampai penurunkan pendapatan sampai 50%
Yang akan dibahas oleh penulis adalah bagaimana kita mencoba mengajak rekan-rekan bobotoh untuk membantu pihak panpel & PT. PBB mengatasi masalah-masalah diatas. Kita tidak perlu terlalu mengkritik & menyalahkan panpel atas semua ketidaknyamanan yang terjadi. Penulis masih meyakini bahwa Panpel Pertandingan Persib diisi oleh orang-orang terbaik yang berpengalaman mengenai penyelenggaraan pertandingan. Justru sudah sepantasnya kita memberikan apresiasi kepada pihak Panpel, Mereka masih bisa bekerja maksimal walaupun dalam situasi & kondisi yang kurang menguntungkan, bahkan cenderung menyulitkan.
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya diawal musim ini 2010-2011 lalu Panpel sudah merencanakan penggunaan e-ticket & gate electronics yang implementasinya akan dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pihak swasta yang akan berinvestasi dalam penyelenggaraan pertandingan. Sebuah konsep penjualan & distribusi tiket sudah dirancang sedemikian rupa agar bobotoh yang akan datang menyaksikan pertandingan diberikan kemudahan dalam pembelian tiket.
Sistem ini juga sudah dirancang sedemikian rupa agar penonton yang bisa masuk stadion adalah hanya penonton yang memiliki tiket masuk yang menggunakan smartard (kartu chip yang sejenis dengan kartu kredit dari bank), dan pintu masuk stadion elektronik bertinggi 2,3 meter (standar stadion di eropa) yang sangat aman & nyaman bagi bobotoh yang akan menonton. Konsepnya mungkin hampir sama dengan cara masuk ke halte busway di ibukota, dimana Pintu stadion hanya terbuka secara otomatis bagi penonton yang memasukan tiketnya kedalam ‘gate’, tiket berbentuk smartcard ini juga sulit dipalsukan karena memiliki sistem security yg setara standard perbankan. Begitu juga gate di stadion, sudah dirancang sedemikian rupa keamanannya untuk mengantisipasi jika ada perusuh yg merusak bahkan membakar stadion.
Sistem e-ticket & electronics gate ini juga diyakini akan mampu mencapai minimal 80% dari estimasi potensi maksimal pejualan tiket dalam pendapatan kas PT. PBB, yang artinya jika sistem ini berjalan, maka diyakini jumlah pendapatan kotor Panpel Persib Bandung dalam 17 pertandingan/musim akan mencapai Rp. 10 Milyar.
Lantas mengapa konsep diatas masih ditunda pelaksanaannya, karena saat itu sistem ini hanya bisa dijalankan di stadion Si Jalak Harupat, dan tidak bisa di Stadion Siliwangi, karena keterbatasan kondisi stadion siliwangi. Kendala yang muncul kemudian adalah bahwa Stadion Si Jalak Harupat masih dalam pengerjaan renovasi ketika itu sampai di akhir tahun 2010 lalu. Padahal, secara bisnis sistem ini sudah didesain implementasinya untuk dilakukan di Stadion SJH dalam kurun waktu minimal 1 musim kompetisi.
Itu adalah salah satu gambaran yang membuktikan sebenarnya Pihak Panpel & PT. PBB sudah berpikir jauh ke depan untuk mengatasi masalah ticketing tersebut. Jadi alangkah lebih baiknya kita sebagai bobotoh, tidak terlalu menyalahkan Panpel atas semua ketidaknyamanan yang terjadi. Lebih baik kita fokus kepada kesadaran kita sebagai bobotoh, mulai dari hal-hal yang kecil tetapi akan menghasilkan kontribusi yang besar bagi Panpel & PT. PBB
Mulai dari kebiasaan membeli tiket, jangan memaksakan diri datang ke stadion jika tidak memiliki tiket. Bahwa menonton pertandingan Persib melalui siaran langsung televisi adalah tindakan yang lebih memberikan kontribusi untuk Persib, daripada memaksakan diri datang ke stadion tanpa membeli tiket. Mengapa, karena dengan banyaknya bobotoh yang menonton siaran langsung di tv, maka rating akan meningkat, iklan semakin banyak, dan pada akhirnya Persib juga yang akan menerima kenaikan pendapatan dari hak siar televisi.
Demikian juga bobotoh sebaiknya sama-sama menjaga diri sendiri & sekeliling kita pada saat menonton di stadion agar tidak ada oknum yang Berbuat onar, apalagi sampai melakukan anarkis di dalam stadion, karena jika Persib kena sanksi yang rugi adalah Persib sendiri & bobotoh lainnya yang sudah bersikap santun.
Penulis meyakini, Bahwa permasalahan tiket keriting, kedisiplinan petugas penjaga, dll akan dapat diselesaikan manajemen PT. PBB pada waktunya, karena hal tersebut membutuhkan infrastruktur yang mendukung & proses berjalannya waktu akan membuat hal-hal tersebut dapat teratasi.
Kesadaran kita sebagai bobotoh, bahwa sedikit apapun kontribusi kita, baik yang menonton dari TV di rumah, maupun yang datang ke stadion dengan membeli tiket insyaallah akan memberikan manfaat yg besar untuk Persib. Kesadaran bobotoh untuk membeli tiket pertandingan akan mendongkrak pendapatan Persib secara signifikan, sama halnya dengan kesadaran bobotoh yang membeli merchandise original Persib. Pada akhirnya Kita sebagai bobotoh sendiri yang akan bangga, jika Persib akan terus dapat eksis dan menjadi trendsetter klub sepakbola profesional di Indonesia.
Pemegang saham, pengurus, pelatih, manajer atau pemain bisa saja terus berganti, yang tidak mungkin tergantikan adalah Nama Persib dan bobotoh setianya..
Sekian..
Pendapat yang dinyatakan dalam karya ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.

saya satuju d musim kompetisi thn payun tiap pertandingn kandang PERSIB ngangge sistem e-ticket & gate electronics, jadilah nu pertama di INDONESIA, sareng kanggo kamajuan PERSIB oge..HIDUP PERSIB, skses kanggo PANPEL..
1 lagi kang, penjaga pintu dari pihak keamanan seringkali tidak menyobek tiket dan ada saja yang menjual kembali ke luar stadion !
penjaga pintu masih bisa dibayar oleh uang !
Nuhun .
Mohon ditindak lanjuti untuk kedepannya
saya mungkin salah satu ibu dari sekian banyak ibu/cwe pencint Persib<<<<<<<<<klo sy mah setuju2untuk kebaikan tim kbesaran "urang parahyangan"menjadi no 1….,tolong bantosana k bapak2 aparat coba amankan para OKNUM d jalanan klo persib maen lieuur tah k barudak nu t ngarti kedamainan and seni nonton pertandingan bola mah……….!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
🙁 🙁 🙁 🙁
4 jempol bwt sang penulis
simkuring satuju pisan
persib akn trus jaya krna ksdaran dari qta sbgai bobotoh..
like this juragan.. leres pisan eta teh!
Panpel saya nilai uda bertugas dg baik, walopun belum optimal. Dan memang, kebocoran terbesar itu ada di OKNUM2 petugas di pintu masuk stadion.. FAKTA!
Tiket yg di cetak (misal) 10.000, kapasitas stadion (mis.) 15.000, tp jmlh penonton di dalem stadion bs nyampe lebih dr 20.000!! ..tanya kenapa??! ( nyeri hate geus ngalaman teu bs lalajo asup ka tribun, pedah di tangga asup ge geus padedet ku bobotoh 🙁 pdhl uing teh meuli tiket! tungtungna mah lalajo di imah :(( )
Jadi kuring sebagai bobotoh nu santun dan damai, mengaharapkan pisan panpel utk memperbaiki lagi sistem pertiketan dan manajemn serta pengawasan di stadion. Seperti penulis sebutkan, demi PERSIB dan BOBOTOH!!
…cag ah.
satuju pisan ngangge e-ticketing & gate electronics, tapi nu sakali akses, bisi di bikeun ti luhur di puragkeun jang balad na hahaha..
satuju pisan tah
100 kango penulis……
Kade gancang ruksak ku OKNUM PENGHANCUR PERSIB.
Ayeuna tonx riweuh pasea jng the jak jsb lah.
Brantas heula tah OKNUM BOBOTOH.