A
Ban kapten bak warisan, turun temurun yang tak sembarang orang mengenakannya. Sebagian tim menganggap hal tersebut adalah sakral, Frank Lampard sampai John Terry di Chelsea, Raul Gonzalez sampai Sergio Ramos di Real Madrid, Carles Puyol sampai Lionel Messi di Barcelona, atau mungkin Bambang Pamungkas di Persija.
Persib punya kapten dengan historis yang melekat dengan karakter dan kriteria. Adeng Hudaya, Robby Darwis, Dadang Hidayat, Suwita Pata, Eka Ramdani, mereka adalah local boy yang didaulat kapten dari zaman ke zaman. Besar dan berkembang dalam kultur sepakbola Bandung yang kreatif nan santun.
Selepas Eka, sebentar saja simbol yang melekat di lengan atas itu singgah ke Maman Abdurrahman. Saat Maman pergi pewaris selanjutnya adalah pria asal Cianjur yang kita kenal dengan nama Atep. Pemain dengan latar belakang putra daerah, juga menjadi pemain yang sudah lama menancapkan kesetiaan kepada Persib –selain Hariono.

Lalu kita mengenal bagaimana Atep berbagi peran bersama Firman Utina sejak 2013, kapten dan wakilnya. Secara pengakuan sesuai karakter yang merunut kepada historis Persib dari era ke era, Atep diakui sebagai kapten tim kebanggaan Bobotoh. Situasi tersebut diistilahkan sebagai de jure dalam bahasa latin klasik yang berarti menurut atau berdasarkan hukum.
Sementara hal bersinggungan dengan itu, yakni de facto. Pada kenyataannya dalam praktik di lapangan Firman lah yang selalu menunjukkan sikap layaknya kapten. Ini bukan sok-sok-an, ini memang karakternya sebagai pemimpin panutan dan ideal acuan pemain lainnya. Karakter tersebut sudah terbangun dan terbentuk dalam dirinya dimana pun berada.
Bukan mengecilkan peran Atep, namun FU memang menjadi orang yang paling dihormati kawan, dan disegani lawan, hingga wasit sekali pun. Ia adalah kepanjangan tangan pelatih hingga kondisi ruang ganti dalam iklim yang teduh. Dirinya pula membuka diri untuk menyatukan pemain asing dengan pemain lokal, pemain muda dan pemain yang lebih senior.

Di dalam lapangan, setiap situasi Firman khatam betul bagaimana ia harus bertindak, berargumentasi dengan wasit dalam upaya mengkritik keputusan, melindungi pemain muda dari kaki-kaki jahil lawan, membangkitkan gairah permainan. Ia pula tahu apa yang diinginkan Bobotoh. Sosok yang Persib butuhkan setiap musimnya.
Atep tetap menjalankan tugasnya sebagai kapten sesuai de jure. Tidak ada yang menyangkal Atep lah kapten Persib walau ia berada di bangku cadangan. Ada kalanya ketika Atep masuk di babak kedua, FU kerap langsung menyerahkan ban kapten kepada pemilik sebenarnya.
FU pernah berujar. “Kapten di Persib hanya satu, kapten Persib adalah Atep,” Firman sendiri tidak mau mengakui jika ia adalah kapten dari Persib. Bahkan saat penyerahan piala, pemain bernomor punggung 15 itu memastikan dahulu Atep tetap menjadi orang pertama yang mengangkatnya.
Atep juga bukan tak cukup menjadi seorang kapten, loyalitas tinggi, setia, berpengalaman, dan bermental kuat. Hanya sikap dan ‘sima’ yang berbeda, ini semua perihal kepribadian dari karakter manusia secara individu. Dari Atep dan Firman kita belajar bagaimana berbagi peran dalam segala kekurangan.
Keduanya saling melengkapi di tahun-tahun kejayaan. Tak ada yang meragukan loyalitas, kesetiaan, dan cinta Atep kepada Persib bermain dengan hati. Juga tak ada yang meragukan kepemimpinan dan profesionalnya Firman Utina. Apresiasi tinggi untuk mereka, legenda yang saling menghargai.
Komentar Bobotoh