
Leontin Chitescu. Foto: e-paper pikiran rakyat
Memasuki era industri, Persib Bandung begitu royal dalam mendaratkan pemain baru bahkan dengan kategori bintang. Setiap jendela transfer dimanfaatkan manajemen klub untuk berburu amunisi anyar demi memenuhi kebutuhan klub. Ada yang sukses memenuhi ekspektasi, tetapi banyak juga pemain yang gagal memberikan kontribusi terbaik.
Dari deretan rekrutmen bintang yang didaratkan Persib baik pemain lokal dan asing, terdapat sejumlah nama yang meredup ketika menjejakan kakinya di Bandung. Pemain berposisi sebagai gelandang yang kerap hilang sinar kebintangannya karena gagal nyetel dengan pemainan serta kultur sepakbola Kota Kembang.
Ansyari Lubis kehilangan tajinya pada Liga Indonesia 2002 meski dirinya datang dengan reputasi gelandang jempolan Indonesia. Begitu pula Imran Nahumarury yang gagal bersinar di musim 2004 meski dia adalah gelandang andalan di tim nasional. Sedangkan dari jajaran pemain asing, banyak maestro lapangan tengah yang tenggelam.
Bahkan pemain label top Eropa juga pernah didaratkan Persib pada musim 20107 lalu. Michael Essien dengan pengalaman bermain di Lyon, Chelsea, AC Milan dan Real Madrid direkrut untuk mendongkrak prestasi klub. Namun apa boleh buat, pemain asal Ghana tersebut tampil buruk, Maung Bandung pun harus finish di urutan 13 klasemen akhir.
Tetapi dari daftar gelandang flop milik Persib, kisah kedatangan Leontin Chitescu yang menjadi moment tidak terlupakan di sejarah Persib. Pemain asal Rumania tersebut menjadi kartu mati Maung Bandung hingga akhirnya harapan menjadi juara di musim 2007 sirna. Kehadiran pemain berposisi gelandang serang ini menjadi awal petaka tim.
Chitescu lahir di Timisoara, Rumania, 3 Mei 1980. Dia juga bermain di beberapa klub Rumania seperti CFR Cluj di sekitar tahun 2005. Terbilang moncer di kompetisi Eropa, Chitescu memilih mencoba petualangan di Asia. PSM Makassar yang menjadi pelabuhan pertamanya di Indonesia pada Liga Indonesia 2007.
Sentuhan pemain kidal ini langsung moncer bersama PSM. Dia jadi tandem mengerikan bersama Aldo Barreto di lini depan. Meski posisi aslinya adalah gelandang serang, tapi Chitescu dipasang sebagai pemain penyerang penopang Barreto. Di Piala Jusuf 2007 yang dimainkan di Stadion Andi Mattalatta, Chitescu tampil tajam.
Di fase grup, pemain stylish itu mencetak trigol ketika menjamu Persib di grup A. Dirinya menjadi aktor tersingkirnya Persib dan membawa Juku Eja melaju ke partai puncak. Sayang di final, PSM kalah dari Persita. Namun demikian, performa Chitescu langsung mendapat pujian. Dia disiapkan untuk menjadi artileri andalan di kompetisi.
Di paruh pertama Liga Indonesia 2007 wilayah Timur, PSM benar-benar menjelma menjadi klub yang menakutkan. PSM menjadi juara paruh musim dengan memuncaki klasemen dan Chitescu mencetak banyak gol. Catatan tersebut membuat nama pemain bertinggi badan 185 cm ini melejit, dirinya pun dipandang sebagai bintang atas pecapaiannya.
Di sisi lain, Persib juga dalam laju yang menawan di putaran pertama Liga Indonesia 2007 grup Barat. Skuat besutan Arcan Iurie juga merupakan tim paling tangguh dan bisa menjadi juara paruh musim mendampingi PSM. Ketajaman Cristian Bekamenga, Redouane Barkaoui serta Zaenal Arif, ditopang Eka Ramdani dan Lorenzo Cabanas membuat Maung Bandung begitu bertaring.
Pertahanan Persib juga tidak kalah tangguh. Trio Patricio Jimenez, Nova Arianto dan Nyeck Nyobe membuat Persib sulit ditaklukan. Tapi putaran kedua Liga Indonesia 2007 menjadi musibah Persib, PSM dan Leo Chitescu. Situasinya didasari kebijakan PSSI membentuk tim nasional U-23 dan akan menggelar pemusatan latihan jangka panjang di Argentina.
Eka Ramdani masuk dalam skuat tersebut dan membuat Arcan Iurie khawatir Persib akan pincang di putaran kedua karena kehilangan gelandang berkualitas. Keputusan kontroversial dibuat, slot untuk pemain asing diberikan kepada Chitescu yang direkrut dari PSM. Nyeck Nyobe pun menjadi korban, dirinya harus dipinjamkan ke Persela.
Dengan asumsi masih ada Bayu Sutha dengan status pernah menjadi bagian dari tim nasional untuk mengganti Nyeck, jatah pemain asing diberikan kepada Chitescu. Persib juga merekrut satu stoper lain, Sandi Pribadi untuk menjadi ban serep di lini belakang. Tapi kebijakan itu menjadi bumerang, pertahanan Persib jadi rapuh.
Efek domino pun terasa. Cristian Bekamenga yang kehilangan rekan senegaranya dari Kamerun pun ‘pundung’. Hal itu ditenggarai jadi alasan striker ganas ini memutuskan hengkang pada pertengahan putaran kedua. Dia hijrah ke Prancis untuk membela Nantes. Performa Chitescu sendiri sangat jauh dengan apa yang dia tunjukan di PSM pada putaran pertama.
Selama bermain untuk Persib, Chitescu menjadi kartu mati karena tidak memberikan kontribusi yang memuaskan. Dia bermain 14 kali namun hanya 806 menit penampilan yang didapat, artinya Chitescu jarang bermain full time. Jumlah golnya juga merosot sejak membela Persib. Hanya satu gol yang dia hasilkan yaitu ketika bertandang ke markas PSSB Bireun untuk membantu Persib menang 1-2.
Keputusan Persib merekrut Chitescu jadi perjudian yang gagal. Baik untuk sang pemain maupun kedua tim, Persib dan PSM. Nama tenar sang pemain seolah hilang ditelan bumi, yang ada hanya kekecewaan dari Bobotoh karena Persib jadi merana. Di akhir musim, Persib gagal melaju ke fase delapan besar karena hanya finish di urutan kelima.
Nasib malang juga dialami PSM yang memutuskan untuk melepas Chitescu di paruh musim 2007. Karena Juku Eja juga sama-sama gagal menuju babak 8 besar meski menjadi juara ketika putaran pertama. Kisah Chitescu bersama Persib pun akan jadi dongeng perekrutan flop karena asa untuk menjadi juara yang sudah di depan mata harus sirna.
Komentar Bobotoh