Cerita Supardi Tentang PSMS yang Membekas di Hati
Thursday, 23 March 2017 | 19:38
Medan dan PSMS tak bisa dilupakan begitu saja oleh Supardi Nasir. Sang pemain pernah berkostum hijau (2006-2008), saat ini berkostum biru milik Persib yang setelah sekian lamanya Maung Bandung tak bertemu dengan musuh bebuyutannya. Sekian lama tak dipertemukan di Liga, Persib bakal hadapi rivalnya tersebut dalam bentrok uji coba Minggu (26/3/2017) di Stadion yang sarat sejarah Teladan Medan.
Bagi Supardi, PSMS tentu sangat melekat dengan dirinya. Tim berjuluk Ayam Kinantan itu adalah batu loncatan ia hingga menjadi sekarang ini. Pemain yang akrab disapa Bang Pardi, benar-benar ditempa mental dan kualitas individu di umurnya yang masih muda saat itu. Hijrah dari PSPS hanya bermodalkan tekad untuk melanglangbuana dari kampung halamannya di Pekan Baru.
“Terus terang Medan tetap membekas di hati, karena aku ngerasa tertempa mental ada di Medan, mental bermain, bersosialisasi dengan watak Medan. Kita tahu agak sedikit keras sementara aku orang melayu,” ungkapnya membuka perbincangan ketika menderngar pertama kali nama PSMS Medan.
Bang Pardi memaparkan walau sempat merasa ragu saat itu, namun ia terus menerjang menjadikan tawaran di depannya adalah sebuah tantangan. Ia tahu PSMS adalah tim besar yang membutuhkan mental kuat bermain di sana.
“Aku selalu berusaha ketika ada tantangan di depan kita coba tantangan itu, ketika di PSPS ada tawaran dari Medan pertimbangannya Medan tim besar saya coba dan tembus tim inti di situ, di situ saya mulai ngerasa dapat feeling berkarier di sepak bola,” bebernya.
Bersama nama kebesaran PSMS ia sejalan mulai mendapatkan kenyamanan dan kekukuhan berkarier di sepak bola. Suatu hal yang tak ia dapat di klub sebelumnya. “Lebih ke kesannya aku dapat sesuatu di dalam lapangan, aku mulai dapat bermain yang nyaman di Medan bukan di PSPS, walau di PSPS aku mulai inti satu tahun tak tergantikan
“Tapi waktu itu ngerasa PSMS lebih sehat, pookonya paling sehat keuangannya dapat tawaran saat yang tepat untuk pindah dari Pekan Baru,” urainya yang melatarbelakangi kepindahannya dulu ke Medan.
Tenunya adalah suatu reuni bagi Supardi dengan kota yang disebutkannya selalu membekas di hati. Terutama suasana sepak bola di sana yang tak terdengar gaungnya beberapa tahun kebelakang. Ia menyambut antusias laga persahabatan Minggu nanti.

Medan dan PSMS tak bisa dilupakan begitu saja oleh Supardi Nasir. Sang pemain pernah berkostum hijau (2006-2008), saat ini berkostum biru milik Persib yang setelah sekian lamanya Maung Bandung tak bertemu dengan musuh bebuyutannya. Sekian lama tak dipertemukan di Liga, Persib bakal hadapi rivalnya tersebut dalam bentrok uji coba Minggu (26/3/2017) di Stadion yang sarat sejarah Teladan Medan.
Bagi Supardi, PSMS tentu sangat melekat dengan dirinya. Tim berjuluk Ayam Kinantan itu adalah batu loncatan ia hingga menjadi sekarang ini. Pemain yang akrab disapa Bang Pardi, benar-benar ditempa mental dan kualitas individu di umurnya yang masih muda saat itu. Hijrah dari PSPS hanya bermodalkan tekad untuk melanglangbuana dari kampung halamannya di Pekan Baru.
“Terus terang Medan tetap membekas di hati, karena aku ngerasa tertempa mental ada di Medan, mental bermain, bersosialisasi dengan watak Medan. Kita tahu agak sedikit keras sementara aku orang melayu,” ungkapnya membuka perbincangan ketika menderngar pertama kali nama PSMS Medan.
Bang Pardi memaparkan walau sempat merasa ragu saat itu, namun ia terus menerjang menjadikan tawaran di depannya adalah sebuah tantangan. Ia tahu PSMS adalah tim besar yang membutuhkan mental kuat bermain di sana.
“Aku selalu berusaha ketika ada tantangan di depan kita coba tantangan itu, ketika di PSPS ada tawaran dari Medan pertimbangannya Medan tim besar saya coba dan tembus tim inti di situ, di situ saya mulai ngerasa dapat feeling berkarier di sepak bola,” bebernya.
Bersama nama kebesaran PSMS ia sejalan mulai mendapatkan kenyamanan dan kekukuhan berkarier di sepak bola. Suatu hal yang tak ia dapat di klub sebelumnya. “Lebih ke kesannya aku dapat sesuatu di dalam lapangan, aku mulai dapat bermain yang nyaman di Medan bukan di PSPS, walau di PSPS aku mulai inti satu tahun tak tergantikan
“Tapi waktu itu ngerasa PSMS lebih sehat, pookonya paling sehat keuangannya dapat tawaran saat yang tepat untuk pindah dari Pekan Baru,” urainya yang melatarbelakangi kepindahannya dulu ke Medan.
Tenunya adalah suatu reuni bagi Supardi dengan kota yang disebutkannya selalu membekas di hati. Terutama suasana sepak bola di sana yang tak terdengar gaungnya beberapa tahun kebelakang. Ia menyambut antusias laga persahabatan Minggu nanti.

horass bahh, macam mana baahh, sekarang bahh sudah di banddung kau bahhh, lawan medan bahh harusllah menang bahh
ken bang….tong nangis