Cerita Bobotoh dari Laga PBFC Kontra Persib
Wednesday, 23 September 2015 | 22:37
Sedikit rangkuman cerita sederhana perjalanan Maung Bandung beserta bumbu-bumbu sebelum dan seusai 2×45 menit di lapangan dalam tur Persib di gelaran leg pertama babak 8 besar Piala Presiden 2015. Saya coba fokus di atmosfer pertandingan dan semua yang ada di dalamnya. Ya, mungkin hanya paparan sederhana sembari ngopi-ngopi dan menghabiskan sepiring pisang goreng di hadapan saya saja.
Lanjut, dari beberapa hari sebelum pertandingan, suasana mulai memanas dengan lontaran-lontaran psywar dari juru racik tim tuan rumah Pusamania Borneo FC, Iwan Setiawan. Saya rasa ini hal lumrah dalam sepakbola, sebagai penikmat sepakbola yang cerdas pasti akan menanggapi dengan arif pula.
Langkah awal dimulai ketika kawan-kawan dari komunitas suporter Viking Borneo Samarinda bersilahturahmi ke Mabes Pusamania yang notabene adalah base-nya suporter tuan rumah yang berlokasi di area Stadion Segiri Samarinda. Perjumpaan sederhana penuh keakraban ini dihadiri oleh beberapa orang perwakilan dari kawan-kawan Viking Borneo Samarinda serta diterima dengan baik oleh perwakilan dari Pusamania yang dihadiri oleh Bang Tommy dan Bang Hendrik selaku dirijen lapangan.
Alhamdulillah poin utama dari pertemuan itu, pihak tuan rumah menyambut ramah kehadiran suporter Persib di pertandingan ini dengan beberapa catatan tentunya, layaknya kita menyaksikan pertandingan away. Disepakati pula bahwa panitia pelaksana pertandingan akan menyiapkan tiket 500 lembar di tribun VIP.

Lanjut ke hari matchday yang ditunggu, Minggu 20 September 2015, cuaca di Samarinda cerah. Sempat ada kekhawatiran pertandingan akan ditunda karena saat saya melewati rute menuju ke titik kumpul suporter Persib, saya melihat kabut asap lumayan tebal dan sedikit membuat jarak pandang terbatas. Tapi Alhamdulillah waktu berjalan dan cuaca pun semakin bersahabat.
Bobotoh mulai berdatangan dari berbagai tempat, dari mulai kota-kota di Kalimantan Timur seperti Samarinda, Balikpapan, Sangata, Bontang, Tenggarong dan lain-lain, serta hadir pula Bobotoh dari luar Kalimantan Timur seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan lain-lain. Tak sedikit pula Bobotoh yang langsung datang dari Bandung, baik pemburu warta maupun suporter. Bahkan tanpa dikomando, beberapa suporter pendamping pun hadir di stadion untuk memberikan dukungan pula kepada Pangeran Biru, semisal Bonek, Pasoepati, Persik Mania dan lain-lain. Perlu sedikit diketahui bahwa Bobotoh Persib di Kalimantan ini tak hanya sebatas orang Jawa Barat ataupun Sunda, banyak di antaranya adalah warga pribumi dan atau yang berasal bukan dari Jawa Barat yang loyal mendukung Persib, baik langsung maupun dengan kegiatan-kegiatan offair (nonton bareng) yang selalu menjadi agenda rutin terutama komunitas-komunitas suporter Persib di seantero Borneo.
Saya sendiri memulai menuju stadion dari titik kumpul yang telah disepakati, yaitu di sekitaran Alaya Samarinda. Dari sana rombongan kecil bergerak dengan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Sampai di stadion, terdapat pula Bobotoh yang datang secara rombongan-rombongan kecil maupun pribadi, ada yang beratribut dan tak sedikit pula yang hadir dengan style alakadarnya.
Akhirnya sesuai kesepakatan bahwa suporter tamu disediakan space di tribun VIP, maka perlahan semua Bobotoh dengan tertib memasuki tribun stadion.

Kick off pun dimulai dan stadion pun mulai riuh dengan yel-yel serta nyanyian-nyanyian dari suporter kedua kesebelasan dengan dipermanis suara tabuhan perkusi yang memang sudah disiapkan kedua kelompok suporter.
Pertandingan sendiri berjalan menarik, jual beli serangan dilancarkan kedua kesebelasan, baik dari tim tuan rumah PBFC maupun tim tamu Persib. Atmosfer pertandingan mulai terasa panas di dalam stadion, baik itu di hamparan rumput maupun di tribun penonton. Di tribun penonton sempat terjadi insiden dimana salah satu suporter Persib diturunkan dari tribun ekonomi untuk kemudian dipindahkan ke tribun khusus tamu di VIP saat pertengahan babak kedua. Menurut pemikiran saya ini adalah antisipasi yang bagus dari pihak keamanan yang dibantu oleh Pusamania demi menghindari terjadinya chaos di tribun penonton. Dan sampai dengan pluit akhir dibunyikan, suport terhadap kedua kesebelasan yang berlaga masih dalam koridor kultur sepakbola.
Sayang, menurut kacamata saya pertandingan yang berjalan menarik ini harus ternoda dengan kepemimpinan juru pengadil di lapangan, wasit Iwan Sukoco. Keputusan-keputusan yang “berat sabeulah”. Sekali lagi ini menurut pandangan pribadi saya sendiri.
Saya ambil contoh permainan keras yang diperagakan salah satu pemain senior di Indonesia, Ponaryo Astaman, yang cenderung kasar. Tercatat sekurangnya dia melakukan 7 kali pelanggaran keras yang tidak sedikitpun ditindak oleh sang pengadil, Iwan Gatot Sukoco.
Kemudian seharusnya terjadi tendangan penalti saat tendangan Tantan mengenai tangan Diego Michels di dalam kotak penalti pada menit 79 serta diakhirinya pertandingan sebelum waktu tambahan berakhir, karena sebagai catatan bahwa dalam sepakbola waktu sedikitpun bisa mengubah keadaan pertandingan.
Dan pertandingan pun berakhir dengan kemenangan tuan rumah PBFC dengan kedudukan 3-2.
Kami terima kekalahan kami serta kami haturkan respect dan terima kasih untuk abang-abang Pusamania yang telah berkenan menyediakan tempat untuk kami menyaksikan langsung tim kebanggan kami berlaga di Kota Samarinda ini. Dan bukan mengkambinghitamkan sang pengadil di lapangan, tapi jika kita amati dengan seksama dan cermat, ada beberapa temuan yang memang cenderung merugikan Persib. Poinnya adalah biarlah pihak penyelenggara turnamen ini yang nantinya mengevaluasi kepemimpinan Iwan Sukoco di pertandingan ini.
Akhirnya kami pun beranjak pulang dengan sedikit kesedihan karena tim kami kalah. Sedikit demi sedikit suporter kami beranjak keluar dari stadion. Di luar stadion sendiri secara umum bisa dikatakan kondusif. Memang ada beberapa insiden berupa teror terhadap suporter kami di luar stadion yang hendak melenglang pulang. Saya sendiri pun merasakan hal itu ketika kita adalah rombongan terakhir yang meninggalkan stadion dengan masih mengenakan atribut kebanggan tim kami. Saat di parkiran Gedung KONI, tepatnya masih tidak jauh dari area Stadion Segiri, kami dilempari batu yang mengenai salah satu kendaraan rombongan. Untuk menghindari terjadinya kericuhan, akhirnya kami beranjak keluar area stadion bersama-sama. Sempat pula ada yang hendak dipukuli, namun alhamdulillah pukulan dari oknum yang mengatasnamakan Pusamania itu masih bisa dihindari oleh salah satu kawan kami saat tersebut.
Sekali lagi saya catat di sini bahwa bumbu-bumbu pertandingan away umumnya memang seperti itu. Dan saya yakin bahwa pelaku intimidasi itu bukanlah real suporter Pusamania. Dia adalah segelintir oknum dari sekian banyaknya Pusamania yang hadir saat itu. Saat itu sempat kami lihat ada mobil patroli lewat dan kami berhentikan untuk setidaknya meminta perlindungan atas intimidasi kecil itu. Setelah itu kondisi kembali membaik dan kita pun pulang secara rombongan kecil ini bersamaan. Di tengah perjalanan kita berjumpa dengan rombongan supoter Pusamania, kalau tidak salah saya baca di bajunya tertera tulisan Punk 5 Juanda. Kawan-kawan ini sempat berbincang akrab dan menanyakan perihal ada kejadian apa terakhir tadi, dan bahkan dengan ramah kawan-kawan dari Pusamania Punk 5 Juanda ini menawarkan kawalan untuk kami sampai tujuan pulang. Tapi karena kondisi sudah dirasa aman, kita memilih pulang sendiri dan mengucapkan terima kasih untuk sambutan dan tawaran dari Pusamania Punk 5 Juanda ini (ini salah satu contoh suporter dewasa).
Akhirnya saya sampai di titik kumpul kami di salah satu sudut Kota Samarinda untuk rehat sejenak dan kemudian melanjutkan perjalanan pulang ke tempat masing-masing.
Benang merah dari away day hari itu adalah pertandingan berjalan cukup menarik, yang kemudian ternoda dengan kepemimpinan sang pengadil Iwan Sukoco. Untuk masalah insiden-insiden di dalam dan di luar stadion, tanpa mengesampingkan rasa hormat untuk korban, itu adalah hal biasa dalam tur away, dan saya yakin sekali lagi pelaku adalah oknum dari sekian banyak suporter Pusamania yang secara umum menerima kami dengan baik. Permusuhan kami hanyalah sebatas saat pertandingan 2×45 menit saja di dalam stadion. Selebihnya kita tetap kawan dan membaur di luar lapangan.
Selepas pertandingan itu muncullah provokasi-provokasi dari dunia maya baik itu Facebook, Twitter dan lain sebagainya yang terlontar dari oknum kedua belah pihak pendukung tim kesayangan masing-masing. Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran kami yang berada di tanah rantau dan mengais rejeki di sini akan efek ke depannya yang mungkin akan menimpa kami oleh karena adanya ‘perang’ dunia maya ini.
Padahal secara umum kami merasa masih dalam kondisi aman selama sebelum dan setelah pertandingan. Jadi kami juga sempat heran dengan hal ini.
Saya bisa faham dengan argumen kepemimpinan wasit di pertandingan ini, tapi saya cermati kok malah jadi saling ejek dan saling cela di dunia maya. Padahal saya yakin bahwa mereka ini belum tentu yang datang ke stadion saat itu.
Kami ada di Stadion Segiri saat itu dan semuanya kami rasa masih dalam kondisi wajar mengingat animo penonton yang begitu besar saat itu dengan kehadiran penonton yang memadati stadion. Jadi dalam hal ini saya mewakili kawan-kawan dari Bobotoh Persib di Kalimatan ini, khususnya mengimbau untuk lebih cerdas dalam penggunaan socmed di dunia maya. Tolong jangan melontarkan provokasi-provokasi yang cenderung memperkeruh suasana, khususnya untuk Bobotoh yang ada di Bandung, terima kasih untuk rasa persaudaraan dan empatinya. Kembali, saya mewakili kawan-kawan di Kalimantan mengimbau untuk tidak terpancing isu-isu yang kalaupun memang itu terjadi dan malah cenderung berlebihan menyikapinya.
Ingatlah bahwa sepakbola itu hiburan kita bersama, ingat bahwa ada banyak kawan-kawan kita di rantau dan jaga kondusifitas bersama. Jadilah Bobotoh yang cerdas dan hindari memprovokasi karena saya yakin pelaku adalah oknum dan bukan supoter Pusamania sejati.
Untuk Pusamania dan pihak panitia pelaksana, kami haturkan terima kasih atas diperkenankannya kami hadir dan mendukung langsung di Stadion Segiri. Maaf bila ada sikap atau tutur dari suporter kami yang kurang berkenan. Harapan kita ke depan, semoga di luar lapangan kita tetap menjadi saudara dan menjaga kerukunan kita bersama. Seyogyanya sepakbola mempersatukan kita semua dan bukan malah memecah belah kebersamaan yang sudah terjalin sebelumnya.
Yang lalu biarlah berlalu dan seiring waktu semoga perang dingin di dunia maya akan segera di hentikan, tentunya dengan sikap dewasa dari kita semua.
Mari kita eratkan kebersamaan dengan sepakbola dan bukan malah sebaliknya. Tolong hentikan provokasi-provokasi yang memperkeruh suasana, tetap loyal dengan tim kebanggan masing-masing dan respect terhadap tim dan suporter tim lain.

Dua hari setelah pertandingan, tepatnya tanggal 22 September 2015 sekitar pukul 21.00 WITA, saya bersama dua rekan dari Viking Borneo Samarinda menyempatkan hadir di Mabes Pusamania setelah sebelumnya menghubungi Ketua Pusamania Bang Tomy dan saat itu diterima oleh Bang Tomy sendiri, Bang Hendri/Ijen selaku dirijen lapangan dan beberapa orang kawan-kawan dari Pusamania.
Kami berbincang kecil tentang gejolak media sosial yang sedang panas-panasnya dan itu pula yang mendasari saya dan rekan-rekan meluangkan waktu untuk bersilaturahmi. Alhamdulillah kami bersepakat bahwa gejolak di media sosial hendaknya kita arif menyikapinya, karena pada dasarnya di luar pertandingan antara Bobotoh dan Pusamania berhubungan baik dan harmonis. Justru oknum yang tidak bertanggung jawablah menjadi pemicu timbulnya provokasi-provokasi.
Kami pun sempat menyinggung mengenai leg kedua pertandingan di Bandung sekaligus menginformasikan barang kali ada dari pihak Pusamania yang hendak tur ke Bandung. Insya Allah perwakilan dari Viking Borneo Samarinda siap mendampingi di Bandung sampai pertandingan selesai.
Sekian kilas sederhana dari perjalanan away day kali ini. Mohon maaf bila ada salah-salah kata dari paparan sederhana di atas. Terima kasih untuk Bobotoh yang telah hadir langsung di Samarinda (kalian luar biasa), dan salam untuk Bobotoh yang menyaksikan pertandingan di layar kaca. Kami sampaikan juga terima kasih untuk Pusamania dan PBFC juga tentunya yang telah menerima kami dengan baik.
Adapun untuk oknum-oknum baik dari Bobotoh maupun Pusamania, semoga ke depannya kita bisa lebih bijak dalam menyikapi apapun hasil di dalam pertandingan dan menjadi suporter yang cerdas. Kalah ataupun menang adalah hal biasa, tapi persaudaraan dan kebersamaan adalah jauh lebih luar biasa.
Penulis: DudhyDam


Sedikit rangkuman cerita sederhana perjalanan Maung Bandung beserta bumbu-bumbu sebelum dan seusai 2×45 menit di lapangan dalam tur Persib di gelaran leg pertama babak 8 besar Piala Presiden 2015. Saya coba fokus di atmosfer pertandingan dan semua yang ada di dalamnya. Ya, mungkin hanya paparan sederhana sembari ngopi-ngopi dan menghabiskan sepiring pisang goreng di hadapan saya saja.
Lanjut, dari beberapa hari sebelum pertandingan, suasana mulai memanas dengan lontaran-lontaran psywar dari juru racik tim tuan rumah Pusamania Borneo FC, Iwan Setiawan. Saya rasa ini hal lumrah dalam sepakbola, sebagai penikmat sepakbola yang cerdas pasti akan menanggapi dengan arif pula.
Langkah awal dimulai ketika kawan-kawan dari komunitas suporter Viking Borneo Samarinda bersilahturahmi ke Mabes Pusamania yang notabene adalah base-nya suporter tuan rumah yang berlokasi di area Stadion Segiri Samarinda. Perjumpaan sederhana penuh keakraban ini dihadiri oleh beberapa orang perwakilan dari kawan-kawan Viking Borneo Samarinda serta diterima dengan baik oleh perwakilan dari Pusamania yang dihadiri oleh Bang Tommy dan Bang Hendrik selaku dirijen lapangan.
Alhamdulillah poin utama dari pertemuan itu, pihak tuan rumah menyambut ramah kehadiran suporter Persib di pertandingan ini dengan beberapa catatan tentunya, layaknya kita menyaksikan pertandingan away. Disepakati pula bahwa panitia pelaksana pertandingan akan menyiapkan tiket 500 lembar di tribun VIP.
Lanjut ke hari matchday yang ditunggu, Minggu 20 September 2015, cuaca di Samarinda cerah. Sempat ada kekhawatiran pertandingan akan ditunda karena saat saya melewati rute menuju ke titik kumpul suporter Persib, saya melihat kabut asap lumayan tebal dan sedikit membuat jarak pandang terbatas. Tapi Alhamdulillah waktu berjalan dan cuaca pun semakin bersahabat.
Bobotoh mulai berdatangan dari berbagai tempat, dari mulai kota-kota di Kalimantan Timur seperti Samarinda, Balikpapan, Sangata, Bontang, Tenggarong dan lain-lain, serta hadir pula Bobotoh dari luar Kalimantan Timur seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan lain-lain. Tak sedikit pula Bobotoh yang langsung datang dari Bandung, baik pemburu warta maupun suporter. Bahkan tanpa dikomando, beberapa suporter pendamping pun hadir di stadion untuk memberikan dukungan pula kepada Pangeran Biru, semisal Bonek, Pasoepati, Persik Mania dan lain-lain. Perlu sedikit diketahui bahwa Bobotoh Persib di Kalimantan ini tak hanya sebatas orang Jawa Barat ataupun Sunda, banyak di antaranya adalah warga pribumi dan atau yang berasal bukan dari Jawa Barat yang loyal mendukung Persib, baik langsung maupun dengan kegiatan-kegiatan offair (nonton bareng) yang selalu menjadi agenda rutin terutama komunitas-komunitas suporter Persib di seantero Borneo.
Saya sendiri memulai menuju stadion dari titik kumpul yang telah disepakati, yaitu di sekitaran Alaya Samarinda. Dari sana rombongan kecil bergerak dengan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Sampai di stadion, terdapat pula Bobotoh yang datang secara rombongan-rombongan kecil maupun pribadi, ada yang beratribut dan tak sedikit pula yang hadir dengan style alakadarnya.
Akhirnya sesuai kesepakatan bahwa suporter tamu disediakan space di tribun VIP, maka perlahan semua Bobotoh dengan tertib memasuki tribun stadion.
Kick off pun dimulai dan stadion pun mulai riuh dengan yel-yel serta nyanyian-nyanyian dari suporter kedua kesebelasan dengan dipermanis suara tabuhan perkusi yang memang sudah disiapkan kedua kelompok suporter.
Pertandingan sendiri berjalan menarik, jual beli serangan dilancarkan kedua kesebelasan, baik dari tim tuan rumah PBFC maupun tim tamu Persib. Atmosfer pertandingan mulai terasa panas di dalam stadion, baik itu di hamparan rumput maupun di tribun penonton. Di tribun penonton sempat terjadi insiden dimana salah satu suporter Persib diturunkan dari tribun ekonomi untuk kemudian dipindahkan ke tribun khusus tamu di VIP saat pertengahan babak kedua. Menurut pemikiran saya ini adalah antisipasi yang bagus dari pihak keamanan yang dibantu oleh Pusamania demi menghindari terjadinya chaos di tribun penonton. Dan sampai dengan pluit akhir dibunyikan, suport terhadap kedua kesebelasan yang berlaga masih dalam koridor kultur sepakbola.
Sayang, menurut kacamata saya pertandingan yang berjalan menarik ini harus ternoda dengan kepemimpinan juru pengadil di lapangan, wasit Iwan Sukoco. Keputusan-keputusan yang “berat sabeulah”. Sekali lagi ini menurut pandangan pribadi saya sendiri.
Saya ambil contoh permainan keras yang diperagakan salah satu pemain senior di Indonesia, Ponaryo Astaman, yang cenderung kasar. Tercatat sekurangnya dia melakukan 7 kali pelanggaran keras yang tidak sedikitpun ditindak oleh sang pengadil, Iwan Gatot Sukoco.
Kemudian seharusnya terjadi tendangan penalti saat tendangan Tantan mengenai tangan Diego Michels di dalam kotak penalti pada menit 79 serta diakhirinya pertandingan sebelum waktu tambahan berakhir, karena sebagai catatan bahwa dalam sepakbola waktu sedikitpun bisa mengubah keadaan pertandingan.
Dan pertandingan pun berakhir dengan kemenangan tuan rumah PBFC dengan kedudukan 3-2.
Kami terima kekalahan kami serta kami haturkan respect dan terima kasih untuk abang-abang Pusamania yang telah berkenan menyediakan tempat untuk kami menyaksikan langsung tim kebanggan kami berlaga di Kota Samarinda ini. Dan bukan mengkambinghitamkan sang pengadil di lapangan, tapi jika kita amati dengan seksama dan cermat, ada beberapa temuan yang memang cenderung merugikan Persib. Poinnya adalah biarlah pihak penyelenggara turnamen ini yang nantinya mengevaluasi kepemimpinan Iwan Sukoco di pertandingan ini.
Akhirnya kami pun beranjak pulang dengan sedikit kesedihan karena tim kami kalah. Sedikit demi sedikit suporter kami beranjak keluar dari stadion. Di luar stadion sendiri secara umum bisa dikatakan kondusif. Memang ada beberapa insiden berupa teror terhadap suporter kami di luar stadion yang hendak melenglang pulang. Saya sendiri pun merasakan hal itu ketika kita adalah rombongan terakhir yang meninggalkan stadion dengan masih mengenakan atribut kebanggan tim kami. Saat di parkiran Gedung KONI, tepatnya masih tidak jauh dari area Stadion Segiri, kami dilempari batu yang mengenai salah satu kendaraan rombongan. Untuk menghindari terjadinya kericuhan, akhirnya kami beranjak keluar area stadion bersama-sama. Sempat pula ada yang hendak dipukuli, namun alhamdulillah pukulan dari oknum yang mengatasnamakan Pusamania itu masih bisa dihindari oleh salah satu kawan kami saat tersebut.
Sekali lagi saya catat di sini bahwa bumbu-bumbu pertandingan away umumnya memang seperti itu. Dan saya yakin bahwa pelaku intimidasi itu bukanlah real suporter Pusamania. Dia adalah segelintir oknum dari sekian banyaknya Pusamania yang hadir saat itu. Saat itu sempat kami lihat ada mobil patroli lewat dan kami berhentikan untuk setidaknya meminta perlindungan atas intimidasi kecil itu. Setelah itu kondisi kembali membaik dan kita pun pulang secara rombongan kecil ini bersamaan. Di tengah perjalanan kita berjumpa dengan rombongan supoter Pusamania, kalau tidak salah saya baca di bajunya tertera tulisan Punk 5 Juanda. Kawan-kawan ini sempat berbincang akrab dan menanyakan perihal ada kejadian apa terakhir tadi, dan bahkan dengan ramah kawan-kawan dari Pusamania Punk 5 Juanda ini menawarkan kawalan untuk kami sampai tujuan pulang. Tapi karena kondisi sudah dirasa aman, kita memilih pulang sendiri dan mengucapkan terima kasih untuk sambutan dan tawaran dari Pusamania Punk 5 Juanda ini (ini salah satu contoh suporter dewasa).
Akhirnya saya sampai di titik kumpul kami di salah satu sudut Kota Samarinda untuk rehat sejenak dan kemudian melanjutkan perjalanan pulang ke tempat masing-masing.
Benang merah dari away day hari itu adalah pertandingan berjalan cukup menarik, yang kemudian ternoda dengan kepemimpinan sang pengadil Iwan Sukoco. Untuk masalah insiden-insiden di dalam dan di luar stadion, tanpa mengesampingkan rasa hormat untuk korban, itu adalah hal biasa dalam tur away, dan saya yakin sekali lagi pelaku adalah oknum dari sekian banyak suporter Pusamania yang secara umum menerima kami dengan baik. Permusuhan kami hanyalah sebatas saat pertandingan 2×45 menit saja di dalam stadion. Selebihnya kita tetap kawan dan membaur di luar lapangan.
Selepas pertandingan itu muncullah provokasi-provokasi dari dunia maya baik itu Facebook, Twitter dan lain sebagainya yang terlontar dari oknum kedua belah pihak pendukung tim kesayangan masing-masing. Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran kami yang berada di tanah rantau dan mengais rejeki di sini akan efek ke depannya yang mungkin akan menimpa kami oleh karena adanya ‘perang’ dunia maya ini.
Padahal secara umum kami merasa masih dalam kondisi aman selama sebelum dan setelah pertandingan. Jadi kami juga sempat heran dengan hal ini.
Saya bisa faham dengan argumen kepemimpinan wasit di pertandingan ini, tapi saya cermati kok malah jadi saling ejek dan saling cela di dunia maya. Padahal saya yakin bahwa mereka ini belum tentu yang datang ke stadion saat itu.
Kami ada di Stadion Segiri saat itu dan semuanya kami rasa masih dalam kondisi wajar mengingat animo penonton yang begitu besar saat itu dengan kehadiran penonton yang memadati stadion. Jadi dalam hal ini saya mewakili kawan-kawan dari Bobotoh Persib di Kalimatan ini, khususnya mengimbau untuk lebih cerdas dalam penggunaan socmed di dunia maya. Tolong jangan melontarkan provokasi-provokasi yang cenderung memperkeruh suasana, khususnya untuk Bobotoh yang ada di Bandung, terima kasih untuk rasa persaudaraan dan empatinya. Kembali, saya mewakili kawan-kawan di Kalimantan mengimbau untuk tidak terpancing isu-isu yang kalaupun memang itu terjadi dan malah cenderung berlebihan menyikapinya.
Ingatlah bahwa sepakbola itu hiburan kita bersama, ingat bahwa ada banyak kawan-kawan kita di rantau dan jaga kondusifitas bersama. Jadilah Bobotoh yang cerdas dan hindari memprovokasi karena saya yakin pelaku adalah oknum dan bukan supoter Pusamania sejati.
Untuk Pusamania dan pihak panitia pelaksana, kami haturkan terima kasih atas diperkenankannya kami hadir dan mendukung langsung di Stadion Segiri. Maaf bila ada sikap atau tutur dari suporter kami yang kurang berkenan. Harapan kita ke depan, semoga di luar lapangan kita tetap menjadi saudara dan menjaga kerukunan kita bersama. Seyogyanya sepakbola mempersatukan kita semua dan bukan malah memecah belah kebersamaan yang sudah terjalin sebelumnya.
Yang lalu biarlah berlalu dan seiring waktu semoga perang dingin di dunia maya akan segera di hentikan, tentunya dengan sikap dewasa dari kita semua.
Mari kita eratkan kebersamaan dengan sepakbola dan bukan malah sebaliknya. Tolong hentikan provokasi-provokasi yang memperkeruh suasana, tetap loyal dengan tim kebanggan masing-masing dan respect terhadap tim dan suporter tim lain.
Dua hari setelah pertandingan, tepatnya tanggal 22 September 2015 sekitar pukul 21.00 WITA, saya bersama dua rekan dari Viking Borneo Samarinda menyempatkan hadir di Mabes Pusamania setelah sebelumnya menghubungi Ketua Pusamania Bang Tomy dan saat itu diterima oleh Bang Tomy sendiri, Bang Hendri/Ijen selaku dirijen lapangan dan beberapa orang kawan-kawan dari Pusamania.
Kami berbincang kecil tentang gejolak media sosial yang sedang panas-panasnya dan itu pula yang mendasari saya dan rekan-rekan meluangkan waktu untuk bersilaturahmi. Alhamdulillah kami bersepakat bahwa gejolak di media sosial hendaknya kita arif menyikapinya, karena pada dasarnya di luar pertandingan antara Bobotoh dan Pusamania berhubungan baik dan harmonis. Justru oknum yang tidak bertanggung jawablah menjadi pemicu timbulnya provokasi-provokasi.
Kami pun sempat menyinggung mengenai leg kedua pertandingan di Bandung sekaligus menginformasikan barang kali ada dari pihak Pusamania yang hendak tur ke Bandung. Insya Allah perwakilan dari Viking Borneo Samarinda siap mendampingi di Bandung sampai pertandingan selesai.
Sekian kilas sederhana dari perjalanan away day kali ini. Mohon maaf bila ada salah-salah kata dari paparan sederhana di atas. Terima kasih untuk Bobotoh yang telah hadir langsung di Samarinda (kalian luar biasa), dan salam untuk Bobotoh yang menyaksikan pertandingan di layar kaca. Kami sampaikan juga terima kasih untuk Pusamania dan PBFC juga tentunya yang telah menerima kami dengan baik.
Adapun untuk oknum-oknum baik dari Bobotoh maupun Pusamania, semoga ke depannya kita bisa lebih bijak dalam menyikapi apapun hasil di dalam pertandingan dan menjadi suporter yang cerdas. Kalah ataupun menang adalah hal biasa, tapi persaudaraan dan kebersamaan adalah jauh lebih luar biasa.
Penulis: DudhyDam

Borneo fc dan pusamania bukan musuh kami,mereka adalah saudara kami.musuh BOBOTOH PERSIB adalah iwan si pelatih yg lebay yg sok jago akan taktik dan strateginya serta si iwan sukoco yg ga becus jadi wasit
nuhun pencerahan na…..
Sportif ach ……tunjukeun bobotoh berjiwa besar…
Tong sampai merugikan PERSIB tercinta….
Biarlah PERSIB menang dengan sempurna….
Biar bobotoh dicontoh oleh suporter2 yg lain sebagai suporter yg santun…..
Kita semua percaya PERSIB bisa melaluinya…..bravo bobotoh PERSIB
sima aing sima persib sima maung…..
Respect…,
Ending ceritanya adalah PERSIB lolos ke semifinal..
Terimakasih untuk PBFC telah membakar semangat kami ‘bobotoh’ yang kemudian menghadirkan atmosfer luar biasa saat leg ke2 pekan kmrin di Bandung..
Tetaplah jadi suporter dengan loyalitas yang cerdas..
#Jayalah Persibku
Cerdas !!!