Cerita Atep Saat Bintangi Beberapa Iklan
Friday, 10 July 2015 | 13:41
Siapa sangka kini pesepak bola profesional punya dua keahlian menjadi bintang. Memasuki industri sepak bola yang kian berkembang, selain keahlian mengolah sikulit bundar dan menjadi bintang di lapangan, ternyata pemain profesional pun bisa saja menjadi bintang di luar lapangan. Ya, menjadi bintang iklan bisa saja digeluti, ini jadi perolehan pendapatan pemain kedua setelah gajih pokok yang diterima di tim.
Melihat carut marut sepak bola Indonesia yang belum juga usai, menjadi bintang iklan bisa menjadi sampingan. Eks pemain Persib Atep contohnya, sudah beberapa kali menjadi model iklan beberapa brand yang sudah tak terhitung jumlahnya. Kini pemain 30 tahun itu pun sedang disibukkan menjadi bintang brand ambasador acara Honda.
Menurutnya, fenomena pemain menjadi bintang iklan menandakan bila sepak bola sudah berkembang menjadi industri. Ini merupakan kemajuan yang cukup luar biasa, berbeda dengan dahulu, dimana olahraga si kulit bundar ini dipandang sebelah mata. Sponsor pun tak banyak hinggap di jersey pemain dan membiayai operasional tim seperti saat ini. Keuntungan tentu kepada pemain, pesonanya di dalam lapangan dan tumbuh menjadi idola, bisa ikut dilirik brand untuk membintangi iklannya.
“Buat sekarang ini pesepak bola bukan hanya dituntut bisa bermain di dalam lapangan tetapi dituntut bagaimana agar bisa memerankan banyak peran contoh sebagai pemain iklan atau film. Mereka juga melirik industri sepak bola pnya keuntungan cukup besar itu cukup bagus,” bebernya.
Atep pun sedikit berbagi pengalamannya mengenai bagaimana awal mula ia menjadi model dari sebuah brand yang kemudian berkembang bisa memodeli sebuah iklan yang memerlukan syuting. Contohnya kala syuting mobil Hyno. Rasa grogi dan nervous menghinggapi ia kala harus bercengkrama dengan beberapa take adegan di depan kamera.
“Pas awal grogi sih, karena bukan dibidangnya, dulu saya dituntut rill bermain bola dalam syutingnya. Dituntut bermain Sepak bola sebenarnya sementara syuting kan harus diatur, dalam keadaan flat bagaimana kita harus mirip dengan saat bermain bola dilapangan,” ceritanya.
Lanjutnya, ia masih butuh memerlukan beberapa kali take hingga 10 lebih dalam syuting iklan pertamanya. Demi adegan yang sempurna Atep akui rela memberikan yang maksimal meski melakukan adegan terus berulang-ulang. “Pas awal lupa yang pasti banyak sekali take, diatas 10 take, ternyata susah memang meanjdi pemain iklan atau aktor itu,” ulasnya.
Tak jarang beberapa adegan saat syuting ada yang membuat Atep kesulitan bahkan sampai kelucuan hadir didalamnya. “Lucu tuh waktu iklan mobil Hino ada adegan saltonya dituntut untuk mengeluarkan keringat dan cape, karena harus mengeluarkan keringat natural, saya melakukan sprint aja sampai keringat keluar,” ucapnya.
Pemain berisitrikan Lilis Yasmaini ini, menerapkan konsepsi sepak bola dalam menanggulangi rasa nervous saat berhadapan dengan kamera kala syuting. Pada sepak bola, semakin sering bermain, jam terbang akan meningkat, begitupun saat melakukan syuting, semakinn sering melakukannya rasa percaya diri dan terbiasa.
“Seperti dalam sepak bola sih, bila sering bermain, jam terbang akan meningkat, enggak ada beda sama syuting atau pemotretan, buat saya ketika saya sering bermain otomatis saya akan semakin pede dan saya akan semakin terbiasa, sama dengan iklan ketika saya sering melakukan itu saya juga akan memahami,” terangnya.

Siapa sangka kini pesepak bola profesional punya dua keahlian menjadi bintang. Memasuki industri sepak bola yang kian berkembang, selain keahlian mengolah sikulit bundar dan menjadi bintang di lapangan, ternyata pemain profesional pun bisa saja menjadi bintang di luar lapangan. Ya, menjadi bintang iklan bisa saja digeluti, ini jadi perolehan pendapatan pemain kedua setelah gajih pokok yang diterima di tim.
Melihat carut marut sepak bola Indonesia yang belum juga usai, menjadi bintang iklan bisa menjadi sampingan. Eks pemain Persib Atep contohnya, sudah beberapa kali menjadi model iklan beberapa brand yang sudah tak terhitung jumlahnya. Kini pemain 30 tahun itu pun sedang disibukkan menjadi bintang brand ambasador acara Honda.
Menurutnya, fenomena pemain menjadi bintang iklan menandakan bila sepak bola sudah berkembang menjadi industri. Ini merupakan kemajuan yang cukup luar biasa, berbeda dengan dahulu, dimana olahraga si kulit bundar ini dipandang sebelah mata. Sponsor pun tak banyak hinggap di jersey pemain dan membiayai operasional tim seperti saat ini. Keuntungan tentu kepada pemain, pesonanya di dalam lapangan dan tumbuh menjadi idola, bisa ikut dilirik brand untuk membintangi iklannya.
“Buat sekarang ini pesepak bola bukan hanya dituntut bisa bermain di dalam lapangan tetapi dituntut bagaimana agar bisa memerankan banyak peran contoh sebagai pemain iklan atau film. Mereka juga melirik industri sepak bola pnya keuntungan cukup besar itu cukup bagus,” bebernya.
Atep pun sedikit berbagi pengalamannya mengenai bagaimana awal mula ia menjadi model dari sebuah brand yang kemudian berkembang bisa memodeli sebuah iklan yang memerlukan syuting. Contohnya kala syuting mobil Hyno. Rasa grogi dan nervous menghinggapi ia kala harus bercengkrama dengan beberapa take adegan di depan kamera.
“Pas awal grogi sih, karena bukan dibidangnya, dulu saya dituntut rill bermain bola dalam syutingnya. Dituntut bermain Sepak bola sebenarnya sementara syuting kan harus diatur, dalam keadaan flat bagaimana kita harus mirip dengan saat bermain bola dilapangan,” ceritanya.
Lanjutnya, ia masih butuh memerlukan beberapa kali take hingga 10 lebih dalam syuting iklan pertamanya. Demi adegan yang sempurna Atep akui rela memberikan yang maksimal meski melakukan adegan terus berulang-ulang. “Pas awal lupa yang pasti banyak sekali take, diatas 10 take, ternyata susah memang meanjdi pemain iklan atau aktor itu,” ulasnya.
Tak jarang beberapa adegan saat syuting ada yang membuat Atep kesulitan bahkan sampai kelucuan hadir didalamnya. “Lucu tuh waktu iklan mobil Hino ada adegan saltonya dituntut untuk mengeluarkan keringat dan cape, karena harus mengeluarkan keringat natural, saya melakukan sprint aja sampai keringat keluar,” ucapnya.
Pemain berisitrikan Lilis Yasmaini ini, menerapkan konsepsi sepak bola dalam menanggulangi rasa nervous saat berhadapan dengan kamera kala syuting. Pada sepak bola, semakin sering bermain, jam terbang akan meningkat, begitupun saat melakukan syuting, semakinn sering melakukannya rasa percaya diri dan terbiasa.
“Seperti dalam sepak bola sih, bila sering bermain, jam terbang akan meningkat, enggak ada beda sama syuting atau pemotretan, buat saya ketika saya sering bermain otomatis saya akan semakin pede dan saya akan semakin terbiasa, sama dengan iklan ketika saya sering melakukan itu saya juga akan memahami,” terangnya.
