Boxing Day dan Liga Champions Eropa Rasa Indonesia
Tuesday, 26 July 2016 | 12:13
Kamis lalu, Persib berhasil memutus rekor buruk dari Persipura di Stadion Mandala Jayapura. Seperti yang kita tahu, Stadion Mandala Jayapura adalah stadion paling “angker” di Indonesia. Sudah banyak klub yang bertumbangan di Jayapura, juga tidak sedikit para pemain dan pelatih yang seringkali mengeluh ketika bertandang ke rumah dari Persipura akibat perjalanan yang jauh, cuaca dan faktor non teknis lainnya. Namun, sore itu klub kebanggaan Bandung dan Jawa Barat bermain sangat baik, disiplin hingga akhirnya memastikan poin tiga dari stadion yang notabene menyeramkan tersebut.
Bukan itu yang akan saya tulis dalam tulisan ini, namun sedikit analisa amatir dari seorang penggemar sepakbola dan penikmat bola dari balik layar. Setiap orang memiliki gagasan dan argumentasi dari apa yang dia lihat, dia rasa dan dia pikir. Tentu saja gagasan dan argumentasi tersebut berbeda dari orang lain yang harus kita hormati dan juga kita hargai.
Senin 25 Juli 2016 malam hari, Persib harus kembali memulai kick off sebagai tim tamu di markas Semen Padang di Stadion Agus Salim, Padang, Sumatera Barat. Kemenangan di markas Persipura Kamis lalu, jelas membuat rasa kepercayaan diri asuhan coach Djanur meningkat. Bayangan rekor buruk di kandang Kabau Sirah seolah tak terlihat ketika tim memasuki lapangan. Terdapat sedikit perubahan dalam squad, wing kiri yang ditempati Tantan pada pertandingan sebelumnya melawan Persipura, kini ditempati David Lally. Juga pada posisi target man yang sebelumnya diisi SVD, kini coach Djanur percayakan pada Juan Belencoso. Selain itu, tidak ada perubahan pada posisi back four maupun double pivot, sama seperti ketika melawan Persipura.
Memulai pertandingan dengan terus menerus mendapat pressing dari Semen Padang membuat para pemain Persib Bandung kesulitan dan sedikit gugup. Beberapa kali passing yang dilepas para pemain Persib Bandung dengan mudah direbut para gelandang Semen Padang atau wing back yang tak jarang ikut membantu pressing hingga garis pertahanan Persib Bandung. Dan hasilnya pada menit ke empat jalannya babak pertama, pressing Nur Iskandar membuat Vlado tak mempunyai pilihan lain selain memilih melepas passing ke Yanto Basna yang akhirnya membuat bola terlepas dari kaki Basna dan tanpa ampun ditendang dengan keras oleh Sacramento. Meski sempat deflektif, bola tetap meluncur ke gawang Made tanpa berhasil di blok.
Kecolongan gol cepat di menit awal tentu akan membuat strategi dan taktik yang direncanakan coach Djanur sebelum squadnya memasuki lapangan tentu akan berantakan. Persib Bandung sangat terlihat kesulitan untuk membangun serangan yang biasa dilakukan dari belakang, tengah hingga ke depan akibat pressing yang dilakukan para pemain Semen Padang hingga ke daerah pertahanan Persib Bandung. Ditambah lapangan yang kurang baik pun turut membuat bola-bola pendek yang biasa menjadi gaya permainan Persib menjadi tidak berkembang. Kehadiran Belencoso yang diharapkan Djanur menjadi pemantul bola atau untuk memenangi duel udara jauh dari harapan.
Selepas gol cepat dari Semen Padang, permainan Persib (jujur dari yang saya lihat) menjadi tidak terstruktur, tidak terpola dan (sudah tentu) kalah pressing. Di pressing terus menerus sehabis menjalani perjalanan hampir 6000an kilometer dari Jayapura ke Padang hanya dengan waktu recovery kurang dari empat hari membuat stamina para pemain Persib Bandung rontok. Fokus menurun dan konsentrasi hilang. Gol kedua, ketiga dan keempat Semen Padang menjadi bukti bagaimana faktor tersebut sangat terlihat jelas. Tony Sucipto yang menempati wing back kiri dua kali kecolongan yang berakhir keduanya menjadi gol. Sedangkan gol keempat terjadi karena double pivot Persib Bandung telat menutup ruang tembak dari Nico Simanjuntak.
Malam itu, Persib kalah dalam berbagai hal. Mun ceuk urang Sunda mah : “Persib eleh sagala rupa”. Persib kalah dalam hal teknis maupun non teknis. Waktu recovery lebih pendek dibanding tuan rumah yang membuat persiapan dari segi teknik menjadi kurang matang. Bayangkan saja, Persib Bandung harus menjalani tiga pertandingan hanya dalam tempo 10 hari. Lawan yang dihadapi pun bukan lawan sembarangan. Mulai dari musuh bebuyutan Persija Jakarta yang mereka gempur habis-habisan dibawah hujan deras. Bertandang ke ujung timur Indonesia, markas Persipura yang notabene stadion “terangker” pada Kamis lalu. Lalu empat hari kemudian sudah harus kembali bertanding di bagian barat Indonesia, kota Padang. Berbicara jadwal dan jarak tempuh tersebut, menjadi teringat laga boxing day di Liga Inggris dan Champions League di Eropa.
Boxing day di Liga Inggris (memungkinkan) terjadi karena letak geografis antara tim yang satu dengan yang lainnya tidak terlampau jauh. Tak jarang terjadi derby dalam laga boxing day. Istilah boxing day sendiri didapat karena tim peserta kompetisi di Liga Inggris harus menjalani serangkaian jadwal padat, laga ketat dengan kurun waktu yang singkat. Tidak sedikit para manajer top yang menjadi manajer klub di EPL mengeluhkan jadwal boxing day. Sedangkan di Champions League Eropa, jarak tempuh tandang terjauh masih dipegang oleh FC Astana, tim dari Kazakhstan yang harus bertandang ke Portugal, markas Benfica di Estadio da Luz, Lisbon pada September 2015 lalu. Sang tim ajaib harus menempuh perjalanan sejauh 6.100 kilometer (sumber : http://www.cnnindonesia.com ).
Maka, jika boleh dianalogikan, Persib Bandung seperti sudah menjalani laga boxing day dan Champions League Eropa dalam waktu yang bersamaan. Menjajal jadwal padat, laga ketat dalam kurun waktu hari yang singkat plus jarak yang tidak dekat. Menurut saya, dua jempol layak diberikan pada squad Pangeran Biru yang tetap berjuang meski sudah tertinggal jauh. Tetap menyerang meski mustahil menang. Tak patah arang walau mereka tahu cacian akan selalu datang. Lalu bertepuk tangan, bukan untuk kekalahan, tapi untuk mereka yang selalu hadir di stadion ketika kalah maupun menang.
Ditulis berakun twitter @iannofrianto, futsal player on Friday and Sunday

Kamis lalu, Persib berhasil memutus rekor buruk dari Persipura di Stadion Mandala Jayapura. Seperti yang kita tahu, Stadion Mandala Jayapura adalah stadion paling “angker” di Indonesia. Sudah banyak klub yang bertumbangan di Jayapura, juga tidak sedikit para pemain dan pelatih yang seringkali mengeluh ketika bertandang ke rumah dari Persipura akibat perjalanan yang jauh, cuaca dan faktor non teknis lainnya. Namun, sore itu klub kebanggaan Bandung dan Jawa Barat bermain sangat baik, disiplin hingga akhirnya memastikan poin tiga dari stadion yang notabene menyeramkan tersebut.
Bukan itu yang akan saya tulis dalam tulisan ini, namun sedikit analisa amatir dari seorang penggemar sepakbola dan penikmat bola dari balik layar. Setiap orang memiliki gagasan dan argumentasi dari apa yang dia lihat, dia rasa dan dia pikir. Tentu saja gagasan dan argumentasi tersebut berbeda dari orang lain yang harus kita hormati dan juga kita hargai.
Senin 25 Juli 2016 malam hari, Persib harus kembali memulai kick off sebagai tim tamu di markas Semen Padang di Stadion Agus Salim, Padang, Sumatera Barat. Kemenangan di markas Persipura Kamis lalu, jelas membuat rasa kepercayaan diri asuhan coach Djanur meningkat. Bayangan rekor buruk di kandang Kabau Sirah seolah tak terlihat ketika tim memasuki lapangan. Terdapat sedikit perubahan dalam squad, wing kiri yang ditempati Tantan pada pertandingan sebelumnya melawan Persipura, kini ditempati David Lally. Juga pada posisi target man yang sebelumnya diisi SVD, kini coach Djanur percayakan pada Juan Belencoso. Selain itu, tidak ada perubahan pada posisi back four maupun double pivot, sama seperti ketika melawan Persipura.
Memulai pertandingan dengan terus menerus mendapat pressing dari Semen Padang membuat para pemain Persib Bandung kesulitan dan sedikit gugup. Beberapa kali passing yang dilepas para pemain Persib Bandung dengan mudah direbut para gelandang Semen Padang atau wing back yang tak jarang ikut membantu pressing hingga garis pertahanan Persib Bandung. Dan hasilnya pada menit ke empat jalannya babak pertama, pressing Nur Iskandar membuat Vlado tak mempunyai pilihan lain selain memilih melepas passing ke Yanto Basna yang akhirnya membuat bola terlepas dari kaki Basna dan tanpa ampun ditendang dengan keras oleh Sacramento. Meski sempat deflektif, bola tetap meluncur ke gawang Made tanpa berhasil di blok.
Kecolongan gol cepat di menit awal tentu akan membuat strategi dan taktik yang direncanakan coach Djanur sebelum squadnya memasuki lapangan tentu akan berantakan. Persib Bandung sangat terlihat kesulitan untuk membangun serangan yang biasa dilakukan dari belakang, tengah hingga ke depan akibat pressing yang dilakukan para pemain Semen Padang hingga ke daerah pertahanan Persib Bandung. Ditambah lapangan yang kurang baik pun turut membuat bola-bola pendek yang biasa menjadi gaya permainan Persib menjadi tidak berkembang. Kehadiran Belencoso yang diharapkan Djanur menjadi pemantul bola atau untuk memenangi duel udara jauh dari harapan.
Selepas gol cepat dari Semen Padang, permainan Persib (jujur dari yang saya lihat) menjadi tidak terstruktur, tidak terpola dan (sudah tentu) kalah pressing. Di pressing terus menerus sehabis menjalani perjalanan hampir 6000an kilometer dari Jayapura ke Padang hanya dengan waktu recovery kurang dari empat hari membuat stamina para pemain Persib Bandung rontok. Fokus menurun dan konsentrasi hilang. Gol kedua, ketiga dan keempat Semen Padang menjadi bukti bagaimana faktor tersebut sangat terlihat jelas. Tony Sucipto yang menempati wing back kiri dua kali kecolongan yang berakhir keduanya menjadi gol. Sedangkan gol keempat terjadi karena double pivot Persib Bandung telat menutup ruang tembak dari Nico Simanjuntak.
Malam itu, Persib kalah dalam berbagai hal. Mun ceuk urang Sunda mah : “Persib eleh sagala rupa”. Persib kalah dalam hal teknis maupun non teknis. Waktu recovery lebih pendek dibanding tuan rumah yang membuat persiapan dari segi teknik menjadi kurang matang. Bayangkan saja, Persib Bandung harus menjalani tiga pertandingan hanya dalam tempo 10 hari. Lawan yang dihadapi pun bukan lawan sembarangan. Mulai dari musuh bebuyutan Persija Jakarta yang mereka gempur habis-habisan dibawah hujan deras. Bertandang ke ujung timur Indonesia, markas Persipura yang notabene stadion “terangker” pada Kamis lalu. Lalu empat hari kemudian sudah harus kembali bertanding di bagian barat Indonesia, kota Padang. Berbicara jadwal dan jarak tempuh tersebut, menjadi teringat laga boxing day di Liga Inggris dan Champions League di Eropa.
Boxing day di Liga Inggris (memungkinkan) terjadi karena letak geografis antara tim yang satu dengan yang lainnya tidak terlampau jauh. Tak jarang terjadi derby dalam laga boxing day. Istilah boxing day sendiri didapat karena tim peserta kompetisi di Liga Inggris harus menjalani serangkaian jadwal padat, laga ketat dengan kurun waktu yang singkat. Tidak sedikit para manajer top yang menjadi manajer klub di EPL mengeluhkan jadwal boxing day. Sedangkan di Champions League Eropa, jarak tempuh tandang terjauh masih dipegang oleh FC Astana, tim dari Kazakhstan yang harus bertandang ke Portugal, markas Benfica di Estadio da Luz, Lisbon pada September 2015 lalu. Sang tim ajaib harus menempuh perjalanan sejauh 6.100 kilometer (sumber : http://www.cnnindonesia.com ).
Maka, jika boleh dianalogikan, Persib Bandung seperti sudah menjalani laga boxing day dan Champions League Eropa dalam waktu yang bersamaan. Menjajal jadwal padat, laga ketat dalam kurun waktu hari yang singkat plus jarak yang tidak dekat. Menurut saya, dua jempol layak diberikan pada squad Pangeran Biru yang tetap berjuang meski sudah tertinggal jauh. Tetap menyerang meski mustahil menang. Tak patah arang walau mereka tahu cacian akan selalu datang. Lalu bertepuk tangan, bukan untuk kekalahan, tapi untuk mereka yang selalu hadir di stadion ketika kalah maupun menang.
Ditulis berakun twitter @iannofrianto, futsal player on Friday and Sunday

Istilah Boxing Day bukan diartikan jadwal yang padat. Boxing Day itu liburan 1 atau 2 hari setelah natal. Biasa dipakai oleh negara-negara persemakmuran.
Untuk di Liga Inggris, banyak pelatih, manajer, atau pemain mengeluhkan Boxing Day karena dianggap tidak punya waktu libur Natal.
nah si masbox ini baru bener..
do your research before you write something boy sebelum kamu menyesatkan orang
mimin eweu gawe jigana, kemarin tulisan menyamakan hooligan dengan kaum pelempar jumroh, sekarang boxing day jadi jadwal padat
ari mimin kunaon, tiap komen nu bener tara dimuat, ari komen ngacapruk di muat,
ahh lieur ahh aing mah, geus mah aral ningali persib eleh kamari, ayeuna si mimin rudet. teuing kunaon nya tiap persib eleh hirup urang jadi sial !
Tah leres komentar ti masbox ai boxing day mah pertandingan setelah natal di liga inggris biasa na jadi lain rute match anu padat pengertian na. Tapi ai normalna mah per pekan teh 1 match kecuali lamun aya turnamen liga champions atau copa nya bisa jadi per pekan jadi 2 match. Semoga penulis lebih teliti lagi dan tetap berkreasi dalam menulis. HIDUP PERSIB!
Istilah boxing day muncul dari kata “BOX”, artinya kotak (untuk hadiah). Karena di hari-hari menjelang dan setelah Natal, orang-orang biasanya membungkus kotak hadiah dan saling bertukar kotak hadiah, hari-hari itu disebut Boxing Day.
Ooh ari sugan abi mah istilah boxing day teh poe tinju, jadi tinu pertandingan mengbal teh aya adegan patinju2 jg lawan..sabenerna mah cocok pisan istilah eta keur sepakbola endonesa mah,salain antar pamaen wasit oge sering kan di boxing ku pamaen di endonesa mah …. Tos
pengurus website harap tidak mempermalukan diri sendiri dengan memuat artikel artikel yang sesat
Ooh ari sugan abi mah istilah boxing day teh poe tinju, jadi tinu pertandingan mengbal teh aya adegan patinju2 jg lawan..sabenerna mah cocok pisan istilah eta keur sepakbola endonesa mah,salain antar pamaen wasit oge sering kan di boxing ku pamaen di endonesa mah …. Tos
Kamarimah lain boxing day, tapi rangda day, pamaena leuleus kusabab loba nyo’o rangda
saena mangga dihapus weh min artikelna, sesat ah eusina. kirang akurat plus kirang penelitian.
Belegug, iraha boxing day, dirubah artinya. Dari uraian di atas, jelas bahwa penulis telah memamerkan KEBODOHAN nya.
artikel teu paruguh,….tapi dihargaan kadaekna mah,…mun bisa saacan nulis ditaliti heula ulah asal sakahayang sorangan,…satuju boxing day masih berjalan diendonesa,…matak pamaen, palatih tur ewasit kudu diajar tinju
lain kitu bah.. eweuh boxing day di urang mah. peun
penca