
Ratusan Bobotoh mendatangi Graha Persib pada Minggu (19/6) malam. Mereka melakukan aksi solidaritas dengan menyalakan lilin sebagai bentuk rasa duka cita atas meninggalnya dua Bobotoh di laga Persib melawan Persebaya. Mereka menjadi korban desak-desakan karena penonton yang membludak.
Salah satu peserta aksi adalah Tobias Ginanjar yang juga merupakan Sekretaris Umum (Sekum) Viking Persib Club. Dia menyebut kehadirannya adalah rasa belasungkawa atas dua Bobotoh yang meregang nyawa. Menurutnya insiden itu tidak perlu terjadi di pertandingan sepakbola.
“Ini aksi datang ke sini sebagai aksi belasungkawa kita atas dua Bobotoh yang meninggal, kita sangat menyesalkan karena memang kejadian itu tak perlu terjadi jika semua pihak menjalankan prosedur dan kesiapannya dengan baik,” ujar Tobias ketika diwawancara.
Dia mengatakan dari pihaknya belum memberikan tuntutan kepada panpel maupun Persib. Karena aksi semalam lebih terfokus pada bentuk solidaritas sesama suporter Maung Bandung. Namun dia menyebut beberapa elemen Bobotoh tak akan datang ke stadion saat Persib berjumpa Bhayangkara FC.
“Sampai saat ini belum ada tuntutan apa-apa karena kami datang sebagai bentuk duka cita. Kita bersepakat elemen Bobotoh tidak akan hadir melawan Bhayangkara, beberapa komunitas bersepakat tidak hadir langsung atas korban Bobotoh,” tutur dia.
Tobias juga memberikan rekomendasi untuk penyelenggara pertandingan supaya lebih siap serta melakukan evaluasi total. Artinya perbaikan menyeluruh supaya hal sama tak terulang ke depan. Menurutnya pihak panpel tidak benar-benar siap untuk menggelar pertandingan di Stadion GBLA.
“Tentu saja melihat dari kejadian kemarin, harus ada evaluasi total dan serius. Jadi bukan evaluasi cuma ala- ala karena ada kejadian, tapi evaluasi total yang bisa menyelesaikan permasalahan ke depan. Karena Persib yang merencanakan GBLA, kalau kesiapan seperti ini saya ragu dari PT PBB atau panpel memang sudah siap,” ucapnya.
Evaluasi ini mencakup pada semua aspek mulai dari alur masuk kendaraan hingga penertiban di gerbang. Termasuk menindak aparat yang justru mengambil keuntungan dengan memasukan penonton tanpa tiket. Karena begitu jelas di stadion, banyak penonton gelap yang masuk. Tribun yang berkapasitas 38 ribu terisi penuh sedangkan tiket yang dijual hanya 15 ribu lembar.
“Jadi evaluasi harus siap, semua, dari flow kendaraan, ring 1,2,3 untuk penyaringan penonton, tiket dll. Yang paling disoroti juga kedisiplinan petugas, di stadion itu telanjang sekali, terlihat sekali, tiket dijual 15 ribu tapi bisa terlihat penuh sesak, artinya terlihat banyak yang tidak punya tiket. Artinya banyak petugas yang main mata dengan penonton dan sogokan sehingga bisa menonton, itu masuk ke evaluasi,” tukasnya.
Komentar Bobotoh