
Ketika Piala Tiger (Kini Piala AFF) di Asia Tenggara melambung tahun 2000-an, deretan nama-nama pemain beken Timnas favorit macam Thailand dengan Terasil Dangda, Malaysia dengan Safee Sali, dan Singapura dengan Noh Alam, atau Vietnam dengan Nguyen Van Quyet jadi incaran klub-klub Liga Indonesia.
Terlebih ketika regulasi pemain Asia mulai diberlakukan. Klub-klub Indonesia menyadari jika kualitas pemain-pemain di Asia Tenggara pun boleh diperhitungkan.
Lantas mereka mulai memakai jasa-jasa pemain yang menonjol itu, mulai dari Persija, Persela, Arema, tidak terkecuali Persib. Dari banyaknya nama-nama beken di Piala Tiger, tiga pemain Timnas Singapura pernah mendarat di Persib periode 2010-2012.
Tetapi apakah sosok-sosok Asia ini mampu berbicara banyak seperti mereka pertontonkan di level Timnas? Jawabannya belum tentu. Faktanya Baihakki Khaizan dan legenda negeri singa Shahril Ishak tak bertahan lama di Persib.

Baihakki dan Shahril
Baihakki Khaizan didatangkan Persib bersama dengan rekan senegaranya Shahril Ishak. Seleksi diberlakukan, pasalnya saat itu Shahril harus berjuang melakukan seleksi bersama Esteban Vizcarra yang melamar ke Persib guna mengisi satu slot asing di lini tengah.
Baihakki dan Shahril bisa disebut sebagai bagian dari rencana gagal Persib pasca ‘menendang’ pelatih Daniel Darko Janackovic sebelum musim 2010/2011 dimulai. Sang pengganti merupakan asisten Darko, Jovo Cuckovic.

Jovo tak serta merta puas akan keahlian Baihakki yang didatangkan manajemen dari Persija, seteleh mempercayainya di awal-awal liga dimulai. Acap kali Persib sulit menang, hanya 9 pertandingan saja ia jalani bersama Persib.
Sama nasibnya dengan rekan senegaranya, Shahril Ishak ia tak mampu bersinar. Ekspektasi tinggi Bobotoh kepada pemain satu ini tak terpenuhi. Konon adalah sebab ketidakcocokan taktik dengan tipe permainannya membuat Shahril banyak duduk di bangku cadangan, 11 pertandingan saja ia jalani.
Akhir cerita keduanya di Bandung berujung pendepakan di pertengahan musim. Seiring kedatangan pelatih baru Daniel Roekito yang sepakat mendatangkan Miljan Radovic, Shohei Matsunaga, dan Abanda Herman.
Noh Alam Shah
Setahun berselang Singapura boy lainnya, Noh Alam Shah, datang dari klub Arema Indonesia di pertengahan musim 2011/2012. Dalam proses mengontraknya, Persib hampir menemukan kegagalan, sebab keinginan klub asal (Arema) yang mengingnkan kontrak Noh Alam sepaket dengan Leonard Tupamahu.
Syarat tersebut mengundang reaksi fans Persib, pasalnya Leonard yang kehadirannya ditolak Bobotoh kala itu. Along –sapaan akrab Noh Alam– akhirnya bisa diresmikan Persib tanpa syarat tersebut.

Tidak sulit tentunya menerima Along guna mendongkrak posisi Persib di klasemen yang sedang tertatih-tatih. Atas kecemerlangan ia membawa Arema Indonesia di bawah arahan Robert Alberts juara kasta tertinggi Liga Indonesia 2009/2010. Total 21 gol ia mencetak gol untuk Singo Edan sebelum pindah ke Persib.
Mandul di awal kiprahnya di Persib sempat mendapat cibiran. Malahan Marcio Souza yang bisa menunjukkan ketajamannya dalam mengeksekusi si kulit bundar.
Along baru bisa membuka keran gol di pertandingan keenamnya ketika Persib menghadapi Persiwa di Stadion Siliwangi (5/5/2012). Tak tanggung sosok tempramen ini mencetak brace dalam kemenangan telak Persib 3-0. Hingga akhir musim Along hanya bisa menyumbangkan total empat gol dari 14 pertandingan.
Selain sosok bengal dari Along, permainan atraktifnya bersama Marcio Souza, juga Miljan Radovic di lini depan menjadi paling diingat Bobotoh. Perolehan gol Persib lebih besar di putaran kedua kompetisi 2011-2012 pasca Along dan Marcio datang.
Komentar Bobotoh