Beutik (Bagian Ka Opat) – Away Day with the Commander
Friday, 29 August 2014 | 14:12
Oleh : Ekomaung*
Baru di tulisan keempat ini saya benar-benar memulai berbagi kisah tour dengan Mang Ayi. Padahal saya sudah berjanji sejak tulisan pertama dan ini karena memang sulit untuk memilih tour mana yang layak saya ceritakan. Selain karena cukup banyak, ada juga beberapa kisah dalam tour (utamanya tentang hereuy-hereuy ekstrim Mang Ayi) yang rasanya sementara tetap harus off the record karena secara etika membutuhkan konfirmasi dan persetujuan keluarga almarhum jika hendak saya tulis.
Secara umum, tour bersama Mang Ayi dilakukan dalam 3 jenis. Pertama yaitu tour yang terkoordinir dan mengarahkan massa. Tour ini dilakukan biasanya melalui proses pendaftaran dan melibatkan banyak bobotoh, seperti yang umum terjadi dalam tour ke Surabaya, Tangerang, dan kota-kota lain yang terjangkau oleh bus/kereta. Tour kedua adalah tour-tour yang dilakukan dengan tidak terlalu banyak diikuti bobotoh. Namun, bobotoh tetap saja banyak karena saat bertemu di kota tujuan ternyata banyak juga bobotoh yang hadir, seperti tour ke Makassar, Palembang, Balikpapan, Medan, Padang dsb. Dan tour ketiga adalah tour-tour ekslusif yang membutuhkan akses-akses khusus karena berbagai alasan seperti keamanan, status pertandingan usiran dsb. Tour jenis ini biasanya sangat sedikit diikuti bobotoh yang hadir atau bahkan tak ada karena hanya PERS yang dapat hadir karena alasan meliput. Tour jenis ini misalnya tour ke Bireun, Deli Serdang dsb.
Berikut saya coba berbagi kisah beberapa tour yang menurut saya memiliki momen-momen penting dimana saya dapat memahami Mang Ayi secara komprehensif.
Tour Malang saat pertandingan vs Persija
Ada satu pertandingan saat Persija vs Persib justru dilakukan di Malang. Jika tak salah, alasan klasik izin kemanan yang menjadi penyebab. Sontak hal ini disambut antusias oleh bobotoh kerena iraha deui bisa lalajo secara vulgar dan terang-terangan serta berhadapan langsung dengan Jakmania di stadion. Saya ingat betul, Mang Ayi marah kepada kawan saya yang bernama Jamril karena dia absen dalam tour ini. Asal tahu saja, Jamril ini termasuk kategori bobotoh garis keras yang cukup vulgar, sarkas, dan wanian. Bahkan konon, dialah penemu ucapan “ (nama pemain)… ibu kamu pelacur” yang biasanya sukses membuat emosi pemain lawan tersulut saat mendengarnya, apalagi saat dilakukan disaat sesi ujicoba lapang.
Mang Ayi ngambek karena tahu bahwa Jamril yang absen dalam tour ini memiliki prinsip Indonesia tanpa Jakmania dan dalam banyak hal bersepakat dengan Mang Ayi tentang pelestarian rivalitas. Oleh karena itu, absennya Jamril sontak membuat Mang Ayi meradang. “Mana si Jamril? ngomong weh gublag-goblog, the Jak Anjing…. Tapi pas aya kasempatan pahareup-hareup teu milu …” – piss yah buat jamril, no offense…hehehe.
Momentum yang akan saya ceritakan dalam paragraf ini benar-benar menegaskan sosok Mang Ayi memang layak sebagai ayah sekaligus panglima bagi ribuan supporter. Cerita bermula ketika ribuan bobotoh tengah transit di Surabaya sebelum bertolak ke malang untuk menyaksikan laga sarat gengsi itu, mereka tidur-tiduran di taman sekitar sekretariat yayasan supporter Surabaya. Mang Ayi ikut bersama rombongan ini. Sementara di malang, sudah tiba terlebih dahulu para petinggi Viking sehari sebelumnya untuk berkoordinasi.
Ternyata, saat wawancara dengan RRI, ada kabar mengejutkan. Polisi berang karena tak satupun perwakilan bobotoh yang berani menandatangani surat perjanjian untuk bertanggung jawab jika terjadi apa-apa di Malang. Sementara ketua Jakmania sudah tandatangan. Tentunya Mang Ayi heran dan kesal kenapa tak ada perwakilan bobotoh yang berani tandatangan. Bahkan, pimpinan polisi sempat mengatakan bahwa anak-anak Bandung pengecut. Mang Ayi yang masih bergabung di Surabaya tentu saja marah dan kesal karena seharusnya urusan itu sudah dapat ditangani oleh perwakilan bobotoh yang sudah ada di Malang. Sementara ketika waktu semakin siang kembali beredar “sms siluman” yang mengatakan bahwa pihak kepolisian melarang bobotoh berangkat ke Malang, padahal setelah dikonfirmasi ternyata berita itu tak benar. Polisi hanya meminta ada pimpinan bobotoh yang bersedia tandatangan surat perjanjian bertanggung jawab seperti ketua Jakmania yang saat itu sudah ada di malang (Jakmania memang langsung menuju ke malang dari Jakarta sementara bobotoh transit dulu di Surabaya). SMS hoax ini beredar dengan cepat dan tentu saja membuat ribuan bobotoh yang berada di Surabaya kecewa karena mereka berpikir akan batal ke Malang.
Entah siapa yang menyebar SMS hoax itu, tapi Mang Ayi geram karena merasa justru ada pihak dari bobotoh sendiri yang menghalang-halangi keberangkatan rombongan supporter Bandung dari Surabaya ke Malang. Lewat tengah hari, Mang Ayi bangkit dari tidurnya, dia berteriak…”Rek nanaonan atuh sia teh beut sarare didieu? Hudang goblog.., hayu urang ka Malang…., dukung PERSIB…., ceuk saha bobotoh teu meunang lalajo? …. Aing nu tanggung jawab”….. Mengingat hal itu, sungguh membuat saya merinding. Terbayang kembali bobotoh yang sudah pasrah dan kecewa tiba-tiba “terbakar” kembali. Mereka langsung bersorak dan mengikuti langkah Mang Ayi. Yel-yel pun bersahutan, parade panjang dimulai dari kota pahlawan. Para jiwa pemberani itu bersiap menuju Malang (sungguh saya sedih dan teringat sosok Mang Ayi ketika menulis ini).
Di kereta, Mang Ayi terus membakar semangat para bobotoh, dia memukul-memukul atap kereta. Semua mengelu-elukan PERSIB. Mang Ayi benar-benar heroik saat itu dan sungguh, semua benar-benar menemukan sosok panglima saat itu, panglima yang mau ambil semua resiko untuk PERSIB dan para pendukungnya. Karakter Mang Ayi saat itu sebenarnya jelas terlihat kembali beberapa waktu lalu ketika Mang Ayi mengatakan siap mencium kaki kapolda asalkan izin vs Persija dikeluarkan.
Dalam kesempatan lain, Mang Ayi mengatakan pada saya “da teu kabayang atuh Ko (panggilan kepada penulis) mun teu jadi indit ka Malang. Watir barudak, asalna sumanget jadi leuleus kitu…. Padahal barudak nu indit ka Surabaya geus siap ka Malang nganteur nyawa keur PERSIB”….. Ucapan “nganteur nyawa keur PERSIB” sungguh membuat saya merinding saat itu. Saya merasa kecil dibanding jiwa-jiwa pemberani itu. Karena saya kan memang tugas liputan sebagai jurnalis, sementara mereka mengorbankan waktu, pekerjaan, materi dan banyak hal untuk pertandingan besar ini.
Ternyata SMS hoax belum berhenti, saat mengetahui ribuan bobotoh tetap berangkat ke malang, tiba-tiba beredar SMS bahwa bobotoh masuk malang dilarang menggunakan atribut…. Hahaha tak ada yang peduli, mereka justru semakin bangga dengan baju biru yang mereka kenakan, mereka malah mencibir……. Sementara kereta semakin mendekat ke malang, semua menanti dan bersiap mengikuti langkah sang panglima…mereka siap untuk semua resiko…..untuk PERSIB dan kehormatannya.
bersambung
*Penulis adalah ex.ass.produser almarhum ayi beutik di program PERSIBaing KOMPAStv jabar dan rekan penyiar almarhum di 96,4 bobotoh FM, berakun twitter @ekomaung
Baca Juga:
Beutik (Bagian Ka Hiji)
Beutik (Bagian ka 2) – Heureuy ala Mang Ayi
Beutik (Bagian ka 3), Salam Nazi ala Mang Ayi

Oleh : Ekomaung*
Baru di tulisan keempat ini saya benar-benar memulai berbagi kisah tour dengan Mang Ayi. Padahal saya sudah berjanji sejak tulisan pertama dan ini karena memang sulit untuk memilih tour mana yang layak saya ceritakan. Selain karena cukup banyak, ada juga beberapa kisah dalam tour (utamanya tentang hereuy-hereuy ekstrim Mang Ayi) yang rasanya sementara tetap harus off the record karena secara etika membutuhkan konfirmasi dan persetujuan keluarga almarhum jika hendak saya tulis.
Secara umum, tour bersama Mang Ayi dilakukan dalam 3 jenis. Pertama yaitu tour yang terkoordinir dan mengarahkan massa. Tour ini dilakukan biasanya melalui proses pendaftaran dan melibatkan banyak bobotoh, seperti yang umum terjadi dalam tour ke Surabaya, Tangerang, dan kota-kota lain yang terjangkau oleh bus/kereta. Tour kedua adalah tour-tour yang dilakukan dengan tidak terlalu banyak diikuti bobotoh. Namun, bobotoh tetap saja banyak karena saat bertemu di kota tujuan ternyata banyak juga bobotoh yang hadir, seperti tour ke Makassar, Palembang, Balikpapan, Medan, Padang dsb. Dan tour ketiga adalah tour-tour ekslusif yang membutuhkan akses-akses khusus karena berbagai alasan seperti keamanan, status pertandingan usiran dsb. Tour jenis ini biasanya sangat sedikit diikuti bobotoh yang hadir atau bahkan tak ada karena hanya PERS yang dapat hadir karena alasan meliput. Tour jenis ini misalnya tour ke Bireun, Deli Serdang dsb.
Berikut saya coba berbagi kisah beberapa tour yang menurut saya memiliki momen-momen penting dimana saya dapat memahami Mang Ayi secara komprehensif.
Tour Malang saat pertandingan vs Persija
Ada satu pertandingan saat Persija vs Persib justru dilakukan di Malang. Jika tak salah, alasan klasik izin kemanan yang menjadi penyebab. Sontak hal ini disambut antusias oleh bobotoh kerena iraha deui bisa lalajo secara vulgar dan terang-terangan serta berhadapan langsung dengan Jakmania di stadion. Saya ingat betul, Mang Ayi marah kepada kawan saya yang bernama Jamril karena dia absen dalam tour ini. Asal tahu saja, Jamril ini termasuk kategori bobotoh garis keras yang cukup vulgar, sarkas, dan wanian. Bahkan konon, dialah penemu ucapan “ (nama pemain)… ibu kamu pelacur” yang biasanya sukses membuat emosi pemain lawan tersulut saat mendengarnya, apalagi saat dilakukan disaat sesi ujicoba lapang.
Mang Ayi ngambek karena tahu bahwa Jamril yang absen dalam tour ini memiliki prinsip Indonesia tanpa Jakmania dan dalam banyak hal bersepakat dengan Mang Ayi tentang pelestarian rivalitas. Oleh karena itu, absennya Jamril sontak membuat Mang Ayi meradang. “Mana si Jamril? ngomong weh gublag-goblog, the Jak Anjing…. Tapi pas aya kasempatan pahareup-hareup teu milu …” – piss yah buat jamril, no offense…hehehe.
Momentum yang akan saya ceritakan dalam paragraf ini benar-benar menegaskan sosok Mang Ayi memang layak sebagai ayah sekaligus panglima bagi ribuan supporter. Cerita bermula ketika ribuan bobotoh tengah transit di Surabaya sebelum bertolak ke malang untuk menyaksikan laga sarat gengsi itu, mereka tidur-tiduran di taman sekitar sekretariat yayasan supporter Surabaya. Mang Ayi ikut bersama rombongan ini. Sementara di malang, sudah tiba terlebih dahulu para petinggi Viking sehari sebelumnya untuk berkoordinasi.
Ternyata, saat wawancara dengan RRI, ada kabar mengejutkan. Polisi berang karena tak satupun perwakilan bobotoh yang berani menandatangani surat perjanjian untuk bertanggung jawab jika terjadi apa-apa di Malang. Sementara ketua Jakmania sudah tandatangan. Tentunya Mang Ayi heran dan kesal kenapa tak ada perwakilan bobotoh yang berani tandatangan. Bahkan, pimpinan polisi sempat mengatakan bahwa anak-anak Bandung pengecut. Mang Ayi yang masih bergabung di Surabaya tentu saja marah dan kesal karena seharusnya urusan itu sudah dapat ditangani oleh perwakilan bobotoh yang sudah ada di Malang. Sementara ketika waktu semakin siang kembali beredar “sms siluman” yang mengatakan bahwa pihak kepolisian melarang bobotoh berangkat ke Malang, padahal setelah dikonfirmasi ternyata berita itu tak benar. Polisi hanya meminta ada pimpinan bobotoh yang bersedia tandatangan surat perjanjian bertanggung jawab seperti ketua Jakmania yang saat itu sudah ada di malang (Jakmania memang langsung menuju ke malang dari Jakarta sementara bobotoh transit dulu di Surabaya). SMS hoax ini beredar dengan cepat dan tentu saja membuat ribuan bobotoh yang berada di Surabaya kecewa karena mereka berpikir akan batal ke Malang.
Entah siapa yang menyebar SMS hoax itu, tapi Mang Ayi geram karena merasa justru ada pihak dari bobotoh sendiri yang menghalang-halangi keberangkatan rombongan supporter Bandung dari Surabaya ke Malang. Lewat tengah hari, Mang Ayi bangkit dari tidurnya, dia berteriak…”Rek nanaonan atuh sia teh beut sarare didieu? Hudang goblog.., hayu urang ka Malang…., dukung PERSIB…., ceuk saha bobotoh teu meunang lalajo? …. Aing nu tanggung jawab”….. Mengingat hal itu, sungguh membuat saya merinding. Terbayang kembali bobotoh yang sudah pasrah dan kecewa tiba-tiba “terbakar” kembali. Mereka langsung bersorak dan mengikuti langkah Mang Ayi. Yel-yel pun bersahutan, parade panjang dimulai dari kota pahlawan. Para jiwa pemberani itu bersiap menuju Malang (sungguh saya sedih dan teringat sosok Mang Ayi ketika menulis ini).
Di kereta, Mang Ayi terus membakar semangat para bobotoh, dia memukul-memukul atap kereta. Semua mengelu-elukan PERSIB. Mang Ayi benar-benar heroik saat itu dan sungguh, semua benar-benar menemukan sosok panglima saat itu, panglima yang mau ambil semua resiko untuk PERSIB dan para pendukungnya. Karakter Mang Ayi saat itu sebenarnya jelas terlihat kembali beberapa waktu lalu ketika Mang Ayi mengatakan siap mencium kaki kapolda asalkan izin vs Persija dikeluarkan.
Dalam kesempatan lain, Mang Ayi mengatakan pada saya “da teu kabayang atuh Ko (panggilan kepada penulis) mun teu jadi indit ka Malang. Watir barudak, asalna sumanget jadi leuleus kitu…. Padahal barudak nu indit ka Surabaya geus siap ka Malang nganteur nyawa keur PERSIB”….. Ucapan “nganteur nyawa keur PERSIB” sungguh membuat saya merinding saat itu. Saya merasa kecil dibanding jiwa-jiwa pemberani itu. Karena saya kan memang tugas liputan sebagai jurnalis, sementara mereka mengorbankan waktu, pekerjaan, materi dan banyak hal untuk pertandingan besar ini.
Ternyata SMS hoax belum berhenti, saat mengetahui ribuan bobotoh tetap berangkat ke malang, tiba-tiba beredar SMS bahwa bobotoh masuk malang dilarang menggunakan atribut…. Hahaha tak ada yang peduli, mereka justru semakin bangga dengan baju biru yang mereka kenakan, mereka malah mencibir……. Sementara kereta semakin mendekat ke malang, semua menanti dan bersiap mengikuti langkah sang panglima…mereka siap untuk semua resiko…..untuk PERSIB dan kehormatannya.
bersambung
*Penulis adalah ex.ass.produser almarhum ayi beutik di program PERSIBaing KOMPAStv jabar dan rekan penyiar almarhum di 96,4 bobotoh FM, berakun twitter @ekomaung
Baca Juga:
Beutik (Bagian Ka Hiji)
Beutik (Bagian ka 2) – Heureuy ala Mang Ayi
Beutik (Bagian ka 3), Salam Nazi ala Mang Ayi

nyiir rame jigana ieu carita. lanjut ah mang eko..bagian ka lima ka genep tong lami teuing nya, panasaran.hehehe
Diantos cerita salajengna bagian 5 6 7 8 9 10 sampe simamaung tamat ge terus lah ko… murinding macana oge…
Duh kng eko mni loba jeda na jd makin pnasarn wae.!!!lanjut tong lla teuing kwas sinetron wae
lanjut ko..
Mang eko diantos episode salajengna…
aslina mang saya oge nu ngiring tour k malang murinding d jalan na oge,,aya aturan pas pintu masuk stadion kedah nyarios heula bahasa sunda ku polisi na…
eweh anu sahebat jeung sa thru si mang ayi kehilang benar rsanya kehilangan karena karakter beliau yang tak mungkin bisa tergantikan,karakteristik kuat sareng jiwa pemimpin bagi ribuan bahkan jutaan bobotoh….
selamat jalan mang ayi semoga engkau tenang disana…..amin..
Asa ku lila ngadagoan sambungana hyuh atuh gera posting
episode selanjutnya mang…?