Beutik (Bagian ka 2) – Heureuy ala Mang Ayi
Monday, 18 August 2014 | 11:29Oleh: Ekomaung
Tulisan ini adalah bagian kedua seri tulisan tentang almarhum Mang Ayi Beutik. Sementara ini penulis berencana membuat 7 seri tulisan tentang panglima Viking yang fenomenal ini. Penulis mencoba mengumpulkan kepingan memori berdasarkan perkenalan selama hampir 15 tahun, tur-tur yang pernah dijalani bersama, keseharian dan obrolan diluar sepakbola dan PERSIB bersama almarhum, cerita dari kawan-kawan terdekat almarhum dan apa yang tertangkap selama bekerja bersama almarhum untuk STV (KOMPAS tv JABAR sekarang) Bandung dan 96,4 BOBOTOH FM.
Semua ini tiada lain agar seluruh kenangan tentang almarhum terdokumentasi, agar generasi mendatang mengetahui bahwa pernah ada seorang yang mengabdikan seluruh ambisi duniawinya untuk klub sepakbola pujaannya. Saat seorang supporter mencapai titik bahwa nafas seorang supporter untuk klub pujaannya lebih dari sekedar 2×45 menit, namun di setiap detik yang ia lalui, tak semata menang, seri, dan kalah, namun sebuah penerimaan tanpa syarat.
Homo ludens
Homo ludens, manusia adalah makhluk bermain, dan ketika kita ingin melihat perwujudan itu secara utuh, mungkin pada sosok Ayi Beutik lah kita dapat menemukannya. Bagi mereka yang mengenal betul sosok Mang Ayi, tentunya paham bahwa beliau adalah jelema heureuy, hampir tak pernah serius, tiada kesempatan tanpa candaan. Dia selalu menemukan cara untuk tertawa, walau terkadang caranya ekstrim, dan parah separah-parahnya (seperti apa yang pernah saya singgung pada tulisan sebelumnya).
Jujur sebelum saya mengenal Mang Ayi, saya adalah pribadi yang cenderung serius dalam menghadapi hidup. Dari dia lah saya belajar lebih banyak tertawa, dan hal tersebut terbawa hingga kini. Bukan saya saja yang belajar lebih banyak tertawa dari Mang Ayi, beberapa teman yang konon katanya anggota gangster motor dan komunitas “menyeramkan” lainnya ternyata terimbas hidup heureuy ala Mang Ayi.
Dalam suatu kesempatan, bobotoh tengah dalam sorotan dan statement-statement media diarahkan kepada komentar-komentar serius dari tokoh-tokoh, namun Mang Ayi tetap tertawa dan berkata “da urang-urang mah barudak seuri moal ngartieun atuh wartawan-wartawan eta mah” (kita ini anak-anak yang senang tertawa, wartawan-wartawan itu takkan mengerti. Budaya heureuy ini (walau dalam konteks Mang Ayi memang sangat ekstrim dan diatas rata-rata kebanyakan orang) memang mencerminkan pula watak urang Priangan yang senang dengan canda, bodor, heureuy, dalam beberapa hal, bentuk bablasnya mungkin tidak pernah serius.
Heureuy ala Mang Ayi
Heureuy ala Mang Ayi dalam banyak hal bisa jadi tak disadari oleh orang-orang yang tak mengenalnya dengan baik, ucapan-ucapan beliau seringkali diterima mentah-mentah dan disamakan dengan persepsi standar kebanyakan orang. Sebenarnya bentuk heureuy dan ketidakseriusan Mang Ayi dapat ditelusuri dari pemberitaan-pemberitaan belakangan ini, Mang Ayi sangat kuat heureuynya dalam konteks lisan, obrolan, dan percakapan.
Beberapa berita yang beredar belakangan tentang Mang Ayi sebenarnya tak valid dan hanya candaan. Namun dianggap valid, karena memang bersumber langsung dari ucapan Mang Ayi. Jika ditelusuri, saya yakin sumber utamanya adalah hasil wawancara seseorang terkait tugas akhirnya yang kemudian diposting via blog beberapa tahun lalu, dan dikutip oleh banyak orang terutama ketika Mang Ayi berpulang dan banyak orang ingin mengetahui sosok panglima Viking ini, maka jadilah itu diterima sebagai suatu kenyataan dan fakta.
Namun saya pastikan jika berbicara tentang PERSIB dan filosofi pePERSIBan, Mang Ayi senantiasa serius, tentang nama Jayalah PERSIBku yang dia berikan pada anaknya, tentang mengapa dia merasa PERSIB telah memberi segalanya, tentang cerita-cerita selama lalajo PERSIB dsb. Oya, tentunya tulisan ini tak akan mengoreksi dan meluruskan berita-berita tentang Mang Ayi yang beredar belakangan ini, karena berita-berita itu memang bukan fitnah, dan keluar dari Mang Ayi sendiri, dan memang diketahui serta dikehendaki oleh Mang Ayi pula. Biarlah semua menjadi bukti kelihaian Mang Ayi dalam heureuy. Sebagai gantinya, saya akan berbagi cerita heureuy ala Mang Ayi berikut ini:
1. Kepindahan Bekamenga
Beberapa musim lalu ada seorang striker yang sangat produktif, main sedikit tapi rasio gol sangat tinggi, dialah Cristian Bekamenga asal Kamerun. Tiba-tiba, striker keling ini “kabur” dan tak lagi nongol untuk PERSIB.
Ada sebuah televisi nasional yang sedang liputan di Bandung kemudian berkesempatan ngobrol dengan Mang Ayi. Kebetulan dalam sesi tanpa kamera on dia bertanya tentang Bekamenga, Mang Ayi dengan enteng menjawab “Bekamenga sudah tak di PERSIB, dia sudah teken kontrak dengan Newcastle United”. (Mungkin) karena reputasi bekamenga yang juga pernah bermain untuk timnas junior kamerun dan info A1 dari seorang berlabel panglima viking yang tentulah sangat paham dan mengikuti perkembangan tim, maka si pewawancara tampaknya tak pikir panjang dan menganggap dia telah mendapat info ekslusif dari sumber terpercaya. Alhasil sore harinya saya mulai melihat running text di tv tersebut tentang akan bermainnya bekamenga di English Premier League (liga primer Inggris), dan lucunya karena yang menampilkan running text itu adalah televisi nasional terkemuka maka beritu itu dikutip pula oleh stasun tv pesaingnya, maka sempat ada hoax terkait bekamenga yang seliweran di running text TV-TV nasional terkemuka.
Saat saya berjumpa Mang Ayi ternyata dia sudah tahu tentang berita itu karena banyak orang-orang yang konfirmasi dan menanyakan kebenaran berita itu pada Mang Ayi tanpa mereka tahu justru dialah yang menyebarkan berita tersebut. Sementara konfirmasi langsung ke manajemen pun tampaknya tak mudah, karena saat itu manajemen pun merasa dikadali sang agen dan belum ada komunikasi yang jelas.
Yang ada disana saat itu hanya tertawa-tawa, dan asal tahu saja mengapa Mang Ayi secara spontan menyebut Newcastle united, karena itulah klub liga Inggris favoritnya, dan berita itu jelas-jelas ngaco karena pada kenyataannya setelah tinggalkan PERSIB, Bekemenga hanya bermain di kasta rendah Liga Perancis.
2. Penandatanganan kontrak Zah Rahan
Cerita lucu ini sebenarnya sudah menjadi rahasia umum dikalangan wartawan-wartawan yang pernah meliput PERSIB sejak sebelum era PT.PBB. Ada satu musim dimana saat itu PERSIB sedang gencar-gencarnya diberitakan tengah mendekati beberapa pemain tengah terbaik tanah air, maklum saja isu yang ramai saat itu adalah tak adanya playmaker handal yang dimiliki PERSIB. Salah satu pemain yang menjadi sorotan saat itu adalah Zah Rahan Kreanger, tentunya info terkait pemain ini akan sangat ekslusif dan menjual jika dikaitkan dengan PERSIB.
Ada salah seorang wartawan senior (saat ini sudah menjadi redaktur tampaknya) dari salah surat kabar terkemuka yang diberitahu Mang Ayi bahwa akan ada penandatanganan kontrak oleh Zah Rahan yang akan dilakukan di suatu tempat rahasia di Bandung. Dimasa APBD dulu, memang sudah jadi kebiasaan obrolan terkait kontrak dilakukan diam-diam dan mendadak. Kemudian, wartawan ini diajak oleh Mang Ayi da dibawa ke suatu kawasan di Gardujati, yang identik dengan suatu lokalisasi terkenal. Wartawan tadi disuruh stand by di situ saja karena penandatanganan akan dilakukan dihotel di jalan antara Jendral Sudirman dan Pasirkaliki tesebut.
Pada saat bersamaan, ternyata rekan-rekan sang wartawan tengah membuat liputan di daerah tersebut. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba mereka berpapasan (dan Mang Ayi tentunya sudah tak ada). Terbayang betapa canggung dan risihnya sang wartawan ketika berpapasan dengan rekan-rekannya yang memang wajar berada disitu karena terkait liputan (kalo tidak salah, liputan terkait penutupan lokalisasi saritem). Sementara, dia adalah wartawan peliput PERSIB dan tak berkepentingan di tempat itu. Terlebih, alasan yang dia berikan adalah “rek ngaliput Zah Rahan”…halah alasan macam apa itu.
Esoknya di lapang tempat PERSIB latihan, wartawan itu dekati Mang Ayi yang juga nonton latihan. Sontak dia berkata: “Wah tik kacida euy ngagawean teh, urang disangkana rek naon diditu.”Dengan mimik serius, Mang Ayi menjawab: “sori, da bener asalna mah aya rumor eta, ngarana ge rek mantuan babaturan keur berita. Lain salah urang mun teu jadi.”
Dan tentunya kami semua yang ada disitu pun tertawa setelah mengetahui ceritanya.
Sebenarnya, karakter heureuy ala Mang Ayi seperti apa yang saya ceritakan di atas, dapat terlihat dari kejadian yang baru-baru ini terjadi, yaitu insiden “Aep Dadeng”. Tak perlu lah saya ceritakan bagaimana kronologisnya karena tentunya masih segar diingatan kita. Bagaimana seriusnya orang-orang yang menjadi narsum dan juga keseriusan kru (presenter,produser dsb) salah satu TV nasional terkemuka itu, bagi Mang Ayi tak lebih dari bahan candaan dan heureuy belaka. Isu serius yang diusung saat itu secara frontal ditanggapi dengan ketidakseriusan “Aep Dadeng”.
Masih banyak heureuy ala Mang Ayi yang saya ingat. Tak sekedar lisan, namun ada juga yang lebih ekstrim yang tentunya tak mungkin saya urai semuanya disini. Keterbatasan kata dalam suatu tulisan sangat berpotensi munculkan kesalahpahaman, terlebih untuk memahami seorang pribadi yang unik seperti Mang Ayi. Karena senyum dan tawa pula, Mang Ayi membangun ikatan sosial diantara para supporter muda yang mendampinginya.
Bersambung…
Dalam tulisan berikutnya penulis akan mencoba menceritakan kembali beberapa pengalaman tour yang pernah dilalui bersama Mang Ayi
*Penulis adalah ex.ass.produser almarhum ayi beutik di program PERSIBaing KOMPAStv jabar dan rekan penyiar almarhum di 96,4 bobotoh FM, berakun twitter @ekomaung
Baca juga:
Beutik (Bagian Ka Hiji)
Beutik (Bagian ka 3), Salam Nazi ala Mang Ayi
BEUTIK (Bagian Ka Opat) – Away Day with the Commander

Oleh: Ekomaung
Tulisan ini adalah bagian kedua seri tulisan tentang almarhum Mang Ayi Beutik. Sementara ini penulis berencana membuat 7 seri tulisan tentang panglima Viking yang fenomenal ini. Penulis mencoba mengumpulkan kepingan memori berdasarkan perkenalan selama hampir 15 tahun, tur-tur yang pernah dijalani bersama, keseharian dan obrolan diluar sepakbola dan PERSIB bersama almarhum, cerita dari kawan-kawan terdekat almarhum dan apa yang tertangkap selama bekerja bersama almarhum untuk STV (KOMPAS tv JABAR sekarang) Bandung dan 96,4 BOBOTOH FM.
Semua ini tiada lain agar seluruh kenangan tentang almarhum terdokumentasi, agar generasi mendatang mengetahui bahwa pernah ada seorang yang mengabdikan seluruh ambisi duniawinya untuk klub sepakbola pujaannya. Saat seorang supporter mencapai titik bahwa nafas seorang supporter untuk klub pujaannya lebih dari sekedar 2×45 menit, namun di setiap detik yang ia lalui, tak semata menang, seri, dan kalah, namun sebuah penerimaan tanpa syarat.
Homo ludens
Homo ludens, manusia adalah makhluk bermain, dan ketika kita ingin melihat perwujudan itu secara utuh, mungkin pada sosok Ayi Beutik lah kita dapat menemukannya. Bagi mereka yang mengenal betul sosok Mang Ayi, tentunya paham bahwa beliau adalah jelema heureuy, hampir tak pernah serius, tiada kesempatan tanpa candaan. Dia selalu menemukan cara untuk tertawa, walau terkadang caranya ekstrim, dan parah separah-parahnya (seperti apa yang pernah saya singgung pada tulisan sebelumnya).
Jujur sebelum saya mengenal Mang Ayi, saya adalah pribadi yang cenderung serius dalam menghadapi hidup. Dari dia lah saya belajar lebih banyak tertawa, dan hal tersebut terbawa hingga kini. Bukan saya saja yang belajar lebih banyak tertawa dari Mang Ayi, beberapa teman yang konon katanya anggota gangster motor dan komunitas “menyeramkan” lainnya ternyata terimbas hidup heureuy ala Mang Ayi.
Dalam suatu kesempatan, bobotoh tengah dalam sorotan dan statement-statement media diarahkan kepada komentar-komentar serius dari tokoh-tokoh, namun Mang Ayi tetap tertawa dan berkata “da urang-urang mah barudak seuri moal ngartieun atuh wartawan-wartawan eta mah” (kita ini anak-anak yang senang tertawa, wartawan-wartawan itu takkan mengerti. Budaya heureuy ini (walau dalam konteks Mang Ayi memang sangat ekstrim dan diatas rata-rata kebanyakan orang) memang mencerminkan pula watak urang Priangan yang senang dengan canda, bodor, heureuy, dalam beberapa hal, bentuk bablasnya mungkin tidak pernah serius.
Heureuy ala Mang Ayi
Heureuy ala Mang Ayi dalam banyak hal bisa jadi tak disadari oleh orang-orang yang tak mengenalnya dengan baik, ucapan-ucapan beliau seringkali diterima mentah-mentah dan disamakan dengan persepsi standar kebanyakan orang. Sebenarnya bentuk heureuy dan ketidakseriusan Mang Ayi dapat ditelusuri dari pemberitaan-pemberitaan belakangan ini, Mang Ayi sangat kuat heureuynya dalam konteks lisan, obrolan, dan percakapan.
Beberapa berita yang beredar belakangan tentang Mang Ayi sebenarnya tak valid dan hanya candaan. Namun dianggap valid, karena memang bersumber langsung dari ucapan Mang Ayi. Jika ditelusuri, saya yakin sumber utamanya adalah hasil wawancara seseorang terkait tugas akhirnya yang kemudian diposting via blog beberapa tahun lalu, dan dikutip oleh banyak orang terutama ketika Mang Ayi berpulang dan banyak orang ingin mengetahui sosok panglima Viking ini, maka jadilah itu diterima sebagai suatu kenyataan dan fakta.
Namun saya pastikan jika berbicara tentang PERSIB dan filosofi pePERSIBan, Mang Ayi senantiasa serius, tentang nama Jayalah PERSIBku yang dia berikan pada anaknya, tentang mengapa dia merasa PERSIB telah memberi segalanya, tentang cerita-cerita selama lalajo PERSIB dsb. Oya, tentunya tulisan ini tak akan mengoreksi dan meluruskan berita-berita tentang Mang Ayi yang beredar belakangan ini, karena berita-berita itu memang bukan fitnah, dan keluar dari Mang Ayi sendiri, dan memang diketahui serta dikehendaki oleh Mang Ayi pula. Biarlah semua menjadi bukti kelihaian Mang Ayi dalam heureuy. Sebagai gantinya, saya akan berbagi cerita heureuy ala Mang Ayi berikut ini:
1. Kepindahan Bekamenga
Beberapa musim lalu ada seorang striker yang sangat produktif, main sedikit tapi rasio gol sangat tinggi, dialah Cristian Bekamenga asal Kamerun. Tiba-tiba, striker keling ini “kabur” dan tak lagi nongol untuk PERSIB.
Ada sebuah televisi nasional yang sedang liputan di Bandung kemudian berkesempatan ngobrol dengan Mang Ayi. Kebetulan dalam sesi tanpa kamera on dia bertanya tentang Bekamenga, Mang Ayi dengan enteng menjawab “Bekamenga sudah tak di PERSIB, dia sudah teken kontrak dengan Newcastle United”. (Mungkin) karena reputasi bekamenga yang juga pernah bermain untuk timnas junior kamerun dan info A1 dari seorang berlabel panglima viking yang tentulah sangat paham dan mengikuti perkembangan tim, maka si pewawancara tampaknya tak pikir panjang dan menganggap dia telah mendapat info ekslusif dari sumber terpercaya. Alhasil sore harinya saya mulai melihat running text di tv tersebut tentang akan bermainnya bekamenga di English Premier League (liga primer Inggris), dan lucunya karena yang menampilkan running text itu adalah televisi nasional terkemuka maka beritu itu dikutip pula oleh stasun tv pesaingnya, maka sempat ada hoax terkait bekamenga yang seliweran di running text TV-TV nasional terkemuka.
Saat saya berjumpa Mang Ayi ternyata dia sudah tahu tentang berita itu karena banyak orang-orang yang konfirmasi dan menanyakan kebenaran berita itu pada Mang Ayi tanpa mereka tahu justru dialah yang menyebarkan berita tersebut. Sementara konfirmasi langsung ke manajemen pun tampaknya tak mudah, karena saat itu manajemen pun merasa dikadali sang agen dan belum ada komunikasi yang jelas.
Yang ada disana saat itu hanya tertawa-tawa, dan asal tahu saja mengapa Mang Ayi secara spontan menyebut Newcastle united, karena itulah klub liga Inggris favoritnya, dan berita itu jelas-jelas ngaco karena pada kenyataannya setelah tinggalkan PERSIB, Bekemenga hanya bermain di kasta rendah Liga Perancis.
2. Penandatanganan kontrak Zah Rahan
Cerita lucu ini sebenarnya sudah menjadi rahasia umum dikalangan wartawan-wartawan yang pernah meliput PERSIB sejak sebelum era PT.PBB. Ada satu musim dimana saat itu PERSIB sedang gencar-gencarnya diberitakan tengah mendekati beberapa pemain tengah terbaik tanah air, maklum saja isu yang ramai saat itu adalah tak adanya playmaker handal yang dimiliki PERSIB. Salah satu pemain yang menjadi sorotan saat itu adalah Zah Rahan Kreanger, tentunya info terkait pemain ini akan sangat ekslusif dan menjual jika dikaitkan dengan PERSIB.
Ada salah seorang wartawan senior (saat ini sudah menjadi redaktur tampaknya) dari salah surat kabar terkemuka yang diberitahu Mang Ayi bahwa akan ada penandatanganan kontrak oleh Zah Rahan yang akan dilakukan di suatu tempat rahasia di Bandung. Dimasa APBD dulu, memang sudah jadi kebiasaan obrolan terkait kontrak dilakukan diam-diam dan mendadak. Kemudian, wartawan ini diajak oleh Mang Ayi da dibawa ke suatu kawasan di Gardujati, yang identik dengan suatu lokalisasi terkenal. Wartawan tadi disuruh stand by di situ saja karena penandatanganan akan dilakukan dihotel di jalan antara Jendral Sudirman dan Pasirkaliki tesebut.
Pada saat bersamaan, ternyata rekan-rekan sang wartawan tengah membuat liputan di daerah tersebut. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba mereka berpapasan (dan Mang Ayi tentunya sudah tak ada). Terbayang betapa canggung dan risihnya sang wartawan ketika berpapasan dengan rekan-rekannya yang memang wajar berada disitu karena terkait liputan (kalo tidak salah, liputan terkait penutupan lokalisasi saritem). Sementara, dia adalah wartawan peliput PERSIB dan tak berkepentingan di tempat itu. Terlebih, alasan yang dia berikan adalah “rek ngaliput Zah Rahan”…halah alasan macam apa itu.
Esoknya di lapang tempat PERSIB latihan, wartawan itu dekati Mang Ayi yang juga nonton latihan. Sontak dia berkata: “Wah tik kacida euy ngagawean teh, urang disangkana rek naon diditu.”Dengan mimik serius, Mang Ayi menjawab: “sori, da bener asalna mah aya rumor eta, ngarana ge rek mantuan babaturan keur berita. Lain salah urang mun teu jadi.”
Dan tentunya kami semua yang ada disitu pun tertawa setelah mengetahui ceritanya.
Sebenarnya, karakter heureuy ala Mang Ayi seperti apa yang saya ceritakan di atas, dapat terlihat dari kejadian yang baru-baru ini terjadi, yaitu insiden “Aep Dadeng”. Tak perlu lah saya ceritakan bagaimana kronologisnya karena tentunya masih segar diingatan kita. Bagaimana seriusnya orang-orang yang menjadi narsum dan juga keseriusan kru (presenter,produser dsb) salah satu TV nasional terkemuka itu, bagi Mang Ayi tak lebih dari bahan candaan dan heureuy belaka. Isu serius yang diusung saat itu secara frontal ditanggapi dengan ketidakseriusan “Aep Dadeng”.
Masih banyak heureuy ala Mang Ayi yang saya ingat. Tak sekedar lisan, namun ada juga yang lebih ekstrim yang tentunya tak mungkin saya urai semuanya disini. Keterbatasan kata dalam suatu tulisan sangat berpotensi munculkan kesalahpahaman, terlebih untuk memahami seorang pribadi yang unik seperti Mang Ayi. Karena senyum dan tawa pula, Mang Ayi membangun ikatan sosial diantara para supporter muda yang mendampinginya.
Bersambung…
Dalam tulisan berikutnya penulis akan mencoba menceritakan kembali beberapa pengalaman tour yang pernah dilalui bersama Mang Ayi
*Penulis adalah ex.ass.produser almarhum ayi beutik di program PERSIBaing KOMPAStv jabar dan rekan penyiar almarhum di 96,4 bobotoh FM, berakun twitter @ekomaung
Baca juga:
Beutik (Bagian Ka Hiji)
Beutik (Bagian ka 3), Salam Nazi ala Mang Ayi
BEUTIK (Bagian Ka Opat) – Away Day with the Commander
