Bermain 36 Jam Menguji Fisik dan Mental Timnas HWC 2014
Saturday, 04 October 2014 | 20:53
Tim nasional Indonesia yang akan berangkat ke Homeless World Cup 2014 sudah menyelesaikan nazarnya, yaitu bermain bola 36 jam, di Lapangan Bawet, 3-4 Oktober. Nazar itu dilakukan setelah tim mendapat kepastian bisa berangkat ke HWC 2014 di Santiago, Chile, pada 19-26 Oktober nanti.
Bermain bola 36 jam dengan durasi istirahat yang sempit tentu bukan hal mudah. Dipastikan tenaga, fisik dan mental akan terkuras. Namun dengan nazar ini, baik manajer tim Febby Arhemsyah maupun pelatih Bonsu Hasibuan, mengharapkan fisik dan mental timnya semakin teruji.
“Harapan kita mudah-mudahan tim ini dapat hasil yang maksimal tahun ini, karena persiapannya juga udah cukup lama dan bisa dibilang cukup matang. Di sini, selain menjalankan nazar, kita juga melatih mental dan fisik mereka biar nanti pas di Chile. Pas nazar 24 jam tahun lalu, itu kepake banget pas kita main di Mexico,” ungkap Febby di Lapangan Bawet, Sabtu (4/10).
Bonsu mengakui bahwa pada proses menjalani nazar ini ada beberapa kendala yang dihadapi para pemainnya, terutama masalah mental. Tingkat kelelahan yang tinggi berimbas pada menurunan mental pemain. Sebagai pemain yang berpengalaman di HWC 2014, Bonsu paham betul pentingnya mental seorang pemain di turnamen ini.
“Saya memotivasi bahwa ketika kita bisa berhasil di 36 jam ini, mungkin tidak ada masalah ketika pelaksanaan di Chile nanti, karena ini adalah proses dari kompetisi sekaligus nazar juga. Tapi yang penting adalah bagaimana kita mengalahkan diri sendiri, karena ini fatal terhadap mental pemain. Mudah-mudahan tidak ada masalah lagi,” tutur Bonsu.
Timnas HWC tahun ini ditargetkan mencapai posisi 3. Prestasi terbaik Indonesia di ajang piala dunia untuk kaun termarjinalkan ini adalah peringkat 4 yang diraih pada HWC 2012 di Mexico City, Mexico.
“Kita serahkan kepada Allah, kalau dari segi persiapan kami sudah siap dan mudah-mudahan kita bisa mendapat hasil maksimal. Kalau saya pribadi dari pelatih, maunya kita bisa sampai ke final,” pungkas Bonsu.

Tim nasional Indonesia yang akan berangkat ke Homeless World Cup 2014 sudah menyelesaikan nazarnya, yaitu bermain bola 36 jam, di Lapangan Bawet, 3-4 Oktober. Nazar itu dilakukan setelah tim mendapat kepastian bisa berangkat ke HWC 2014 di Santiago, Chile, pada 19-26 Oktober nanti.
Bermain bola 36 jam dengan durasi istirahat yang sempit tentu bukan hal mudah. Dipastikan tenaga, fisik dan mental akan terkuras. Namun dengan nazar ini, baik manajer tim Febby Arhemsyah maupun pelatih Bonsu Hasibuan, mengharapkan fisik dan mental timnya semakin teruji.
“Harapan kita mudah-mudahan tim ini dapat hasil yang maksimal tahun ini, karena persiapannya juga udah cukup lama dan bisa dibilang cukup matang. Di sini, selain menjalankan nazar, kita juga melatih mental dan fisik mereka biar nanti pas di Chile. Pas nazar 24 jam tahun lalu, itu kepake banget pas kita main di Mexico,” ungkap Febby di Lapangan Bawet, Sabtu (4/10).
Bonsu mengakui bahwa pada proses menjalani nazar ini ada beberapa kendala yang dihadapi para pemainnya, terutama masalah mental. Tingkat kelelahan yang tinggi berimbas pada menurunan mental pemain. Sebagai pemain yang berpengalaman di HWC 2014, Bonsu paham betul pentingnya mental seorang pemain di turnamen ini.
“Saya memotivasi bahwa ketika kita bisa berhasil di 36 jam ini, mungkin tidak ada masalah ketika pelaksanaan di Chile nanti, karena ini adalah proses dari kompetisi sekaligus nazar juga. Tapi yang penting adalah bagaimana kita mengalahkan diri sendiri, karena ini fatal terhadap mental pemain. Mudah-mudahan tidak ada masalah lagi,” tutur Bonsu.
Timnas HWC tahun ini ditargetkan mencapai posisi 3. Prestasi terbaik Indonesia di ajang piala dunia untuk kaun termarjinalkan ini adalah peringkat 4 yang diraih pada HWC 2012 di Mexico City, Mexico.
“Kita serahkan kepada Allah, kalau dari segi persiapan kami sudah siap dan mudah-mudahan kita bisa mendapat hasil maksimal. Kalau saya pribadi dari pelatih, maunya kita bisa sampai ke final,” pungkas Bonsu.
