Belencoso Dan Betapa Tidak Pentingnya Curiculum Vitae
Wednesday, 27 July 2016 | 15:36
Datang sebagai pemain dengan banderol termahal se-Indonesia, pencetak gol terbanyak di piala AFC musim 2014-2015 dan salah satu nominasi pemain terbaik di ajang tersebut, serta top skor Hong Kong Premier League, tidak salah publik Bandung menaruh ekspektasi tinggi pada Juan Carlos Belencoso.
Pertandingan perdana dihadapkan dengan Mitra Kukar di piala Bhayangkara, Belencoso langsung dimainkan dari menit awal. Meski tidak berkontribusi apapun. Saya waktu itu masih memberi maklum dengan alasan: MASIH PERLU ADAPTASI.
Pertandingan demi pertandingan dijalankan oleh pria berkebangsaan Spanyol ini. Namun, baru pada pertandingan terakhir, tepatnya kala menghadapi Sriwijaya FC Belencoso baru bisa mencetak gol. Proses golnya cukup bagus. Ia memutar keluar terlebih dahulu sebelum menerima umpan set piece dari Taufiq. Disini harapan muncul, Belencoso memang striker kelas atas.
Harapan yang terlampau tinggi yang sudah disematkan padanya rupanya perlahan menukik seiring berjalannya waktu. Ia memang piawai menjadi tembok untuk memantulkan bola pada rekan di belakangnya, menjadi pakem yang pas untuk formasi 4-2-3-1. Tapi, bukan itu tugas utama striker. Belencoso boleh saja mengeluh umpan yang ditunjukkan oleh rekannya tidak ada yang enak atau bek-bek di Indonesia terlampau kuat, atau apapun alasan lainnya. Kembali, bukan juga tugas striker untuk mengeluh dan beruntung Belencoso tidak melakukannya. Karena tentu itu akan memperburuk citra dirinya.
Hingga pekan ke-12, gelontoran gol belum jua datang. Bahkan, posisinya tergeser oleh kehadiran Sergio Van Dijk (yang sudah mencetak 1 gol). Anda boleh berdebat, “ah, itu kan lewat pinalti”. Lah, Belencoso juga pernah, kok menjadi algojo pinalti saat melawan Surabaya United Bhayangkara, hanya memang sepakannya menerpa tiang gawang.
Kemudian saya menyadari ada yang salah pada kalimat “Harga mah moal ngabobodo”. Manusia dengan mahar 6 M (bisa untuk membeli dua orang Patrick Cruz), dan Curiculum Vitae yang mentereng, tidak menjadikan Belencoso mudah untuk menjadi raja gol di Indonesia. Karena yang terpenting adalah proses adaptasi. Dan Belencoso gagal untuk adapasi dalam waktu yang singkat. Sehebat apapun anda di lingkungan yang lama, menjadi tidak berarti saat anda menemukan kesulitan dalam beradaptasi pada lingkungan yang baru.
Tenang, kepada para penikmat proses sepakbola, Belencoso bukan striker jelek, ia hanya (belum) berjodoh dengan Persib. Ia , saya kira begitu lambat dalam proses adaptasi dengan para pemain lainnya dan sistem permainan Persib. Dan, Belencoso tidak seorang diri, kok. Memphis Depay adalah top skor liga Belanda yang kemudian juga menemukan kesulitan saat pindah ke liga Inggris.
Jadi, jika di Hong Kong ia bisa menjadi yang paling banyak mencetak gol, (mungkin) itu bisa disebabkan kualitas liga Hong Kong yang tidak lebih baik dari Liga Indonesia.
Well, selamat tinggal Belencoso. Setidaknya, kami punya gambaran standar untuk penyerang di Persib, dan harga bukanlah garansi. Sorry to say i bawa nama mantan, Konate sewaktu pertama datang di Indonesia tidak punya rekam jejak yang cemerlang di klub sebelumnya, dan pasti harganya pun tidak semahal sekarang, tapi bisa langsung cocok di semua tim yang ia bela di Indonesia (PSPS, Semen Padang, Persib). Karena CV yang cemerlang hanya untuk menaikkan harga semata, bukan jaminan mutu pemain tersebut bisa klop dengan tim yang baru.
Ditulis oleh Fakhri Naufal. Berakun twitter @fvckriiii

Datang sebagai pemain dengan banderol termahal se-Indonesia, pencetak gol terbanyak di piala AFC musim 2014-2015 dan salah satu nominasi pemain terbaik di ajang tersebut, serta top skor Hong Kong Premier League, tidak salah publik Bandung menaruh ekspektasi tinggi pada Juan Carlos Belencoso.
Pertandingan perdana dihadapkan dengan Mitra Kukar di piala Bhayangkara, Belencoso langsung dimainkan dari menit awal. Meski tidak berkontribusi apapun. Saya waktu itu masih memberi maklum dengan alasan: MASIH PERLU ADAPTASI.
Pertandingan demi pertandingan dijalankan oleh pria berkebangsaan Spanyol ini. Namun, baru pada pertandingan terakhir, tepatnya kala menghadapi Sriwijaya FC Belencoso baru bisa mencetak gol. Proses golnya cukup bagus. Ia memutar keluar terlebih dahulu sebelum menerima umpan set piece dari Taufiq. Disini harapan muncul, Belencoso memang striker kelas atas.
Harapan yang terlampau tinggi yang sudah disematkan padanya rupanya perlahan menukik seiring berjalannya waktu. Ia memang piawai menjadi tembok untuk memantulkan bola pada rekan di belakangnya, menjadi pakem yang pas untuk formasi 4-2-3-1. Tapi, bukan itu tugas utama striker. Belencoso boleh saja mengeluh umpan yang ditunjukkan oleh rekannya tidak ada yang enak atau bek-bek di Indonesia terlampau kuat, atau apapun alasan lainnya. Kembali, bukan juga tugas striker untuk mengeluh dan beruntung Belencoso tidak melakukannya. Karena tentu itu akan memperburuk citra dirinya.
Hingga pekan ke-12, gelontoran gol belum jua datang. Bahkan, posisinya tergeser oleh kehadiran Sergio Van Dijk (yang sudah mencetak 1 gol). Anda boleh berdebat, “ah, itu kan lewat pinalti”. Lah, Belencoso juga pernah, kok menjadi algojo pinalti saat melawan Surabaya United Bhayangkara, hanya memang sepakannya menerpa tiang gawang.
Kemudian saya menyadari ada yang salah pada kalimat “Harga mah moal ngabobodo”. Manusia dengan mahar 6 M (bisa untuk membeli dua orang Patrick Cruz), dan Curiculum Vitae yang mentereng, tidak menjadikan Belencoso mudah untuk menjadi raja gol di Indonesia. Karena yang terpenting adalah proses adaptasi. Dan Belencoso gagal untuk adapasi dalam waktu yang singkat. Sehebat apapun anda di lingkungan yang lama, menjadi tidak berarti saat anda menemukan kesulitan dalam beradaptasi pada lingkungan yang baru.
Tenang, kepada para penikmat proses sepakbola, Belencoso bukan striker jelek, ia hanya (belum) berjodoh dengan Persib. Ia , saya kira begitu lambat dalam proses adaptasi dengan para pemain lainnya dan sistem permainan Persib. Dan, Belencoso tidak seorang diri, kok. Memphis Depay adalah top skor liga Belanda yang kemudian juga menemukan kesulitan saat pindah ke liga Inggris.
Jadi, jika di Hong Kong ia bisa menjadi yang paling banyak mencetak gol, (mungkin) itu bisa disebabkan kualitas liga Hong Kong yang tidak lebih baik dari Liga Indonesia.
Well, selamat tinggal Belencoso. Setidaknya, kami punya gambaran standar untuk penyerang di Persib, dan harga bukanlah garansi. Sorry to say i bawa nama mantan, Konate sewaktu pertama datang di Indonesia tidak punya rekam jejak yang cemerlang di klub sebelumnya, dan pasti harganya pun tidak semahal sekarang, tapi bisa langsung cocok di semua tim yang ia bela di Indonesia (PSPS, Semen Padang, Persib). Karena CV yang cemerlang hanya untuk menaikkan harga semata, bukan jaminan mutu pemain tersebut bisa klop dengan tim yang baru.
Ditulis oleh Fakhri Naufal. Berakun twitter @fvckriiii

Moga” konate dan dendi Kusnadar kembali lagi ke Persib di putaran ke-2 TSC. Amin………..
koreksi dikit gan,, makan konate bukan dari semen padang, tapi dari PSPS, Barito putra, dan PERSIB,
HEHEHEHEEH
Teu penting CV teh ceuk nu rek nganggur.. nu rek neang gawe ma angger we ditanya udah kerja di mana aja? bisa posisi apa aja?
mungkinkah PERSIB memasukan seseorang misal saja bernama Ujang Bedil yang tidak pernah seorangpun bilang bahwa dia adalah pemain bola hebat (da eweuh CV) , mungkinkah kleub tiba tiba papanggih dengan seseorang yang bernama Memet Kampak lalu direkrut karena kayanya bisa klop padahal teuing eta saha (da euweuh CV)..
Konate bisa masuk karena sepaket dengan pemain satu lagi yang sebetulnya lebih diminati. Artinya CV Pemain satunya lagi itu yang dipandang disini. Tanpa CV moal direkrut la sapaket ber 2 itu
Artikel mohon tidak membodohi masyarakat .. tidak penting sebuah CV sama saja dengan mengatakan pengalaman kerja tidak penting dan ini jelas bisa mengubah pola pikir genrasi muda ololeho yang baca tulisan ini.
Tapi CV Tetap penting bagi Persib da kalo CV nya jelek atau gak jelas mah yakin ku Persib juga gak akan di rekrut… Konate juga di rekrut Persib atas dasar CV nya bagus saat membela Barito Putera (sanes Semen Padang) 🙂
Nu puguhmah di hongkong leuwih alus daripada di indonesia
Liga indonesia itu tidak cocok buat pemain dekat tipikal eropa coba liat marcus bent di kukar gagal padahal dulu di everton memiliki track record yg lumayan bagus.andai persib beli lewandoski sekalipun rasanya akan sulit baginya cetak 10 goal di liga indonesia yg lebih mengedepankan otot ketimbang taktik.
Asal nyieun judul teh, teu berbobot. Nya mun cv teu penting mah rekrut saha we sakapangihna di jalan, rek pamaen voli, tarkam, jsb.
“Mksudna lain kitu” pasti kitu ceuk penulis artikel ieu teh…
So toy…
Leures kang virus…ti baheula ge liga indonesia mah pemaen asing ti amerika latin jeng afrika nu sukses…maena rada ngandelkeun otot timbang tehnik