Bekamenga, Bermasalah dalam Sistem yang Bermasalah
Wednesday, 12 March 2008 | 14:46
PSSI telah mengeluarkan daftar pemain asing yang bermasalah di LI musim lalu. Daftar tersebut dibuat dalam 3 kategori. Seperti pemain asing dari klub yang lain, para pemain Persib termasuk di dalamnya, seperti Bekamenga, Jimenez, Barkowi, dan Nyek Nyobe, yang tahun lalu dipinjamkan ke Persela. Cuma Cabanas dan Leo yang tidak masuk ke dalam daftar tersebut.
Entah apa yang menjadi acuan bagi PSSI, sehingga mengeluarkan daftar yang menghebohkan ini. Paling tidak, sebenarnya, PSSI tidak mempunyai aturan baku yang menjadi dasar penghakiman terhadap para pemain ini. Bagaimana penulis, sebagai bobotoh Persib melihat, bagaimana para pemain Persib tersebut bisa masuk daftar, walaupun dalam kategori 2, yang masih mendapat lampu kuning untuk merumput di Indonesia.
PSSI mengatakan, bahwa mereka yang masuk kategori pertama adalah mereka yang tidak masuk level sepakbola Indonesia. Kemudian yang masuk kategori kedua adalah pemain yang mempunyai sikap dan tindakan yang buruk, sehingga tidak direkomendasikan untuk direkrut kembali, walaupun kebijaksanaan perekrutan pemain tersebut dikembalikan kepada klub.
Melihat alasan diatas, penulis berharap PSSI kembali melihat dan berkaca pada diri sendiri. Sebenarnya level sepakbola di Indonesia itu seperti apa, sehingga pemain asing yang mencari makan di Indonesia ditolak untuk bermain di sini. Bagaimana mungkin seorang Koko Lommel, yang mengantarkan PSMS ke final LI masuk dalam daftar tersebut.
Pada kategori kedua, PSSI mengisi daftar tersebut dengan pemain-pemain yang bermasalah. Apakah benar mereka adalah pemain-pemain bermasalah, misalnya Bekamenga yang dicap bermasalah tapi bisa menembus Liga Perancis. Bekamenga bermasalah karena ada masalah di kausul kontrak yang berhubungan dengan aturan PSSI tentang lamanya kompetisi. Jadi sebenarnya, masalah tersebut ada di PSSI. Kalau saja PSSI berada pada pihak yang benar, maka PSSI tidak akan dengan mudahnya mengeluarkan ITC Bekamenga.
Penulis hanya bisa berkhayal. Seandainya PSSI mau menaikan level sepakbola di Indonesia, maka seharusnya aturan dibuat jelas. Harus ada aturan tentang teknik dan kapasitas fisik pemain misalnya bsgi pemain asing yang bisa merumput di Indonesia. Jika benar PSSI mau meningkatkan pesepakbolaan di Indonesia, sebaiknya jumlah mereka dikurangi, sehingga para pemain asing yang dikontrak adalah benar-benar pemain yang bagus, baik dalam skill maupun sikap. Hal ini juga berarti memberi kesempatan khususnya kepada pemain muda Indonesia untuk tampil lebih banyak di LI.
Kemuadian PSSI harus melihat, apakah para pengadil di Indonesia sudah bekerja dengan maksimal, sehingga tidak ada kecuriagaan atas keputusan-keputusan mereka. Seperti yang kita lihat, banyak protes yang dilakukan akibat keputusan-keputusan wasit yang kontroversial. Penyerangan terhadap wasit, protes yang berlebihan, dll, itu hanyalah akibat. PSSI seharusnya melihat mengapa hal tersebut bisa terjadi. Selayaknya, para wasit juga dinaikan level kinerjanya dan dinaikan pula level kesejahteraannya, sehingga dapat memimpin dengan adil di tengah lapangan.
Dan terakhir, sebaiknya PSSI kembali berkaca pada diri sendiri. Bagaimana kinerja PSSI selama ini mengurus kompetisi, perwasitan, pembinaan, sampai masalah pemilihan orang-orang di PSSI sendiri. Bagaimana PSSI tidak juga merespon sikap FIFA yang dikhawatirkan akan mematikan pesepakbolaan di tanah air sendiri. Padahal FIFA menegur kita dengan tujuan supaya kita berubah dan bisa bersaing dengan negara-negara lain.
Saya hanya masih heran dengan peristiwa Bekamenga. Di Perancis, dia diterima dengan tangan terbuka, di sini koq dicap bermasalah. Tanya Kenapa?
Wassalam.

PSSI telah mengeluarkan daftar pemain asing yang bermasalah di LI musim lalu. Daftar tersebut dibuat dalam 3 kategori. Seperti pemain asing dari klub yang lain, para pemain Persib termasuk di dalamnya, seperti Bekamenga, Jimenez, Barkowi, dan Nyek Nyobe, yang tahun lalu dipinjamkan ke Persela. Cuma Cabanas dan Leo yang tidak masuk ke dalam daftar tersebut.
Entah apa yang menjadi acuan bagi PSSI, sehingga mengeluarkan daftar yang menghebohkan ini. Paling tidak, sebenarnya, PSSI tidak mempunyai aturan baku yang menjadi dasar penghakiman terhadap para pemain ini. Bagaimana penulis, sebagai bobotoh Persib melihat, bagaimana para pemain Persib tersebut bisa masuk daftar, walaupun dalam kategori 2, yang masih mendapat lampu kuning untuk merumput di Indonesia.
PSSI mengatakan, bahwa mereka yang masuk kategori pertama adalah mereka yang tidak masuk level sepakbola Indonesia. Kemudian yang masuk kategori kedua adalah pemain yang mempunyai sikap dan tindakan yang buruk, sehingga tidak direkomendasikan untuk direkrut kembali, walaupun kebijaksanaan perekrutan pemain tersebut dikembalikan kepada klub.
Melihat alasan diatas, penulis berharap PSSI kembali melihat dan berkaca pada diri sendiri. Sebenarnya level sepakbola di Indonesia itu seperti apa, sehingga pemain asing yang mencari makan di Indonesia ditolak untuk bermain di sini. Bagaimana mungkin seorang Koko Lommel, yang mengantarkan PSMS ke final LI masuk dalam daftar tersebut.
Pada kategori kedua, PSSI mengisi daftar tersebut dengan pemain-pemain yang bermasalah. Apakah benar mereka adalah pemain-pemain bermasalah, misalnya Bekamenga yang dicap bermasalah tapi bisa menembus Liga Perancis. Bekamenga bermasalah karena ada masalah di kausul kontrak yang berhubungan dengan aturan PSSI tentang lamanya kompetisi. Jadi sebenarnya, masalah tersebut ada di PSSI. Kalau saja PSSI berada pada pihak yang benar, maka PSSI tidak akan dengan mudahnya mengeluarkan ITC Bekamenga.
Penulis hanya bisa berkhayal. Seandainya PSSI mau menaikan level sepakbola di Indonesia, maka seharusnya aturan dibuat jelas. Harus ada aturan tentang teknik dan kapasitas fisik pemain misalnya bsgi pemain asing yang bisa merumput di Indonesia. Jika benar PSSI mau meningkatkan pesepakbolaan di Indonesia, sebaiknya jumlah mereka dikurangi, sehingga para pemain asing yang dikontrak adalah benar-benar pemain yang bagus, baik dalam skill maupun sikap. Hal ini juga berarti memberi kesempatan khususnya kepada pemain muda Indonesia untuk tampil lebih banyak di LI.
Kemuadian PSSI harus melihat, apakah para pengadil di Indonesia sudah bekerja dengan maksimal, sehingga tidak ada kecuriagaan atas keputusan-keputusan mereka. Seperti yang kita lihat, banyak protes yang dilakukan akibat keputusan-keputusan wasit yang kontroversial. Penyerangan terhadap wasit, protes yang berlebihan, dll, itu hanyalah akibat. PSSI seharusnya melihat mengapa hal tersebut bisa terjadi. Selayaknya, para wasit juga dinaikan level kinerjanya dan dinaikan pula level kesejahteraannya, sehingga dapat memimpin dengan adil di tengah lapangan.
Dan terakhir, sebaiknya PSSI kembali berkaca pada diri sendiri. Bagaimana kinerja PSSI selama ini mengurus kompetisi, perwasitan, pembinaan, sampai masalah pemilihan orang-orang di PSSI sendiri. Bagaimana PSSI tidak juga merespon sikap FIFA yang dikhawatirkan akan mematikan pesepakbolaan di tanah air sendiri. Padahal FIFA menegur kita dengan tujuan supaya kita berubah dan bisa bersaing dengan negara-negara lain.
Saya hanya masih heran dengan peristiwa Bekamenga. Di Perancis, dia diterima dengan tangan terbuka, di sini koq dicap bermasalah. Tanya Kenapa?
Wassalam.
