Bandung Ini “Kejam”, Hiraukan Saja.
Friday, 04 November 2011 | 11:47Penulis: Krisna Ahmad Taufik

Tekanan di dunia sepakbola adalah hal biasa. Apalagi atmosfir sepakbola bandung yang dikenal memiliki kelompok supporter (bobotoh) fanatik. Selain itu rasa haus akan gelar juara, membuat bobotoh makin menjadi-jadi menuntut Prestasi atas tim kebanggannya ini. Bobotoh seolah “bringas” jika Persib bermain diluar harapan.
“Bringas” memaki dan mencemooh, hingga tak jarang pula mengadili pemain bahkan pelatih juga manajemen pun mengalami perlakuan yang sama. Mungkin hal ini timbul akibat rasa cinta dan memiliki bobotoh terhadap Persib. Namun jika “jatohnya” berlebihan seperti itu, saya kira hasilnya malah akan lebih mengecewakan lagi.
Bobotoh menuntut supaya Persib selalu menang, tak peduli apakah itu pertandingan resmi atau persahabatan. Saat ini bobotoh seolah mengharamkan kekalahan. Seperti ada anggapan atau pemikiran bahwa kalah adalah aib, kalah adalah penderitaan, kalah adalah akhir dari segalanya.
Bahkan tanpa melihat situasi dan keadaan, di awal musim saja Persib sudah ditarget Juara. Bagaimana bisa? Juara itu seharusnya ditarget setelah semuanya melihat hasil klasemen terakhir, dan saya kira itu memungkinkan jika dilakukan di jeda setengah musim kompetisi. Sayangnya seperti tidak ada pembelajaran, dari musim ke musim kesalahan ini terus diulang dan diulang. Ini salah satu kekeliruan mendasar bobotoh Persib sejak dulu.
Sehingga pada akhirnya, tuntutan dan tekanan ini akan berimbas buruk pada Persib, akibat merasakan tekanan yang begitu luar biasa, dari para pecintanya.
Contoh terbaru bisa di lihat disalah satu pernyataan Drago Mamic (DM) pada berita yang dimuat simamaung.com yang berjudul “Mamic: Saya Bekejaa Untuk Membangun Tim” (2/11).
Jika kita cermati tulisan tersebut, pelatih asal Kroasia ini, nampaknya mulai merasakan ketidaknyamanan atas sejumlah komentar terkait beberapa persoalan yang menerpa Persib saat ini. Pada tulisan tersebut DM juga menambahkan bahwa saat ini ia berada pada suatu situasi yang ia anggap tidak normal. Bahkan secara jelas ia mengatakan bahwa semua ini, membuat dirinya merasa gugup menghadapi atmosfir sepakbola di Indonesia khususnya Bandung.
Secara tersirat, saya menyimpulkan saat ini DM mulai merasakan tekanan. Termasuk di dalamnya tekanan yang datang dari publik sepakbola Bandung. Hanya saja tak kita ketahui seberapa besar tekanan ini membebani DM, yang pasti bagi saya ini indikasi buruk bagi Persib.
Bagaimana tidak saya katakan demikian, mengingat beberapa pendahulu DM seperti Jaya Hartono, Daniel Darko Janackovic, dan Jovo Cuckovic pernah mengalami situasi yang mungkin mirip atau hampir mirip dengan situasi DM saat ini. “Hebatnya” semua pelatih tersebut mengakhiri masa kerjanya secara prematur sekaligus memberikan hasil kerja yang boleh dikatakan kurang maksimal atau jauh dari harapan bobotoh.
Lantas apakah hal seperti itu harus kita ulangi lagi? Saya yakin semua bobotoh sepakat tak menginginkan hal demikian kembali terjadi menimpa tim kebanggaannya. Sayangnya hal itu tak diikuti dengan perubahan sikap dari para bobotoh yang dari waktu ke waktu masih saja selalu “bringas” menyikapi kekalahan atau kegagalan Persib.
Sudah sewajarnya jika pelatih merasa terusik dengan berbagai komentar “miring” terhadapnya. Bahkan akan menjadi semakin serius jika komentar itu datang dari “inohong-inohong” (tokoh-tokoh) sepakbola Bandung. Tentu saja hal tersebut akan menambah besar tekanan yang diterima, baik oleh pelatih ataupun pemain.
Meski demikian tekanan yang dirasa DM saat ini, bisa dikatan “can sa tai kuku-kuku acan” (belum seberapa), mengingat Liga belum bergulir. Saya yakin nantinya, tekanan publik sepakbola Bandung terhadap pelatih atau pemain akan jauh lebih dahsyat, apalagi jika Persib kalah atau gagal juara.
“Alus wae dikomentaran, komo goreng” (bagus saja dikomentari, apalagi jelek). inilah Bandung.
Sejak dulu Bandung memang seperti ini. Satu tim kebanggan dengan sejuta komentator hadal, yang seolah paham dan mengerti strategi, taktik, rotasi pemain, dll. Bahkan tak sedikit pula komentator yang lebih hafal isu dan “gosip-gosip” seputar Persib, dibanding official Persib itu sendiri. “Jadi jangan aneh coach.”
Setiap pelatih yang menangani Persib pastilah pelatih berkelas dengan segudang prestasi dan pengalaman yang mumpuni. Hanya saja, belum saya temukan pelatih “kuat” bermental “baja” yang sanggup menghadapi tekanan bobotoh yang selalu menjadi komentator setia dan menuntut Persib harus selalu menang, menang, dan menang.
Komentator ini semakin dihadapi, selanjutnya akan semakin menjadi-jadi. Jadi apapun itu, hiraukan saja. Terakhir, seandainya Persib kalah, saya hanya bisa mengatakan “Bandung ini akan kejam “coach””. Kita lihat saja hasil kerja DM di musim ini, semoga memuaskan para komentator.
Sekedar pecinta Persib biasa dari kampung Cipeundeuy.
Pendapat yang dinyatakan dalam karya ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.

Penulis: Krisna Ahmad Taufik
Tekanan di dunia sepakbola adalah hal biasa. Apalagi atmosfir sepakbola bandung yang dikenal memiliki kelompok supporter (bobotoh) fanatik. Selain itu rasa haus akan gelar juara, membuat bobotoh makin menjadi-jadi menuntut Prestasi atas tim kebanggannya ini. Bobotoh seolah “bringas” jika Persib bermain diluar harapan.
“Bringas” memaki dan mencemooh, hingga tak jarang pula mengadili pemain bahkan pelatih juga manajemen pun mengalami perlakuan yang sama. Mungkin hal ini timbul akibat rasa cinta dan memiliki bobotoh terhadap Persib. Namun jika “jatohnya” berlebihan seperti itu, saya kira hasilnya malah akan lebih mengecewakan lagi.
Bobotoh menuntut supaya Persib selalu menang, tak peduli apakah itu pertandingan resmi atau persahabatan. Saat ini bobotoh seolah mengharamkan kekalahan. Seperti ada anggapan atau pemikiran bahwa kalah adalah aib, kalah adalah penderitaan, kalah adalah akhir dari segalanya.
Bahkan tanpa melihat situasi dan keadaan, di awal musim saja Persib sudah ditarget Juara. Bagaimana bisa? Juara itu seharusnya ditarget setelah semuanya melihat hasil klasemen terakhir, dan saya kira itu memungkinkan jika dilakukan di jeda setengah musim kompetisi. Sayangnya seperti tidak ada pembelajaran, dari musim ke musim kesalahan ini terus diulang dan diulang. Ini salah satu kekeliruan mendasar bobotoh Persib sejak dulu.
Sehingga pada akhirnya, tuntutan dan tekanan ini akan berimbas buruk pada Persib, akibat merasakan tekanan yang begitu luar biasa, dari para pecintanya.
Contoh terbaru bisa di lihat disalah satu pernyataan Drago Mamic (DM) pada berita yang dimuat simamaung.com yang berjudul “Mamic: Saya Bekejaa Untuk Membangun Tim” (2/11).
Jika kita cermati tulisan tersebut, pelatih asal Kroasia ini, nampaknya mulai merasakan ketidaknyamanan atas sejumlah komentar terkait beberapa persoalan yang menerpa Persib saat ini. Pada tulisan tersebut DM juga menambahkan bahwa saat ini ia berada pada suatu situasi yang ia anggap tidak normal. Bahkan secara jelas ia mengatakan bahwa semua ini, membuat dirinya merasa gugup menghadapi atmosfir sepakbola di Indonesia khususnya Bandung.
Secara tersirat, saya menyimpulkan saat ini DM mulai merasakan tekanan. Termasuk di dalamnya tekanan yang datang dari publik sepakbola Bandung. Hanya saja tak kita ketahui seberapa besar tekanan ini membebani DM, yang pasti bagi saya ini indikasi buruk bagi Persib.
Bagaimana tidak saya katakan demikian, mengingat beberapa pendahulu DM seperti Jaya Hartono, Daniel Darko Janackovic, dan Jovo Cuckovic pernah mengalami situasi yang mungkin mirip atau hampir mirip dengan situasi DM saat ini. “Hebatnya” semua pelatih tersebut mengakhiri masa kerjanya secara prematur sekaligus memberikan hasil kerja yang boleh dikatakan kurang maksimal atau jauh dari harapan bobotoh.
Lantas apakah hal seperti itu harus kita ulangi lagi? Saya yakin semua bobotoh sepakat tak menginginkan hal demikian kembali terjadi menimpa tim kebanggaannya. Sayangnya hal itu tak diikuti dengan perubahan sikap dari para bobotoh yang dari waktu ke waktu masih saja selalu “bringas” menyikapi kekalahan atau kegagalan Persib.
Sudah sewajarnya jika pelatih merasa terusik dengan berbagai komentar “miring” terhadapnya. Bahkan akan menjadi semakin serius jika komentar itu datang dari “inohong-inohong” (tokoh-tokoh) sepakbola Bandung. Tentu saja hal tersebut akan menambah besar tekanan yang diterima, baik oleh pelatih ataupun pemain.
Meski demikian tekanan yang dirasa DM saat ini, bisa dikatan “can sa tai kuku-kuku acan” (belum seberapa), mengingat Liga belum bergulir. Saya yakin nantinya, tekanan publik sepakbola Bandung terhadap pelatih atau pemain akan jauh lebih dahsyat, apalagi jika Persib kalah atau gagal juara.
“Alus wae dikomentaran, komo goreng” (bagus saja dikomentari, apalagi jelek). inilah Bandung.
Sejak dulu Bandung memang seperti ini. Satu tim kebanggan dengan sejuta komentator hadal, yang seolah paham dan mengerti strategi, taktik, rotasi pemain, dll. Bahkan tak sedikit pula komentator yang lebih hafal isu dan “gosip-gosip” seputar Persib, dibanding official Persib itu sendiri. “Jadi jangan aneh coach.”
Setiap pelatih yang menangani Persib pastilah pelatih berkelas dengan segudang prestasi dan pengalaman yang mumpuni. Hanya saja, belum saya temukan pelatih “kuat” bermental “baja” yang sanggup menghadapi tekanan bobotoh yang selalu menjadi komentator setia dan menuntut Persib harus selalu menang, menang, dan menang.
Komentator ini semakin dihadapi, selanjutnya akan semakin menjadi-jadi. Jadi apapun itu, hiraukan saja. Terakhir, seandainya Persib kalah, saya hanya bisa mengatakan “Bandung ini akan kejam “coach””. Kita lihat saja hasil kerja DM di musim ini, semoga memuaskan para komentator.
Sekedar pecinta Persib biasa dari kampung Cipeundeuy.
Pendapat yang dinyatakan dalam karya ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.

Menurut saya wjar bobotoh mau blang bgtu mau blng bgni/asal msh dibts kwjrn. It tanda cintanya trhdp persib. Yg perlu di lhat wbawa jajaran manajemen yg sllu brkmntr yg tdk menunjukan kpmingpnan yg bjak sana dan br wbwa. Di sini persib perlu jajarn pmingpn yg tangguh bjaksana dan brtnggung jwb. Apa pun itu ucpn kptsan it hrs brtnggung jwb. Mental pemain di rasa taun keu taun smakn menrun dan it tdk lpas dri kpeminpinan para pjbt nya. Bobotoh bkn mengngnkn pemain yg berlpl timnas, dan slalu memenangkan pertandingan. Ttpi bobotoh sngt rindu permainan ngotot cantik semangat smpai akhr prtndngn… Coba lhat kalau persib maen? Slalu tdk consistn. Ini smua tdk lpas dari jajaran manajemen
Eleh menang dukung PERSIB……….
Inilah rasa haus dan dahaga nya para bobotoh akan juara yg di idam2kn. Sdiki koreksi sja kang semua bobotoh memang slalu menghrp kn persib menang ttp tdk pernah mrasa kekalah itu aib apa lgi mengharamkan. Tp harapan persib ingn selalu melhat permainan cntik compak ngotot dan semangat. Dari awal hngga akhr. Itu semua bsa mengbti rasa haus, dan akn menumbhkan harapan dn kprcayaan. Lhat lah bermainny persib slalu tdk consistn, trtama mental.
mgkn itu pndpt km yg blg klo bobotoh tdk pernah merasa kekalahan adalah aib apalagi mengharamkan,,tapi km coba lht gmn reaksi bobotoh saat persib kalah??? tandanya dy g terima kan??jgnkan kalah seri pun udh d maki” d blg pelatihnya jelek lah atw apa lah..saya rasa apa yg d katakan penulis itu bnr karena sya pun merasakannya
sya setuju sama pendapat penulis ini..menjadi juara itu butuh proses tidak bisa secara instan. jangan sedikit” klo persib kalah atw blm kompak udh pda ngedesek bwt ganti pelatih. gmn mw juara klo sdkt” mnt d rombak trs. aneh sya mh yg suka komentar tentang taktik,strategi atw apalah, klo anda jago knp g jdi pelatih atw pemain saja. kita sbg pendukung kita dukung saja lah. jgn sdkt” komen g mutu
itulah persib
smua d mulai dari tngga prtama untuk mncapai tangga yg selanjutnya….
hidup persib!!!
Satuju kang, jangan terlalu berlebihan. Cinta sih cinta tapi kalo keterlaluan, sekalinya disakiti akan susah terobati. Hasilnya jadi memaki2, kusabab teu narima di nyenyeri.
Yang kedua, meskipun cinta jgn mendewa2kan atau memuji setinggi langit atau menganggap pemain seperti artis idola. Sekalinya Artis itu berlaku tidak sesuai harapan maka penggemar (bobotoh) bisa murka semurka murkanya.
Nulis teu paruguh dina twitter, na facebook, dll.
Jadi biasa we cinta mah… Tong berlebih. Pan ceuk agama oge, ngaran na berlebih mah kaditu na bakal goreng.
PERSIB? Biasa Aja tuh.
Satuju kang, jangan terlalu berlebihan. Cinta sih cinta tapi kalo keterlaluan, sekalinya disakiti akan susah terobati. Hasilnya jadi memaki2, kusabab teu narima di nyenyeri.
Yang kedua, meskipun cinta jgn mendewa2kan atau memuji setinggi langit atau menganggap pemain seperti artis idola. Sekalinya Artis itu berlaku tidak sesuai harapan maka penggemar (bobotoh) bisa murka semurka murkanya.
Nulis teu paruguh dina twitter, na facebook, dll.
Jadi biasa we cinta mah… Tong berlebih. Pan ceuk agama oge, ngaran na berlebih mah kaditu na bakal goreng.
” Asa dicabok ku Cina Edan ” saur Pahlawan ti Sunda ( hilap namina ) . Eta pribahasa anu ngena ka jero hate ti Pelatih yangg dibebani secara berlebihan. Semangat ! ! ! H. Umuh, Manajemen, Official, DM, Pamaen Persib…
DM bkn dewa. Biarkan dia bkerja utk hsl maksimal bg Persib. Ambil cth Mourinho mbangun Real Madrid. Mou bth 1thn utk bangun pola pmaenan el Real ssuai konsepny. Itupun ddukung sm manajemen el Real. Skrg, apa DM bkerja atas dukungan penuh PT PBB tnp intervensi atw ga?
tah dangukeun bobotoh, cobian ku salira, janten pelatih persib we sadinten, ngarah karasa, tong jd komentator hungkul lah, rujit ningali na ge
nu komentar ge can tangtu alus, bisa na ngan mojokeun hungkul…. hidup persib… hidup penulis…..!!!
siip lah