Connect with us

Arena Bobotoh

Balas di Bandung!

Published

on

jadwal piala presiden PERSIB vs PUSAMANIA BFC leg 2 - balas di bandungAssalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Pertama-tama saya harus mengucapkan tetap tenang kepada seluruh bobotoh sealam dunia. Saya tahu bahwasannya hampir sekitar sepuluh hari ke belakang ini kuping dan hati kita panas. Panas ceuli, panas hate mendengar semua psy war yang dihembuskan oleh pihak Pusamania Borneo FC melalui pelatih mereka, Iwan Setiawan. Kenapa harus tetap tenang? Karena, itulah cara agar kita tetap tenang. Kira-kira begitulah kata Imam Besar The Panasdalam, Pidibaiq.

Harus diakui, pihak Borneo FC telah melakukan marketing gimmick yang baik. Mereka tahu bahwa Persib tim besar dengan pangsa pasar yang juga besar. Mereka berhasil memanfaatkan momen dengan memancing-mancing amarah Djanur, skuad Persib, dan kita warga Bandung dengan berbagai komentar yang menyebalkan. Harapannya sederhana, dengan cara itu, nama Borneo FC bisa dengan seketika melambung naik untuk kemudian menjadi tajuk utama pada banyak media cetak dan elektronik. Trik seperti ini lazim dilakukan oleh artis-artis infotainment yang tidak punya banyak karya tetapi ingin selalu narsis dengan cara menjual gosip.

Dalam kurun waktu seminggu terakhir, Iwan Setiawan berhasil menjadi berita utama di Kota Bandung. Berita Iwan bahkan mengalahkan promo album barunya Zivilia dan membuat kasusnya Ahmad Dhani yang sedang berseteru dengan Farhat Abbas menjadi kasus semenjana. Iwan melalap habis semua kesempatan wawancara media dengan terus menyudutkan Djanur. Dimulai dari statement tentang taktik Djanur yang biasa saja, Persib yang hanya bisa mengumpulkan pemain bintang, sampai meminta wasit yang memimpin jalannya pertandingan bersikap adil.

Kata adalah senjata. Mungkin ini yang jadi prinsip hidup Iwan Setiawan di tahun 2015. Beliau tetiba seperti kerasukan arwah Jose Mourinho. Bedanya, Mou hampir selalu melontarkan kalimat dengan fakta yang ada. Misalnya ketika pertama kali datang ke Inggris dia bilang “Jangan panggil saya arogan, saya adalah juara Eropa, dan saya rasa saya Special one”. Ini mengacu kepada fakta bahwa tahun sebelumnya dia berhasil merebut Piala Champions Eropa bersama FC Porto.

foto-pbfc-vs-persib-piala-presiden-2015-8-besar-samarinda-iwan-setiawan-20150920_4518Dalam hal psy war, kekurangan Iwan saya rasa hanya tinggal dalam penyebutan data saja. Untuk kalimat-kalimat provokasi, sudah oke kok. Kalau boleh saya sempurnakan, begini seharusnya lontaran Iwan Setiawan: “Djanur boleh saja bawa Persib juara ISL 2014, tapi saya lebih keren. Juara Divisi Utama, dengan rekor mendapat 11 penalti dari 12 laga”. Lalu bilang “ehm” sambil usap-usap jambang. Atau, “Taktik Djanur gak ada apa-apanya. Mereka cuma bisa mengandalkan pemain bintang. Lihat dong materi pemain kami, tanpa pemain bintang. M Juni Irawan, Arphany, Ghazali Hamzah, Brayn Muharram. Gak ada yang kenal mereka kan? Borneo FC tuh hebat karena taktik saya memang jitu”. Kali ini tidak usah bilang “ehm” tapi masih harus sambil elus-elus jambang dan sambil melipat-lipat poster Boaz Solossa, Hamka Hamzah, M Robby, Ponaryo Astaman, Diego Michiels dan Feri Pahabol tentunya.

Di kubu Persib, alih-alih ikut terpancing melakukan perang di media, Djanur malah menghimbau bobotoh yang nanti datang ke Jalak untuk tidak terpancing emosi. Di lapangan, serahkan kepada kami. Karena kalau ada insiden, mereka akan memanfaatkannya dengan mengulur-ulur waktu. Ini akan mengganggu konsentrasi kita mengejar gol cepat. Begitu ucapnya. Tidak ada tendensi untuk menyerang balik Iwan misalnya: “Huh, dasar kamu jenggot naga, waktu kami Juara ISL tahun 2014, tim kalian tuh bahkan belum genap berusia setahun. Lagian asal usul kalian tuh darimana sih? Persekaba Super Bangkalan, Persisam, atau Putra Samarinda?”

Dilanjut dengan ”Sejak saya jadi pemain dan cetak gol di final 1986, lalu juara lagi tahun 1990 & 1994, saya belom pernah tuh denger nama Borneo FC”. Sambil melirik manis ke medali Liga Indonesia tahun 1995, ISL U21 tahun 2010, dan ISL 2014. “Lagi pula, saya mah tengsin tuh kalo udah mengundurkan diri, terus gabung lagi masuk ke tim beberapa hari kemudian. Amit-amit deh”.

Tidak sedikitpun ada kata-kata seperti itu yang terlontar. Seperti biasa, pelatih asal Majalengka ini lebih memilih diam, dan cenderung melakukan pembuktian di atas lapangan. Sportif. Sama halnya dengan larangan dia ke pemain apabila ada anak asuhnya yang mengulur-ulur waktu dengan pura-pura cedera. Tipikal pelatih yang walaupun tanpa jambang, tetapi menjunjung tinggi etika profesi.

***

Imbas dari strategi infotainment ala Iwan ini sedikit mengaburkan fakta bahwa belum ada satupun tim yang sedang lolos ke semifinal Piala Presiden. Baik Borneo, maupun Persib. Bahwasannya, partai delapan besar ini menggunakan sistem kandang-tandang. Artinya, kedua tim akan memainkan empat babak. Adu penalti akan menjadi fase terakhir jika skor masih sama kuat.

Persib, begitupun juga Borneo FC, baru memainkan dua babak di Segiri. Akan ada dua babak lanjutan di Si Jalak Harupat. Skor masih 3-2 untuk keunggulan Borneo, yang apabila Persib mencetak gol, lalu mengakhiri pertandingan dengan 1-0, 2-0, ataupun 2-1, Persib akan melenggang ke fase selanjutnya dengan modal gol tandang di Samarinda. Lalu, apa yang sebenarnya sedang Borneo FC rayakan? Tidak ada.

Jacksen F Tiago pernah berujar pada satu kesempatan, bahwa dalam setiap kejuaraan yang bentuknya turnamen (ada finalnya, bukan liga dengan kompetisi penuh) konsistensi itu tidak diperlukan. Kita tidak perlu memenangkan semua laga. Yang diperlukan hanyalah memanfaatkan momentum yang tepat. Sederhananya begini. Seperti di Piala Presiden ini, ada empat babak yang dibagi: 1. Penyisihan, 2. Delapan besar (2 leg), 3. Semifinal (2 leg), 4. Final.

Nah, suatu tim sah-sah saja untuk bermain buruk, kalah, sulit mencetak gol, terseok-seok di babak penyisihan asal mereka bisa merebut tempat lolos babak delapan besar, dengan menjadi runner up misalnya. Setelahnya mereka masih boleh kalah juga di leg 1 delapan besar. Asal di leg 2 mereka menemukan peak untuk mencetak kemenangan yang meloloskan ke semifinal. Begitu juga di semifinal, proporsinya masih sama, ambillah kemenangan yang paling menentukan di partai kedua. Begitu seterusnya hingga final.

Pentingnya peak performance ini contoh konkritnya bisa kita lihat sewaktu Persib juara ISL tahun 2014 lalu. Kita mendapatkan peak naik turun di babak penyisihan, kemudian lolos 8 besar. Di 8 besar pernah digasak PBR, tetapi masih tetap lolos. Di semifinal, Persib kalah pada babak pertama, untuk kemudian menyamakan kedudukan, dan unggul mutlak di perpanjangan waktu. Ini yang dimaksud oleh Jacksen akan tidak pentingnya konsistensi dalam sebuah turnamen. Siapa yang bisa menang tepat pada waktunya, dia yang akan keluar sebagai juara. Sebaliknya, dia yang kalah tepat pada waktunya, akan gugur. Tidak peduli seberapa hebat permainan, atau psy war yang dilancarkan.

Faktor Vlado
Dalam pertandingan dengan profil tinggi seperti ini, entah kenapa, saya selalu tertarik untuk mengamati Vladimir Vujovic. Tanpa mengecilkan peran pemain lain yang juga saya hormati, dialah sebenar-benarnya pemantik tim yang tepat untuk meledak. Vlado selalu hadir di saat yang dibutuhkan. Energinya mengalahkan semua kelemahan yang dia punya. Saya tidak akan pernah melupakan apa yang diperbuat oleh “orang gila” asal Budva ini ketika semifinal di Palembang. Ketika tim sudah hilang arah dan tidak tahu apa yang harus diperbuat, Vlado menjaga titik api untuk tidak padam.

Melelahkan melihat Vlado bermain malam itu. Dia harus menjaga pertahanan, berteriak-teriak menyemangati tim tanpa henti, dibombardir kanan kiri oleh Locco Gonzalez dan Gustavo Lopez, lalu maju untuk akhirnya dia sendiri yang menyelamatkan nyawa tim di titik nadir.

foto-pbfc-vs-persib-piala-presiden-2015-8-besar-samarinda-vladimir-vujovic-20150920_8474Di Segiri, dia juga yang menjaga api harapan itu tetap ada. Energinya lagi-lagi terjaga. Persib ketinggalan 3-1, dia maju pada menit-menit akhir pertandingan, kemudian mencetak gol untuk mengubah skor menjadi 3-2. Selebrasinya masih sama, berlari ke pinggir lapangan dengan mata melotot seperti yang akan keluar dari tempatnya, dengan pipi yang merah padam. Kepalan kedua tangannya menyiratkan bahwa kita tak akan pernah bisa dipecundangi oleh apapun. Bedanya, di Segiri dia memberikan gestur untuk menutup mulut terhadap Iwan Setiawan. Golnya membuat defisit Persib hanya tinggal 1 gol. Gol tandang yang akan berarti banyak nantinya.

Melihat Vlado seperti melihat api bekerja. Iwan menyulut sumbu untuk memancing Vlado mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan tanpa batas.

“Saya sudah izin kepada coach, jika kami memenangkan pertandingan di Bandung, saya sendiri yang akan maju ke konferensi pers”. Begitu ucap Vlado ketika dia mendengar sesumbar Iwan Setiawan sudah melewati ambang batas pemaklumannya.

Ambil Vlado, ambil mic itu. Berbicaralah selantang-lantangnya. Buatlah mereka hancur dan terbenam. Kami sudah cukup terusik dengan apa yang kami terima selama seminggu ke belakang. Jika boleh saran, seranglah area kiri mereka yang diisi oleh Diego Michiels, di sana titik lemah Borneo FC. Berikan lagi energimu yang terbaik, jika kita lolos, biarkan kami yang memberi tahu Luna di Serbia sana, bahwa ayahnya adalah seorang militan yang sangat kami hormati, sehormat-hormatnya.

Kami bobotoh, dan kamu, serta semua pemain dan pelatih pernah berpegangan erat di Palembang. Jangan pernah ragu dan takut, kami sudah tentu dan pasti akan berada di belakang kalian lagi pada Sabtu ini dengan segala kemampuan dan ketidakmampuan. Sabtu ini, mari kita bertempur kembali untuk membungkam semua. Balas kekalahan di Segiri, ucapkan sayonara kepada mereka, Balas di Bandung, Balas di Bandung!

Penulis berakun twitter @riphanpradipta.

gambar-persib-bandung-simastore-banner-02

Advertisement
24 Comments

24 Comments

  1. Joe Dynto

    26/09/2015 at 11:22

    Salut kang… pencerahan yg luar bias
    a… go Ahead persib…!!!!!

  2. markojae

    26/09/2015 at 11:49

    Artikel nu alus..sip lah mudah2 an persib lolos k semifinal n juara deui..amiiiiin..hidup bobotoh kabeh

  3. bidhuan

    26/09/2015 at 13:09

    Keren… artikel ieu jadi trending topik di twitter…

  4. bandungholic

    26/09/2015 at 14:06

    Mewek uing maca artikel ieu, alus pisan, jadi hayang milu maen bola lawan PBFC

  5. Pangeran Biru

    26/09/2015 at 21:01

    Alhamdulillah persib menang, Allah maha adil

  6. luki

    26/09/2015 at 21:43

    iwan gam (gelembus angin malam), hidup persib

  7. oqi sapta

    27/09/2015 at 17:34

    Hade wae si aKang, bisa jadi mentor saya,engke di bere NIKITA WILLY. #PERSIB JUARA DEUI

  8. fakhri

    27/09/2015 at 21:03

    murigrig aing maca ieu artikel…..alus luuurr
    HIDUP PERSIB….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Arena Bobotoh

Persib Tim Spesialis Kampanye?

Published

on

Saat membaca ini, bobotoh di lini masa X pasti sedang banyak melihat seliweran poto dan info mengenai tim Persib Legend dengan menggunakan kaos bertuliskan salah satu calon presiden, Ganjar Pranowo. Dan pernyataan resmi klub tidak berafiliasi dengan mereka dan satu sosok calon presiden tertentu (atau dengan yang lain? #eh).

Jika kita bicarakan sedikit sejarah, sejauh yang saya baca, Persib dan suporternya termasuk salah satu entitas yang cukup aktif di sepakbola indonesia saat ada momentum politik. Kita mungkin masih ingat saat manager dan pemain Persib ikut kampanye politik pilbup Sumedang, juga saat sebagian suporter ikut kampanye calon legislatif, gubernur Jawa Barat pernah dijadikan duta tim, dan terakhir bagaimana munculnya komunitas bobotoh Jokowi pada tahun 2019 dan sekarang muncul fenomena Persib Legend ini.

Peneliti Halim dan Lalongan pernah menjelaskan bahwa sebuah partisipasi poliitk bisa dilakukan secara individual ataupun kolektif atau bersama-sama. Yang dilakukan secara individu biasanya tidak menimbulkan friksi di maksyarakat, namun jika dilakukan secara kolektif biasanya menimbulkan friksi, apalagi menyangkut suatu budaya populer yang sudah sangat menempel sebagai satu identitas kedaerahan, misalnya Persib.

Tapi kenapa pesona Persib begitu menawan untuk para elit dan kelompok politik? Teddy Tjahjono (dilansir bola.net) pernah mengkliam jika Persib memiliki 22 juta suporter, angka ini tentu sangat signifikan jika kita kaitkan pada sisi politik. Daftar pemilih tetap KPU untuk tahun 2024 sebanyak 204 juta penduduk. Bisakah terbayang berapa persen jika satu elit atau satu kelompok politik memiliki 2-30 persen dari 22 juta orang pendukung Persib Bandung saja. Dari angka itu sekilas kita tahu, Persib merupakan medium yang menarik untuk “terlibat” dalam politik. Kita pun seakan sudah tidak aneh lagi melihat gimmick politik dimana elit atau kelompok politik, menggunakan pernak-pernik Persib saat pemilihan umum, misal poto sambil membawa syal Persib saat musim kampanye, atau tiba-tiba menggunakan jaket Persib saat foto untuk baligo demi kepentingan elektoral, tapi apakah harus biasa dan mengerti? Negara kita mengatur akan hak ini dalam Pasal 43 Ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dinyatakan, “setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”, jadi bebaskeun.

TAPI, dalam setiap kampanye politik, dalam format apapun itu, sistem penyaringan ada pada diri individu, diartikan setiap bobotoh punya kuasa atas dirinya sendiri, apa dia mau menerima informasi dan melaksanakan akan pesan politik yang disebarkan lewat klub atau kelompok suporternya tersebut atau tidak?
Kita tarik sedikit ke masa lalu, federasi sepakbola (PSSI) di Indonesia memang terbentuk atas dasar politik, sebagai sarana pemersatu bangsa Indonesia untuk melawan penerintahan Belanda saat itu. Jadi jika sekarang masih berpolitik, apakah Persib dan sepakbola Indonesia pada umumnya memang sudah ditakdirkan untuk selalu dekat dengan perpolitikan?

Saya jadi teringat salah satu adegan di The Simpsons, dimana Burney Gumble seorang pemabuk, melihat kampanye Mr. Burns, dia bilang “pemilihan umum? Bukankah itu saat para politikus menutup pintu mereka (untuk mendengarkan suara rakyat) bukan?”, every man for themselves, wahai bobotoh!

Ditulis oleh Kiki Esa Perdana. Penulis adalah bobotoh biasa saja yang kebetulan suka politik.

Lanjut Membaca

Arena Bobotoh

Mau Sampai Kapan?

Published

on


Pertandingan sudah memasuki pekan ke-8, Persib Bandung mencatatkan 1 kemenangan, 5 imbang, dan 2 kali kalah. Faktanya Persib berada di jurang degradasi, jurang degradasi! Melihat fakta seperti ini jelas sangat menyedihkan bagi Bobotoh Persib. Sampai pekan terakhir liga sehingga Persib degradasi? Siapa yang akan bertanggung jawab bila seperti ini? Tak terbayangkan bila Persib harus berjuang di liga 2, sungguh tak terbayangkan. Mau sampai kapan?

Keruwetan klub Persib sudah terlihat dari banyaknya persoalan yang sedang dihadapi, dari mulai persiapan yang tidak optimal, rombongan pelatih yang keluar secara mendadak pada pekan ke-3, pemain asing yang cedera pada debutnya, hubungan dengan suporter yang merenggang, hukuman untuk beberapa pemain yang terprovokasi sehingga mendapatkan sanksi dari komdis, serta stadion yang terlihat tidak full. Mau sampai kapan?

Akar masalah dari persoalan ini tampak jelas. Segera lakukan pendekatan dari semua elemen dari mulai manajemen, pelatih, pemain, serta suporter sehingga bisa mengembalikan Persib kembali kepada jalurnya. Perbaikan hubungan dengan Bobotoh menjadi hal yang krusial mengingat Persib sedang membutuhkan dukungan yang nyata dari suporternya. Sebesar apapun sebuah klub, bila tanpa dukungan yang nyata akan sangat berpengaruh terhadap performa pemain di atas lapangan. Pemain di locker room pun sepertinya selain faktor teknis ganti pelatih ganti strategi, tahu betul bahwa faktor persoalan dari luar lapangan mempengaruhi mental para pemain. Mau sampai kapan?

Saya meyakini bahwa semua elemen menginginkan yang terbaik untuk Persib. Persoalan yang berlarut akan sangat merugikan untuk klub Persib. Sebelum semuanya terlambat alangkah baiknya lakukan pendekatan dengan duduk bersama, saling menghargai pendapat, lupakan ego sejenak. Karakter budaya urang Sunda mah sangat besar dan mudah memaafkan. Saya hanya ingin Persib kembali ke jalur juara, sungguh ini sangat menyedihkan. Mau sampai kapan?

Penulis Tyas Agung Pratama (@tyspra), sehari-hari mencerdaskan anak bangsa. Bobotoh yang ingin kembali Persib juara.

Lanjut Membaca

Arena Bobotoh

Melupakan Persib Bandung Saat Ini Sebagai Warisan Budaya

Published

on

Pada Podcast Simamaung Episode 24 (ditayangkan 6 September 2020) terdapat pernyataan dari narasumber episode tersebut (Hevi Fauzan). Disebutkan bahwa setelah kemerdekaan Republik Indonesia, aset-aset KNIL sekitaran jalan yang saat ini nama pulau (Jalan Manado, Jalan Ambon, Jalan Bali, Jalan Lombok dan seterusnya) diakuisisi oleh Angkatan Darat saat itu dengan mendirikan Divisi Siliwangi. Termasuk diantaranya lapangan sepak bola yang kemudian akhirnya dibangun menjadi sebuah stadion pada 1954 sebagai bagian dari persiapan ulang tahun Divisi Siliwangi ke-10, yang diberi nama Stadion Siliwangi.

Penamaan Siliwangi erat dengan budaya Sunda karena salah satu nama yang dibanggakan oleh orang Sunda terkait dengan sejarah Prabu Siliwangi. Walaupun nantinya perbedaan cerita Prabu Siliwangi namun benang merah sejarah terkait penggunaan logo Maung yang sejatinya binatang asli Jawa Barat dengan nama ilmiah (subspecies) Panthera Tigris Sondaica yang pada akhirnya patut kita hormati sebagai bagian sejarah Persib Bandung yang mengakar dan menjadi cerita karena Stadion Siliwangi sendiri menjadi bagian dari estafet perkembangan Persib Bandung.

Diceritakan juga bagaimana pernah ada saksi sejarah pertandingan Persib Bandung melawan PSV Eindhoven seorang bapak tua dari Cianjur dan teman-temannya saat itu menggunakan angkutan umum untuk datang ke Stadion Siliwangi dan memiliki kebanggaan untuk menceritakan pertandingan tersebut kepada orang lain ataupun anak dan atau cucunya kelak. Persib Bandung menjadi sangat melekat dengan Stadion Siliwangi karena pada saat itu dianggap representatif dan termegah pada zamannya hingga akhirnya bertahap Persib Bandung pindah ke Stadion Si Jalak Harupat.

Kembali pada waktu lampau, saat Persib Bandung masih dikelola pemerintah kota Bandung dimana Persib Bandung sebagai karakter dan budaya yang mengakar karena dianggap mewakili identitas, semangat dan bagian hidup orang Sunda umumnya Jawa Barat. Level fanatisme yang terjadi sudah tidak terlihat dengan penggunaan identitas Persib Bandung namun terlihat dari antusiasme dan cara ekspresi Bobotoh yang menceritakan Persib Bandung dari masa ke masa sehingga jumlah Bobotoh berkembang dan membentuk kelompok-kelompok pendukung Persib Bandung.

Sehingga menimbulkan transisi sejarah cerita Persib Bandung dari Stadion Siliwangi ke Stadion Si Jalak Harupat hingga ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api, namun transisi sejarah ini juga tetap melekat dan meninggalkan banyak cerita dukungan Bobotoh mendukung Persib Bandung. Banyak juga kita temukan fakta bahwa tidak semua Bobotoh yang datang ke Stadion dapat masuk menonton langsung. Namun saat ini kita hanya dapat mengenang romantisme bagaimana mendengarkan siaran tandang Persib Bandung melalui Radio RRI, memanjat pohon atau tiang lampu di Stadion Siliwangi untuk melihat pertandingan langsung dan hal lain yang menjadi kenangan dalam cerita mendukung Persib Bandung.

Memasuki era industri saat ini, kita belum melihat langkah PT Persib Bandung Bermartabat menjadikan Persib Bandung sebagai Intengible Heritage (Warisan budaya tak benda dalam konteks Persib Bandung sebagai nilai hidup dan turun temurun). Entah itu didaftarkan pada UNESCO ataupun sebagai bagian dari konsep PT Persib Bandung Bermartabat dalam mengelola fanatisme Bobotoh di tengah perpaduan pengelolaan era industri dari era budaya yang menjadikan jarak yang terlalu jauh saat ini.

Pengelolaan tiket, pengelolaan hubungan dengan kelompok Bobotoh dan cara interaksi dalam media sosial menjadi hal yang saat ini disorot oleh kelompok Bobotoh. Belum lagi konflik internal pelatih dan pemain yang menjadi bulan-bulanan bagi Bobotoh. Tentu hal ini sangat mengganggu dan membuat kharisma Persib Bandung sebagai budaya menjadi sangat rumit karena tuntutan industri dan rasa memiliki dari kelompok Bobotoh.

Salah satu yang dibutuhkan saat ini bagi pemain dan bagi pelatih baru Persib Bandung adalah memahami dan menunjukkan di lapangan semangat Persib Bandung dengan karakter dalam bermain sehingga identitas Persib Bandung muncul kembali sehingga dapat mengangkat moral elemen Persib Bandung, sebagai contoh kita sebagai Bobotoh akan selalu yakin Persib Bandung dapat menunjukkan semangat berjuang dalam bermain walaupun tertinggal gol. Kita dapat melihat pertandingan Persib Bandung melawan Arema Malang di Stadion Si Jalak Harupat pada 2014 yang berkesudahan 3-2, dimana saat babak pertama tertinggal 0-2, semangat dan karakter Tantan saat itu menjadi titik balik kemenangan, apakah pada saat itu Tantan menerima strategi khusus dari Djadjang Nurjaman? Dalam cerita yang kita tahu tidak ada, semangat moral dan karakter yang akhirnya menjadi pembeda.

Semoga masalah karakter dan semangat moral ini dapat diperbaiki setelah kekalahan melawan PSM Makassar kemarin dan dijawab oleh pelatih baru, mengembalikan karakter ini penting sebelum aplikasi strategi dalam konteks Persib Bandung. Saat ini melupakan pertandingan Persib Bandung menjadi hal yang mudah karena akses mendapatkan tiket menjadi panjang, menyaksikan pada televisi juga menjadi hal yang mudah ditinggalkan cukup dengan mengetahui hasil akhir. Semua terjadi karena jauhnya pengelolaan Persib Bandung dari fase budaya, konflik dengan kelompok Bobotoh adalah hal yang seharusnya tidak terjadi.

Kita juga berharap PT Persib Bandung Bermartarbat dapat mengubah pola pengelolaan untuk dapat lebih merangkul kelompok Bobotoh sehingga tidak menghilangkan landasan budaya sebelum akhirnya berbicara pengelolaan yang jauh lebih teknis dan lebih industrial.

Ditulis Yosha Rory, dengan akun Twitter @roryosha

Lanjut Membaca
Bir kaç senedir çalıştığım iş yerinde patronla aram çok iyi porno izle Patron ara sıra beni evine gönderiyor ve oradaki işleri yapmamı istiyor porno gif Karısına yardım ediyorum türk porno evde bozulan şeyleri tamir ediyorum porno bahçe işlerini hallediyorum porno izle Yeri geliyor çamaşırları bile yıkıyorum bedava porno Tabi evlerine gittiğim zaman karısıyla yalnız oluyoruz sex patronum tüm gün şirkette oluyor porno izle Herifin karısı 44 yaşında olmasına rağmen çok çekici seksi birisi porno resimler İlgimi çekiyor fakat işimi kaybetmek istemediğim için kadına bakmamaya çalışıyorum porno İşim bittikten sonra salonda televizyon bakıyordum porno indir bu sırada patronun karısı iç çamaşırlarıyla yanıma gelip karşımda durdu porno sikimi açıp yalamaya başladı porno ve ağzına boşaldım.
Advertisement

Komentar Bobotoh

Arsip

Trending