Atlet Juga Melakukan Pencitraan
Thursday, 19 May 2011 | 12:59
Program pelatihan ala militer yang dijalankan oleh beberapa tim cabang olah raga untuk SEA Games disebut pelatih Persib Bandung, Daniel Roekito dapat meningkatkan mental, fisik, disiplin, komitmen, dan rasa kebersamaan yang signifikan bagi para atletnya.
Namun khusus untuk timnas sepakbola U23, Daniel mengatakan bahwa program ini harus ditunjang dan dilanjutkan dengan program pelatihan teknik dan taktik yang intensif pula. Sebab, dalam sepakbola, faktor mental adalah faktor dasar yang mendukung faktor utama yaitu teknis dan strategi.
“Pelatihan yang sekarang dijalankan di Kopassus sama sekali tidak menyentuh sisi teknis sehingga sentuhan mereka akan turun. Hal ini perlu ditingkatkan lagi pada program timnas selanjutnya,” kata Daniel Roekito kepada Simamaung di mes Persib, Rabu (18/5/2011).
Menurutnya, walau nantinya mempunyai mental yang bagus, namun tidak menjamin prestasi akan datang dengan sendirinya. Program pelatihan secara keseluruhan yang dibuat oleh pelatih lah yang menentukan keberhasilan timnas di ajang multi event se-Asia ini.
“Prestasi itu bisa tercapai jika program pelatihan yang dirancang pelatih secara keseluruhannya berjalan dengan lancar. Dan program ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh para atletnya. Didukung oleh banyak pihak dan banyak faktor,” lanjutnya.

Daniel juga menyoroti perihal tingkah laku pemain sepakbola sekarang yang lebih memanfaatkan sorotan media terhadap program latihan berat sebagai pencitraan dirinya semata.
Tanpa mau menyebutkan nama, namun dirinya melihat bahwa ada beberapa atlet yang menjalankan program pelatihan intensif tidak dengan hati. Mereka asal ikut dengan harapan disorot media, namun tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan pelatihannya.
“Ini yang menjadi masalah di Indonesia sekarang. Semua orang melakukan pencitraan, sehingga melupakan tugasnya yang utama,” kata Daniel.
Untuk Persib sendiri, ia mengatakan bukan mustahil untuk menerapkan program latihan ala militer seperti yang dilakukan beberapa cabor ini, namun tepatnya hal ini dilakukan di awal persiapan tim sebelum kompetisi bergulir.
“Membentuk mental itu tidak mudah. Ada pemain yang sudah mempunyai mental bagus melalui proses yang panjang. Kehidupan diluar sepakbola juga bisa dijadikan bahan pelatihan mental dan disiplin. Seperti contohnya disiplin dalam mejaga kesehatan,” tuturnya.

Program pelatihan ala militer yang dijalankan oleh beberapa tim cabang olah raga untuk SEA Games disebut pelatih Persib Bandung, Daniel Roekito dapat meningkatkan mental, fisik, disiplin, komitmen, dan rasa kebersamaan yang signifikan bagi para atletnya.
Namun khusus untuk timnas sepakbola U23, Daniel mengatakan bahwa program ini harus ditunjang dan dilanjutkan dengan program pelatihan teknik dan taktik yang intensif pula. Sebab, dalam sepakbola, faktor mental adalah faktor dasar yang mendukung faktor utama yaitu teknis dan strategi.
“Pelatihan yang sekarang dijalankan di Kopassus sama sekali tidak menyentuh sisi teknis sehingga sentuhan mereka akan turun. Hal ini perlu ditingkatkan lagi pada program timnas selanjutnya,” kata Daniel Roekito kepada Simamaung di mes Persib, Rabu (18/5/2011).
Menurutnya, walau nantinya mempunyai mental yang bagus, namun tidak menjamin prestasi akan datang dengan sendirinya. Program pelatihan secara keseluruhan yang dibuat oleh pelatih lah yang menentukan keberhasilan timnas di ajang multi event se-Asia ini.
“Prestasi itu bisa tercapai jika program pelatihan yang dirancang pelatih secara keseluruhannya berjalan dengan lancar. Dan program ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh para atletnya. Didukung oleh banyak pihak dan banyak faktor,” lanjutnya.
Daniel juga menyoroti perihal tingkah laku pemain sepakbola sekarang yang lebih memanfaatkan sorotan media terhadap program latihan berat sebagai pencitraan dirinya semata.
Tanpa mau menyebutkan nama, namun dirinya melihat bahwa ada beberapa atlet yang menjalankan program pelatihan intensif tidak dengan hati. Mereka asal ikut dengan harapan disorot media, namun tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan pelatihannya.
“Ini yang menjadi masalah di Indonesia sekarang. Semua orang melakukan pencitraan, sehingga melupakan tugasnya yang utama,” kata Daniel.
Untuk Persib sendiri, ia mengatakan bukan mustahil untuk menerapkan program latihan ala militer seperti yang dilakukan beberapa cabor ini, namun tepatnya hal ini dilakukan di awal persiapan tim sebelum kompetisi bergulir.
“Membentuk mental itu tidak mudah. Ada pemain yang sudah mempunyai mental bagus melalui proses yang panjang. Kehidupan diluar sepakbola juga bisa dijadikan bahan pelatihan mental dan disiplin. Seperti contohnya disiplin dalam mejaga kesehatan,” tuturnya.

sing kahade manajemen Persib ulah daek kapincut ku para pamaen nu memang menonjolkeun pencitraan tibatan prestasina….
Ceuk kuring mah peurlu latihan ngawangun karakter nu kuat ala militer teh, sabab bisa ngaronjat keun kakuatan fisik, kontrol emosi, mental, disiplin pamaen, sumangeut juang, jeung bisa leuwih madukeun gawe bareung atw kakompakan tim.
Mun di persibmah si markus meuren nya..lbh menonjol kan pencitraan tibatan brdisiplin,nu akhirna terjdilah insiden banting gelas,mf lain ngulang2 kajadian nu enggeus2 tpi ieu pikeun conto kanggo pemaen persib nu akn dtng bahwa lain alus kalakuan kitu teh, nu aya kalakah club jdi ancur,.eweh prestasina.
ayaya weh..
mun bade perang tah kedah latian jiga kitu,,
mun bade tanding tah contoh sir alex nu keur nglatih..
sepakbola Indonesia makin ksini makin aneh n makin tdk bisa dibedain mana tarkam mana liga #abaikan
di indonesia mah serba dadakan hayang juara maen bola karek latihan militer…di korea selatan mah uy…wajib militer teh wajib keur rakyatna kabeh lain nu rek maen bola wungkul…matak negarana maju teu jiga indonesia…tp lumayan lah sakitu oge aya kamajuan…ngan mun bisa mah PAMAEN PERSIB oge kudu di wajibkeun latihan militer…mun hayanag juara mah…!
ajip….yah euy komo lamun pemain persib ngiluan mah pasti seru,,.,,,!!!!