Atep Sadar Akan Rivalitas Suporter
Sunday, 23 February 2014 | 15:32
Hasil akhir dari pertandingan sarat gengsi antara Persib Bandung kontra rival abadinya yaitu Persija Jakarta seharusnya sudah kita ketahui pada hari ini. Tetapi lantaran laga yang direncanakan akan digelar Di Stadion Si Jalak Harupat, Sabtu (22/2) itu tidak mendapat izin kepolisian, sehingga tidak jadi dilaksanakan. Status pertandingan itu juga saat ini masih terkatung karena masih dikaji oleh PT Liga Indonesia.
Semua pihak boleh jadi mengalami kekhawatiran terkait belum jelasnya status tersebut, sebab Persib masih bisa menerima keputusan terburuk yaitu dinyatakan kalah WO apabila panpel dinilai tidak menyiapkan persyaratan pertandingan. Untuk itu, gelandang Persib yang juga menyandang predikat kapten, Atep meminta agar bobotoh mau untuk bersikap lebih dewasa.
“Saya sih melihat dari pemain mengharapkan damai ya dari bobotoh, seperti kalau kita main di kota lain kan enak. Main juga aman ga ada masalah tapi kita mengembalikan kepada mereka. Semoga banyak perubahanlah dari mereka,” ujar Atep saat diwawancara di Mess Persib.
Atep memang mengakui bahwa perseteruan 2 kelompok suporter ini adalah “bumbu-bumbu penyedap” dalam persaingan 2 klub terbaik di Indonesia. Atep sebagai pemain yang pernah bermain di kedua tim menilai pertandingan antara Persib dan Persija sudah seperti El Clasico, istilah pertandingan akbar antara Barcelona melawan Real Madrid di ranah Spanyol. Tapi yang membedakan antara Indonesia dan Spanyol adalah sikap kedewasaan para suporternya.
“Memang perseteruan ini yang membuat persaingan menjadi tetap hidup. Pertandingan Persib lawan Persija itu kan bisa dibilang el clasico-nya Indonesia. Mereka juga berseteru dan pendukungnya saling mencintai klub masing-masing tapi kan di sana tidak pernah sampai ada kericuhan,” ungkap Atep.
Mereka jelas saling berseteru saat berada di dalam lapangan tetapi saat seusai pertandingan, semua kembali berjalan normal dan tidak ada sikap destruktif atau apapun yang mengganggu kenyamanan warga sipil lain. Karena pada akhirnya klub lah yang harus menerima imbas dari kelakuan buruk tersebut.
“Mungkin di dalam pertandingan boleh kita panas tapi di luar seharusnya biasa saja dan damai. Kita boleh mencintai boleh ada rasa memiliki tapi ya jangan anarkis sampai merugikan orang lain apalagi tim sendiri,” tutupnya.

Hasil akhir dari pertandingan sarat gengsi antara Persib Bandung kontra rival abadinya yaitu Persija Jakarta seharusnya sudah kita ketahui pada hari ini. Tetapi lantaran laga yang direncanakan akan digelar Di Stadion Si Jalak Harupat, Sabtu (22/2) itu tidak mendapat izin kepolisian, sehingga tidak jadi dilaksanakan. Status pertandingan itu juga saat ini masih terkatung karena masih dikaji oleh PT Liga Indonesia.
Semua pihak boleh jadi mengalami kekhawatiran terkait belum jelasnya status tersebut, sebab Persib masih bisa menerima keputusan terburuk yaitu dinyatakan kalah WO apabila panpel dinilai tidak menyiapkan persyaratan pertandingan. Untuk itu, gelandang Persib yang juga menyandang predikat kapten, Atep meminta agar bobotoh mau untuk bersikap lebih dewasa.
“Saya sih melihat dari pemain mengharapkan damai ya dari bobotoh, seperti kalau kita main di kota lain kan enak. Main juga aman ga ada masalah tapi kita mengembalikan kepada mereka. Semoga banyak perubahanlah dari mereka,” ujar Atep saat diwawancara di Mess Persib.
Atep memang mengakui bahwa perseteruan 2 kelompok suporter ini adalah “bumbu-bumbu penyedap” dalam persaingan 2 klub terbaik di Indonesia. Atep sebagai pemain yang pernah bermain di kedua tim menilai pertandingan antara Persib dan Persija sudah seperti El Clasico, istilah pertandingan akbar antara Barcelona melawan Real Madrid di ranah Spanyol. Tapi yang membedakan antara Indonesia dan Spanyol adalah sikap kedewasaan para suporternya.
“Memang perseteruan ini yang membuat persaingan menjadi tetap hidup. Pertandingan Persib lawan Persija itu kan bisa dibilang el clasico-nya Indonesia. Mereka juga berseteru dan pendukungnya saling mencintai klub masing-masing tapi kan di sana tidak pernah sampai ada kericuhan,” ungkap Atep.
Mereka jelas saling berseteru saat berada di dalam lapangan tetapi saat seusai pertandingan, semua kembali berjalan normal dan tidak ada sikap destruktif atau apapun yang mengganggu kenyamanan warga sipil lain. Karena pada akhirnya klub lah yang harus menerima imbas dari kelakuan buruk tersebut.
“Mungkin di dalam pertandingan boleh kita panas tapi di luar seharusnya biasa saja dan damai. Kita boleh mencintai boleh ada rasa memiliki tapi ya jangan anarkis sampai merugikan orang lain apalagi tim sendiri,” tutupnya.

Fuck off ismed sopiyan
fuck asep oknum pemecah belah suporter
kalakuan jiga sia nu ngarugiken persib
duh meni sae kitu bahasa inggeris na…diajar dimana kang Asep “Fuck Off”…haha…
kang Atep etateh bakat ku simpatik ngan ka leuleuwihi jadi ngaco
NU ngaco mah oknum anu sok nyebut fuck-fuck an siga si Asep tah,, k ngarugikeun ka salarea.. kudu di swipping
ekspresi pemain persib pikaseurian di foto luhur, hahaha
bobotoh ngora nu mtak ngarugikeun persib teh