Askot PSSI Bandung Masih Eksis Lakukan Pembinaan
Thursday, 09 July 2015 | 15:44
Di tengah pembekuan yang dialamatkan kepada induk organisasi sepakbola nasional oleh Menpora, Asosiasi Kota (Askot) PSSI Bandung menggelar acara buka bersama di sekretariat mereka, Rabu (8/7) kemarin. Dalam gelaran tersebut, selain bertujuan untuk menjalin silaturahmi dengan 36 PS (Persatuan Sepakbola), momen ini pun untuk menunjukkan bahwa Askot masih eksis untuk menghimpun klub-klub amatir di Kota Kembang.
Disampaikan oleh ketua Askot kota Bandung, Yana Mulyana, bahwa saat ini pihaknya masih aktif menggelar kompetisi usia dini. “Buat kita saat ini di Askot, kita tidak mau terpengaruh situasi PSSI di tingkat pusat. Kita masih kompak dengan PS di Bandung. Kompetisi usia 12, 15 dan 17 kita masih jalan. Hanya kita prihatin karena hasil pembinaan kita, ga tau mau kemana,” ujarnya saat diwawancara di Sekretariat Askot Bandung, Jalan Gurame.
Dampak dari perselisihan ini dianggap oleh Yana menjadi kerugian semua pihak, karena masyarakat tidak mendapat hiburan dari olahraga yang paling digemari di tanah air. Terlebih bagi benih-benih potensial yang tidak tahu dimana muara mereka karena kompetisi level profesional saat ini sedang mati suri. Padahal banyak dari anak muda yang berharap bisa mencari nafkah dari industri sepakbola dan merelakan pendidikan akademis mereka.
“Kita masih ada pembinaan di berbagai umur termasuk di U-15 tapi kan (piala) Haornas-nya ga ada, Suratin juga ga ada. Tugas di klub amatir kita punya kewajiban menyalurkan pemain untuk main di klub, tapi ga ada kompetisinya,” ujarnya.
“Mereka kan anak-anak. Banyak yang berhenti sekolah dan masuk sekolah bola. Dan ketika ditanya kenapa ga sekolah, mereka menganggap di sepakbola itu ada sesuatu yang menjanjikan. Kita sebagai penyalur pemain mempunyai tanggung jawab moral,” lanjutnya.
Pria yang menjabat sejak akhir 2013 lalu menggantikan posisi Dada Rosada tersebut meminta kedua pihak yang berseteru untuk berbesar hati. Dia tidak tega melihat klub dan pemain yang nasibnya kini terkatung-katung.
“Harusnya pemerintah jadi orang tua, kalau ada kesalahan di PSSI jangan bakar rumahnya, tikusnya aja tangkap. Kalau memang tidak ada transparansi, katanya ada mafia ya buka dong,” pungkasnya.


Di tengah pembekuan yang dialamatkan kepada induk organisasi sepakbola nasional oleh Menpora, Asosiasi Kota (Askot) PSSI Bandung menggelar acara buka bersama di sekretariat mereka, Rabu (8/7) kemarin. Dalam gelaran tersebut, selain bertujuan untuk menjalin silaturahmi dengan 36 PS (Persatuan Sepakbola), momen ini pun untuk menunjukkan bahwa Askot masih eksis untuk menghimpun klub-klub amatir di Kota Kembang.
Disampaikan oleh ketua Askot kota Bandung, Yana Mulyana, bahwa saat ini pihaknya masih aktif menggelar kompetisi usia dini. “Buat kita saat ini di Askot, kita tidak mau terpengaruh situasi PSSI di tingkat pusat. Kita masih kompak dengan PS di Bandung. Kompetisi usia 12, 15 dan 17 kita masih jalan. Hanya kita prihatin karena hasil pembinaan kita, ga tau mau kemana,” ujarnya saat diwawancara di Sekretariat Askot Bandung, Jalan Gurame.
Dampak dari perselisihan ini dianggap oleh Yana menjadi kerugian semua pihak, karena masyarakat tidak mendapat hiburan dari olahraga yang paling digemari di tanah air. Terlebih bagi benih-benih potensial yang tidak tahu dimana muara mereka karena kompetisi level profesional saat ini sedang mati suri. Padahal banyak dari anak muda yang berharap bisa mencari nafkah dari industri sepakbola dan merelakan pendidikan akademis mereka.
“Kita masih ada pembinaan di berbagai umur termasuk di U-15 tapi kan (piala) Haornas-nya ga ada, Suratin juga ga ada. Tugas di klub amatir kita punya kewajiban menyalurkan pemain untuk main di klub, tapi ga ada kompetisinya,” ujarnya.
“Mereka kan anak-anak. Banyak yang berhenti sekolah dan masuk sekolah bola. Dan ketika ditanya kenapa ga sekolah, mereka menganggap di sepakbola itu ada sesuatu yang menjanjikan. Kita sebagai penyalur pemain mempunyai tanggung jawab moral,” lanjutnya.
Pria yang menjabat sejak akhir 2013 lalu menggantikan posisi Dada Rosada tersebut meminta kedua pihak yang berseteru untuk berbesar hati. Dia tidak tega melihat klub dan pemain yang nasibnya kini terkatung-katung.
“Harusnya pemerintah jadi orang tua, kalau ada kesalahan di PSSI jangan bakar rumahnya, tikusnya aja tangkap. Kalau memang tidak ada transparansi, katanya ada mafia ya buka dong,” pungkasnya.
