(Arena Bobotoh) Tribun Stadion, Antara Terror dan Trend Foto Selfie
Monday, 29 August 2016 | 16:09
“Entah apa yang ada dipikiran para petinggi negara tersebut saat melakukan foto selfie di tengah duka atas kepergian Mandela”. Ungkap Jamie Wilson, salah seorang editor The Guardian.
Pernyataan Jamie tersebut diungkapkan sebagai bentuk protes atas sikap Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Perdana Menteri Denmark Helle Thorning-Schmidt dan Perdana Menteri Inggris David Cameron saat menghadiri prosesi penghormatan terakhir Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela pada 1 Desember 2013 silam, dalam acara sakral tersebut, ketiga kepala negara itu malah asik berselfie ria menggunakan smartphone BlackBerry Z10 miliknya.
Tak pernah ada data akurat yang mencatat sejak kapan foto selfie menjadi trend di kalangan masyarakat, namun yang pasti tujuan utama selfie adalah untuk menunjukkan eksistensi si pelaku di suatu tempat, agar nantinya dapat dibagikan di akun media sosial miliknya. Pendeknya, si pelaku bisa “bernarsis-narsis ria” kepada seluruh dunia bahwa ia pernah berada di suatu tempat dan di moment spesial menurutnya.
Namun kadang, trend selfie sering disalahgunakan oleh banyak orang, mereka yang gemar selfie acapkali keliru memilih momentum dan tempat yang tepat, sehingga bisa saja dengan aksi selfie-nya itu dapat mengurangi kesakralan suatu acara. Selain aksi “memalukan” ketiga kepala negara yang telah disinggung di atas, tentu masih segar dalam ingatan kita semua, tentang foto selfie beberapa selebritis tanah air yang dengan santainya “narsis” di batu nisan alm Olga Syaputra di acara pemakamannya tahun lalu.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, trend foto selfie juga mulai mewabah di tribun-tribun stadion. Hal tersebut memang bukanlah sesuatu yang tabu untuk dilakukan di manapun dan kapanpun, karena tak pernah ada aturan yang melarang seseorang untuk berselfie ria di tribun stadion baik dari panitia pelaksana pertandingan maupun dari pihak aparat keamanan berwenang. Bahkan seorang Fransesco Totti-pun pernah merayakan gol dengan cara selfie.
Namun rasa-rasanya ada sesuatu yang mulai hilang di tribun stadion ketika para suporter mulai asik dengan kegiatan selfie-nya itu, mereka mulai melupakan tujuan utamanya datang ke stadion, karena sejatinya tujuan utama seorang suporter datang ke stadion adalah untuk mendukung tim kebanggaannya bertanding dan memberikan “terror” kepada tim lawan agar mental mereka down dan tak mampu mengembangkan permainan.
Hal ini jelas terlihat di dua laga big match terakhir Persib, ketika melawan Persija Jakarta di stadion Gelora Bandung Lautan Api 26/07 lalu, dan yang paling anyar adalah, ketika menjamu Arema Cronus di stadion Sijalak Harupat akhir pekan kemarin.
Bobotoh yang kerap meneriakan terror kepada tim lawan di tribun timur dengan gemuruhnya yang dapat memecah konsentrasi lawan mulai kehilangan “gorowoknya”, gemuruh hanya terdengar di sebagian sudut tribun timur, tidak menyeluruh seperti pada pertandingan big match di tahun-tahun sebelumnya.
Memang bukan hanya selfie yang jadi sebab utama berkurangnya frekuensi gorowok bobotoh di tribun, masih ada beberapa hal lain yang membuat tribun tak se-anker dulu lagi, dimulai dari hilangnya sosok commander penuh kharismatik sekelas Mang Ayi Beutik serta ditambah lagi dengan aturan panpel yang saya rasa terlalu membatasi gerak bobotoh di tribun.
Sekali lagi, selfie memang bukanlah suatu yang diharamkan di tribun stadion, tapi ketika tribun mulai kehilangan “khittah-nya” sebagai penyuplai semangat bagi tim hanya karena prilaku selfie yang salah alamat, maka berselfie-lah di waktu dan tempat yang tepat. Dan percayalah, selfie di tribun stadion ketika pertandingan sedang berlangsung, tak akan lantas meninggikan derajat kalian sebagai bobotoh.
Penulis adalah bobotoh asal Batujaya, Karawang. Bernama lengkap Syamsu Rijal. Berkicau di twitter dengan akun @Idhay69 dan dapat dijumpai di facebook dalam akun Rijal (Abu Ghaida)

“Entah apa yang ada dipikiran para petinggi negara tersebut saat melakukan foto selfie di tengah duka atas kepergian Mandela”. Ungkap Jamie Wilson, salah seorang editor The Guardian.
Pernyataan Jamie tersebut diungkapkan sebagai bentuk protes atas sikap Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Perdana Menteri Denmark Helle Thorning-Schmidt dan Perdana Menteri Inggris David Cameron saat menghadiri prosesi penghormatan terakhir Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela pada 1 Desember 2013 silam, dalam acara sakral tersebut, ketiga kepala negara itu malah asik berselfie ria menggunakan smartphone BlackBerry Z10 miliknya.
Tak pernah ada data akurat yang mencatat sejak kapan foto selfie menjadi trend di kalangan masyarakat, namun yang pasti tujuan utama selfie adalah untuk menunjukkan eksistensi si pelaku di suatu tempat, agar nantinya dapat dibagikan di akun media sosial miliknya. Pendeknya, si pelaku bisa “bernarsis-narsis ria” kepada seluruh dunia bahwa ia pernah berada di suatu tempat dan di moment spesial menurutnya.
Namun kadang, trend selfie sering disalahgunakan oleh banyak orang, mereka yang gemar selfie acapkali keliru memilih momentum dan tempat yang tepat, sehingga bisa saja dengan aksi selfie-nya itu dapat mengurangi kesakralan suatu acara. Selain aksi “memalukan” ketiga kepala negara yang telah disinggung di atas, tentu masih segar dalam ingatan kita semua, tentang foto selfie beberapa selebritis tanah air yang dengan santainya “narsis” di batu nisan alm Olga Syaputra di acara pemakamannya tahun lalu.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, trend foto selfie juga mulai mewabah di tribun-tribun stadion. Hal tersebut memang bukanlah sesuatu yang tabu untuk dilakukan di manapun dan kapanpun, karena tak pernah ada aturan yang melarang seseorang untuk berselfie ria di tribun stadion baik dari panitia pelaksana pertandingan maupun dari pihak aparat keamanan berwenang. Bahkan seorang Fransesco Totti-pun pernah merayakan gol dengan cara selfie.
Namun rasa-rasanya ada sesuatu yang mulai hilang di tribun stadion ketika para suporter mulai asik dengan kegiatan selfie-nya itu, mereka mulai melupakan tujuan utamanya datang ke stadion, karena sejatinya tujuan utama seorang suporter datang ke stadion adalah untuk mendukung tim kebanggaannya bertanding dan memberikan “terror” kepada tim lawan agar mental mereka down dan tak mampu mengembangkan permainan.
Hal ini jelas terlihat di dua laga big match terakhir Persib, ketika melawan Persija Jakarta di stadion Gelora Bandung Lautan Api 26/07 lalu, dan yang paling anyar adalah, ketika menjamu Arema Cronus di stadion Sijalak Harupat akhir pekan kemarin.
Bobotoh yang kerap meneriakan terror kepada tim lawan di tribun timur dengan gemuruhnya yang dapat memecah konsentrasi lawan mulai kehilangan “gorowoknya”, gemuruh hanya terdengar di sebagian sudut tribun timur, tidak menyeluruh seperti pada pertandingan big match di tahun-tahun sebelumnya.
Memang bukan hanya selfie yang jadi sebab utama berkurangnya frekuensi gorowok bobotoh di tribun, masih ada beberapa hal lain yang membuat tribun tak se-anker dulu lagi, dimulai dari hilangnya sosok commander penuh kharismatik sekelas Mang Ayi Beutik serta ditambah lagi dengan aturan panpel yang saya rasa terlalu membatasi gerak bobotoh di tribun.
Sekali lagi, selfie memang bukanlah suatu yang diharamkan di tribun stadion, tapi ketika tribun mulai kehilangan “khittah-nya” sebagai penyuplai semangat bagi tim hanya karena prilaku selfie yang salah alamat, maka berselfie-lah di waktu dan tempat yang tepat. Dan percayalah, selfie di tribun stadion ketika pertandingan sedang berlangsung, tak akan lantas meninggikan derajat kalian sebagai bobotoh.
Penulis adalah bobotoh asal Batujaya, Karawang. Bernama lengkap Syamsu Rijal. Berkicau di twitter dengan akun @Idhay69 dan dapat dijumpai di facebook dalam akun Rijal (Abu Ghaida)

emang pada dasarnya selfi lagi ngetrend..klo pas jaman siliwangi udah trend selfi pasti dulu juga kaya gini
jeuhhh pan kamari mah,,tos di ultimatum ku panpel na,,ruang gerak bobotohna rada di batasi, teu kawas nu atos2, margi panpelna kasieunan ,,antoslah pami hayang gorowokna nu paten,koreo nu paten,,,pami Jabar rengse hajat PON,,di jamin karakter dukungan bobotoh akan leluasa kaluar Kang,,,,,
Nya sok ayeuna mah lalatihan gogorowokan hla we diimah masing2 sing tarik, jadi ke meh leuwih paten gorowokna..
Nya da akumah apa atuh, hoyong selfie di stadion ge kudu susumpatan aynamah
ih aa kim meni kasep neng bogoh da
lope lah ka aa kim….
ari ka abi bogoh teu neng?
Udah mulai kurangin sedikit2 chant chant yang menghina team lain yang ga ada hubungan nya dg pertandingan saat itu. Sareukseuk kakupingna ge.