(Arena Bobotoh) Teror! Mari Perlakukan Konate Sebagai Mana Mestinya
Tuesday, 16 January 2018 | 08:04
Piala Presiden 2018 Grup A jadi panggung reuni adu gengsi. Selain pelatih Persib musim lalu, Jajang Nurjaman yang berlabuh ke PSMS, ada Makan Konate menyimpang ke Sriwijaya FC. Sosok dua legenda besar Persib itu kini adalah rival diperhelatan turnamen pra-musim.
Bersorak bersama, merenung bersama, bangkit bersama. Berbagai periode sulit mampu dihadapi kita pada masanya dengan mereka, jawabannya adalah gelar yang kita banggakan. Sayang, memory itu hanya kenangan semata, berbanding terbalik dengan pertemuan saat ini, pertemuan yang mungkin dirasa menjengkelkan atas nama profesionalisme sepakbola.
Serasa aneh ketika pertemuan dengan Makan di sebuah pertandingan, untuk pertama kalinya Bobotoh harus menganggapnya sebagai lawan. Lawan yang mesti dihancurkan, tak peduli siapapun itu, tak boleh dia memenangkan pertandingan, bermain bagus di sebuah laga pun tak boleh rasanya.

Kiranya itu pula yang bakal dilakukan Konate dengan profesionalismeannya. Tak ingin tim yang ia bela menderita kekalahan mesti itu dari tim yang ia cintai. Sosoknya sulit memang tergantikan, namun kita menyadari gelandang asal Mali hari ini bukan milik kita lagi.
Kita tidak tahu secara pasti alur dan latar mengapa Konate tak kembali bersama kita. Namun pastikanlah sekarang, bahwa Persib bukan hanya soal Konate. Bagaimana kita percaya kepada skuat yang telah dibentuk Mario Gomez dan membangunkan Maung yang tertidur pasca juara.
Sebagai fans, sudah seharusnya bertugas mendukung tim kebanggaannya, ada tugas lain tentang bagaimana lawan bisa ciut berhadapan dengan Persib dengan kekuatan Bobotoh. Teror ! setiap lawan ketika datang ke markas kita. Jadikan mental lawan tak punya nyali, namun ingat masih dalam koridor wajar saja. Tanpa rasis, kekerasan, lemparan, apalagi pukulan.
Konate adalah lawan, teror saat ia memulai langkah pertama menginjakkan rumput GBLA. Dia adalah lawan di 90 menit yang wajib kita taklukkan. Teriakan ‘bboooooooo’ saat ia kuasai bola, mentalnya lemah harus kita jatuhkan, jadi mari kita perlakukan Konate sebagai mana mestinya.
Ditulis oleh Yaser Adil, Jurnalis Simamaung, berakun Twitter @yasseradil dan Instagram @yasser_adil

Piala Presiden 2018 Grup A jadi panggung reuni adu gengsi. Selain pelatih Persib musim lalu, Jajang Nurjaman yang berlabuh ke PSMS, ada Makan Konate menyimpang ke Sriwijaya FC. Sosok dua legenda besar Persib itu kini adalah rival diperhelatan turnamen pra-musim.
Bersorak bersama, merenung bersama, bangkit bersama. Berbagai periode sulit mampu dihadapi kita pada masanya dengan mereka, jawabannya adalah gelar yang kita banggakan. Sayang, memory itu hanya kenangan semata, berbanding terbalik dengan pertemuan saat ini, pertemuan yang mungkin dirasa menjengkelkan atas nama profesionalisme sepakbola.
Serasa aneh ketika pertemuan dengan Makan di sebuah pertandingan, untuk pertama kalinya Bobotoh harus menganggapnya sebagai lawan. Lawan yang mesti dihancurkan, tak peduli siapapun itu, tak boleh dia memenangkan pertandingan, bermain bagus di sebuah laga pun tak boleh rasanya.
Kiranya itu pula yang bakal dilakukan Konate dengan profesionalismeannya. Tak ingin tim yang ia bela menderita kekalahan mesti itu dari tim yang ia cintai. Sosoknya sulit memang tergantikan, namun kita menyadari gelandang asal Mali hari ini bukan milik kita lagi.
Kita tidak tahu secara pasti alur dan latar mengapa Konate tak kembali bersama kita. Namun pastikanlah sekarang, bahwa Persib bukan hanya soal Konate. Bagaimana kita percaya kepada skuat yang telah dibentuk Mario Gomez dan membangunkan Maung yang tertidur pasca juara.
Sebagai fans, sudah seharusnya bertugas mendukung tim kebanggaannya, ada tugas lain tentang bagaimana lawan bisa ciut berhadapan dengan Persib dengan kekuatan Bobotoh. Teror ! setiap lawan ketika datang ke markas kita. Jadikan mental lawan tak punya nyali, namun ingat masih dalam koridor wajar saja. Tanpa rasis, kekerasan, lemparan, apalagi pukulan.
Konate adalah lawan, teror saat ia memulai langkah pertama menginjakkan rumput GBLA. Dia adalah lawan di 90 menit yang wajib kita taklukkan. Teriakan ‘bboooooooo’ saat ia kuasai bola, mentalnya lemah harus kita jatuhkan, jadi mari kita perlakukan Konate sebagai mana mestinya.
Ditulis oleh Yaser Adil, Jurnalis Simamaung, berakun Twitter @yasseradil dan Instagram @yasser_adil

Perlakukan saja Sebagaimana mestinya.
Mungkin euy bobotoh jeng pemain anu darah na persib .sprti haryono jeng sakabehna..nyangharepan si konate sprti acuh mngkin hatena sarua jeng bobotoh kabeh anu ngarasa nyeri bate di php ku sikonate .waktu perpisahan si konate ceurik sing horeng teh air mata buaya…jeng kahayang urang kabeh si konate tong ngomong erek balik ka persib jdi arurang kabeh te asa di bohongan….tah eta anu jadi rujit ka si hideung teh …
yup, perlakukanlah sebagaimana mestinya. boleh bobotoh marah atau tidak suka dengan kepindahannya ke klub yg bukan persib. tapi mari kita mendewasakan diri, ga usah berlebihan. konate juga manusia yang butuh hidup dari sepakbola, butuh dihargai sebagai manusia. mangga jika mau meneriaki dia di stadion, tapi tak lebih dari 90 menit itu. ga perlu juga sampai berkata kasar, coba bayangkan kita yg menerima kata2 kasar itu.
toh kalau kita jadi pemain sepakbola pun, akan pindah dari klub satu ke klub lainnya itu hal biasa. kecintaan kita pada persib tak lantas membuat jaminan kita akan selalu main di persib. lihat eka ramdani, liat juga pemain-pemain muda binaan persib, bukan karena tak cinta mereka kini pernah (dan sedang) berada di klub klub yang bukan persib.